BELAJAR MELALUI AKUISISI

Belajar melalui akuisisi yaitu proses belajar yang dilakukan oleh siswa ketika mereka mendengarkan ceramah atau audio, membaca buku atau situs web, dan menonton peragaan atau video. Proses belajar melalui akuisisi saat ini masih yang paling umum dalam pendidikan formal. Siswa memainkan peran yang relatif pasif sementara guru menggunakan mode pengajaran transmisi.

Walaupun pembelajaran aktif sudah mulai banyak dibicarakan sejak satu abad yang lalu, namun siswa masih cenderung menghabiskan sebagian besar waktu belajar formal mereka dengan mendengarkan dan membaca. Teknologi pembelajaran telah menggeser narasi materi pelajaran dari satu media ke media lain, ceramah ke mp3 atau video YouTube, dan buku-buku ke laman-laman web. Kemampuan multimedia yang tersedia telah dieksploitasi dengan baik untuk meningkatkan kualitas penyajian, menggunakan gambar, diagram, animasi, audio, video, dan hypertext, tetapi format presentasi yang menarik ini hanya mampu menarik siswa untuk sekedar mengikuti daripada memulai tindakan, dan dengan bahasa masih dominan dalam bentuk presentasi.

Sampai saat ini pengajaran naratif masih sangat kuat dan dominan, karena sangat efisien dalam hal waktu guru yang terbatas bahkan saat ini cenderung langka, dan tetap menjadi bentuk dominan dalam mengajar. walaupun siswa biasanya tidak mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal seperti yang diharapkan.

Faktanya di pendidikan tinggi pun belum ada tanda-tanda kegelisahan besar untuk berubah, baik dari dosen maupun mahasiswa. Mahasiswa justru mengeluh ketika dosen mengurangi pembelajaran naratif dan mendorong mereka untuk lebih aktif belajar dengan melakukan pembelajaran aktif.

Berbagai upaya dilakukan dosen untuk “memaksa” mahasiswa terlibat aktif dalam setiap pembelajaran lebih sering berakhir mengecewakan. Walaupun banyak faktor yang menyebabkan mereka cenderung pasif namun upaya untuk melakukan perubahan harus selalu ada.

Dewasa ini banyak diskusi dan ide tentang bagaimana membuat desain pembelajaran menjadi lebih efektif. Bisa dibayangkan jika pembelajaran hanya hanya mengandalkan “guru menjelaskan konsep”, sedang di sisi lain guru “belajar melalui akuisisi”, sehingga menyisakan begitu banyak peluang bagi siswa untuk belajar sendiri, yang justru berpotensi pembelajaran mereka berjalan maksimal.

Memang kita tidak bisa menghindari belajar melalui akuisisi. Siswa perlu mempelajari apa yang telah ditemukan orang lain, mendengar tentang cara berpikir para ahli, dan apa yang sudah diketahui, diteliti, dan diuji para ahli di bidangnya selama bertahun-tahun. Titik fokus pembelajaran seharusnya mampu mendorong siswa untuk membangun karya orang lain yang mendasar bagi pendidikan formal dan pengembangan ide-ide secara progresif.

Seperti yang kita ketahui, hasil belajar mengharapkan siswa untuk mengembangkan “kesadaran”, “pengetahuan”, “pemahaman”, dan “perspektif” mereka. Banyak siswa termotivasi oleh keingintahuan intelektual tentang mengapa dunia seperti ini adanya, dan bagaimana cara kerjanya. Sejak kecil dan seterusnya ada rasa lapar dan keingintahuan untuk mencari tahu lebih banyak hal tentang dunia.

Para pendidik sepakat tentang pentingnya memahami ide-ide kunci dari teori budaya, ilmu pengetahuan, dan sejarah kita, sehingga belajar melalui akuisisi menjadi penting dan tidak bisa dihindarkan. Yang ditekankan oleh para ahli teori pendidikan adalah bahwa sekadar menceritakan kisah tentang subjek seseorang tidaklah cukup, karena adanya kompleksitas kerangka kerja dan lainnya. Tantangan pembelajaran melalui akuisisi adalah membuat pembelajaran melalui mendengarkan, membaca, dan menonton menjadi sebuah proses aktif.

Ada banyak hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran melalui akuisi, diantaranya adalah:

  1. Struktur presentasi naratif
  2. Teknologi yang digunakan
  3. Dialog guru dan siswa
  4. Kesiapan siswa dalam pembelajaran
  5. Metode pembelajaran, dan lain-lain

Kombinasi dari berbagai aspek penting di atas menjadi penentu keberhasilan pembelajaran siswa melalui akuisisi. Setiap aspek dalam proses pembelajaran ini perlu mendapatkan perhatian serius. Misalnya struktur representasi, dimana representasi yang digunakan harus dpat dengan mudah dipahami oleh siswa. Struktur penyampaian setiap konsep haruslah jelas dan mudah dibedakan. Mana kalimat kunci dan kalimat penjelas dapat dengan mudah ditemukan oleh siswa.

Penggunaan tekologi pada penyampaian representasi juga menentukan keberhasilan pembelajaran siswa. Dimana setiap teknologi yang digunakan pastilah mengandung kelemahan, secanggih apapun teknologi itu.

Jadi, pembelajaran melalui akuisi bukan sesuatu yang tidak penting, namun sangat penting untuk memperhatikan aspek-aspek representasi. Sehingga belajar melalui akuisisi yang dilakukan oleh siswa menjadi maksimal dan terjadi kesalahan.

Semoga bermanfaat, selamat belajar (maglearning.id).

Loading...