Transformasi Industri dan Pertumbuhan Industri Kreatif di Era Ekonomi Digital

Transformasi Industri di Era Ekonomi Digital – Internet telah mengubah cara kerja industri yang sudah ada, juga mendorong munculnya industri baru. Industri baru ini sebagian besar berbasis pengetahuan atau apa yang kita sebut dengan istilah ‘kreatif’.

Transformasi industri yang sudah eksis sangat terkait dengan pengorganisasian ulang operasi bisnisnya. Perusahaan modern sudah beroperasi di berbagai bagian jaringan. Ini telah mengarah pada bentuk organisasi baru, yang disebut sebagai ‘perusahaan jaringan’.

Jaringan operasi bisnis ini tidak hanya secara operasional internal produksi barang atau jaringan operasi pelayanan untuk jasa, serta aktivitas pemasaran untuk melayani konsumen yang tersebar di berbagai wilayah geografis, tetapi bisa lebih rumit lagi misalnya jaringan pemasok dan jaringan produksi bersama antar perusahaan. Pendeknya, jaringan proses bisnis perusahaan modern sudah menyangkut dan menyatu dalam bagian input, proses, serta output.

Perusahaan ini terletak dalam arsitektur ekonomi global yang jauh lebih rumit daripada beberapa dekade sebelumnya. Tampaknya ekonomi baru ini diatur di sekitar jaringan modal, manajemen, dan informasi global, yang mempunyai akses ke pengetahuan teknologi sebagai akar dari produktivitas dan daya saing.

Perusahaan bisnis, dan semakin banyak, organisasi atau institusi diorganisasikan dalam jaringan yang saling terkait menggantikan perbedaan tradisional antar perusahaan dan unit-unit bisnis, melintasi sektor, dan menyebar di berbagai kelompok ekonomi geografis yang berbeda.

Walaupun saat ini ekonomi global masih banyak didominasi oleh perusahaan-perusahaan multinasional yang ditenagai oleh modal transnasional, namun perusahaan-perusahaan ini tidak lagi berkuasa. Sebaliknya, banyak perusahaan kecil atau bahkan individu berpeluang dapat bernegosiasi dengan mereka melalui jaringan yang saling terhubung. Inilah yang dipercaya sebagai jalan kemakmuran.

Jika kita melihat fenomena ini secara sederhana, maka kita dapat mengidentifikasi elemen positif dari ekonomi baru ini. Dalam lingkungan yang lebih meritokratis, situasi persaingan baru dapat dikatakan telah mampu mengguncang pasar yang didominasi oleh monopolis yang tidak efisien.

Keberhasilan perusahaan yang relatif muda seperti Amazon dan eBay dalam mengguncang penjualan buku dan ritel umum membuktikan adanya peluang bagi siapa saja yang memiliki kemampuan untuk meraihnya. Tentu saja bermodal kecerdasan dan kreativitas.

Manfaat transformasi industri dari sisi konsumen salah satunya adalah harga yang cenderung turun karena semakin ketatnya persaingan dan perusahaan dapat merespons dengan cepat perubahan selera konsumen. Wal-Mart adalah contoh paling apik dari sebuah perusahaan yang telah menggunakan jaringan global untuk membangun rantai pasokan yang sangat canggih dan sangat responsif terhadap sinyal yang dikirim dari salah satu titik transaksinya.

Menggunakan tag RFID (sebuah microchip identifikasi dengan frekuensi radio) memungkinkan Wal-Mart tidak hanya berkomunikasi secara internal, tetapi juga dengan pemasoknya. Ketika seorang kasir di toko Wal-Mart memindai produk yang dibeli, sinyal dikirim ke pemasok, walaupun pemasok itu berbasis di negara lain. Pemasok menjadi tahu bahwa barang tertentu perlu diganti dan akan segera memulai proses penggantian. Rantai pasokan Wal-Mart bekerja lebih baik daripada perusahaan lain karena mereka brilian dalam mengkoordinasikan berbagai jaringan global.

Informasi yang dihasilkan oleh chip RFID juga dapat dengan cepat mengidentifikasi perubahan dalam selera konsumen atau memungkinkan perusahaan untuk mengkonfigurasi ulang rantai pasokan untuk peristiwa tertentu seperti, misalnya, prediksi badai yang datang. Bayangkan kita bisa bekerja dalam sistem seperti ini, setiap tindakan bahkan imajinasi kita menjadi sangat efektif.

Walaupun upaya pengorganisasian yang dilakukan oleh Wal-Mart, tentu saja demi meningkatkan efisiensi dan kompetensi perusahaan dalam menghadapi persaingan, namun juga ada manfaat yang dirasakan oleh konsumen. Konsumen menjadi lebih jarang mendapati toko yang kehabisan stok barang dan konsumen juga merasa bahwa keinginan mereka yang sering berubah dapat segera dipenuhi.

Peritel mode Spanyol, Zara juga sangat bergantung pada jaringan informasi global. Secara khusus, ia menggunakan jaringan asisten digital pribadi (PDA) sehingga memungkinkan manajer toko untuk mengirim informasi tentang preferensi pelanggan ke kantor perencanaan pusat dengan cepat.

Terkenal karena frekuensinya memperkenalkan desain baru, Zara membutuhkan waktu tidak lebih dari 30 hari untuk memroses sebuah produk dari tahap desain sampai berada di rak tokonya. Zara adalah sebuah contoh tentang bagaimana ekonomi digital telah menciptakan industri baru dan menghidupkan kembali industri yang lebih tua atau bisa kita sebut dengan transformasi industri.

Gojek di Indonesia telah mampu mengubah bisnis “ecek-ecek” menjadi bisnis jaringan nasional beromset miliaran rupiah tiap hari. Jaringan ojek online ini kini sudah semakin berkembang menjadi jaringan bisnis hampir setiap kebutuhan logistik dan finansial kita bahkan diperkirakan akan semakin berkembang lagi.

Secara khusus, ekonomi digital sangat dekat dengan industri kreatif. ‘Industri kreatif’ sebagai istilah kolektif pertama kali diadopsi oleh Pemerintah Inggris (1997-2010) dan merupakan sarana yang digunakan untuk menandai prioritas kebijakannya di era post-industrial.
Kebijakan ini dimanifestasikan untuk merangkul 13 industri yang ditetapkan sebagai industri kreatif yaitu industri periklanan; arsitektur; seni dan barang antik; kerajinan; desain; perancang busana; film dan video; perangkat lunak rekreasi interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan; perangkat lunak dan layanan komputer; televisi dan radio.

Harvey (1990) mengidentifikasi pentingnya peranan industri kreatif ini dalam perekonomian, seperti periklanan, perangkat lunak komputer dan desain atau yang disebut dengan ekonomi baru, namun ia memandang dari perspektif kritis.
Upaya Inggris untuk ‘memetakan’ industri-industri ini sebenarnya untuk mengidentifikasi dan mengukur kegiatan ekonomi mereka sebagai bagian dari proses pembuatan kebijakan untuk membantu perkembangan industri ini. Kebijakan ini diikuti oleh banyak negara lain, sebuah manifestasi yang mungkin muncul dari kepercayaan negara-negara kapitalis maju dengan masyarakat post-industrial.

Terlepas dari kesulitan memetakan industri kreatif ini secara tepat, angka-angka terkait industri kreatif di Inggris menunjukkan sebagian besar dari mereka telah berhasil. Menurut perkiraan pemerintah, selama fase awal era pemerintahan partai Buruh Baru, industri kreatif menyumbang sekitar 5 persen dari total pendapatan nasional Inggris, menghasilkan sekitar £ 60 miliar per tahun dan mempekerjakan sekitar 1,4 juta orang. Pada tahun-tahun berikutnya menunjukkan pertumbuhan yang stabil. Selama dekade terakhir, sektor kreatif telah tumbuh dua kali lipat.

Inggris bukan satu satunya yang pertama kali melembagakan kebijakan industri kreatif dan mengakui potensi di sektor ini. Komisi Perdagangan, Bantuan, dan Pembangunan PBB (UNCTAD) menerbitkan laporan komprehensif tentang ekonomi kreatif di seluruh dunia, salah satunya pada 2010 mengamati bahwa: Ketika industri manufaktur tradisional sangat terpukul oleh krisis keuangan global, namun sektor berbasis industri kreatif ternyata lebih tahan terhadap guncangan ini.

Pada tahun 2008, terlepas dari penurunan perdagangan global sebesar kurang lebih 12 persen, perdagangan barang dan jasa yang berasal dari industri kreatif justru melanjutkan ekspansinya, mencapai $ 592 miliar dan mencerminkan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 14 persen selama periode 2002-2008. Ini menegaskan kembali bahwa industri kreatif telah menjadi salah satu sektor ekonomi dunia yang paling dinamis sepanjang dekade ini.

Perkembangan ini signifikan, namun negara maju lah yang ternyata paling diuntungkan, sementara kontribusi utama untuk negara-negara sedang berkembang masih terbatas dalam penyediaan tenaga kerja yang murah.

Manfaat ekonomi industri kreatif menyebar di luar negara-negara maju. Negara-negara yang terkait dengan negara maju dalam hal operasi dan pengembangan industri kreatif ini mendapat manfaat ekonomi karena menjadi pemasok bahan baku atau tenaga kerja.

Tentu saja perusahaan selalu berusaha untuk menekan biaya produksinya, dengan demikian produksi mereka sebagian besar dilakukan di negara-negara dengan tingkat upah yang rendah. Teknologi komunikasi sebagai tulang punggung ekonomi digital memungkinkan hal ini berjalan dengan mulus. Perusahaan dapat dengan mudah menemukan pemasok yang tepat dan memudahkan kontrol produksi sekalipun berada jauh dari kantor pusat.

Daya saing perusahaan-perusahaan industri kreatif ini terbukti lebih unggul. Perusahaan yang merupakan bagian dari ekonomi digital rata-rata tumbuh lebih cepat daripada perusahaan-perusahaan lain yang tidak bergerak di bidang ekonomi digital.

Lebih jauh, laporan UNCTAD menunjukkan bahwa intervensi media digital dalam industri kreatif tidak hanya terjadi dalam pembuatan produk tetapi juga dalam menyediakan infrastruktur untuk pemasaran dan distribusi barang-barang kreatif. Jika karakter jaringan dan informasi dari ekonomi modern juga ditambahkan, maka semua ini merupakan ensemble dari media digital yang pengaruh ekonominya jauh lebih signifikan daripada saat pertama kali muncul.

Nah, bagi siapa saja terutama pengusaha mengikuti trend teknologi digital sangat penting dalam mendukung transformasi bisnisnya ke arah yang lebih efisien dan kompetitif. Kita harus mampu memanfaatkan teknologi yang penting bagi daya saing bisnis kita.

Demikianlah bahasan kami mengenai Transformasi Industri dan Pertumbuhan Industri Kreatif di Era Ekonomi Digital. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi di bahasan berikutnya (maglearning.id).

Loading...