Konsep dan Pengukurannya

Konsep dan Pengukurannya – Dalam dunia akademis mungkin kita sudah sering mendengar istilah konsep. Di bidang penelitian pun demikian, istilah konsep akan banyak kita temukan. Hal ini tidak lain karena sering kali fokus penelitian itu sebenarnya adalah sebuah atau beberapa konsep. Konsep juga sering dikaitkan dengan variabel. Nah, sebuah variabel pada dasarnya merupakan sebuah konsep.

Konsep adalah blok bangunan teori dan mewakili titik-titik di mana penelitian sosial dilakukan. Misalnya konsep kelas sosial, kepuasan kerja, fanatisme keagamaan, budaya, gaya belajar, sampai prestasi akademik.

Bulmer (1984) mengatakan konsep adalah kategori untuk mengorganisasi ide dan pengamatan. Misalnya, konsep mobilitas sosial, merupakan hasil pengamatan bahwa beberapa orang meningkatkan posisi relatif sosial-ekonomi mereka terhadap orang tua mereka, sebagian yang lain tetap sama, dan lainnya bergerak ke bawah. Dari pertimbangan semacam itu, konsep mobilitas sosial tercapai. 

Jika sebuah konsep digunakan dalam penelitian kuantitatif, maka konsep tersebut harus diukur. Setelah diukur, konsep bisa berperan sebagai variabel independen atau dependen. Dengan kata lain, konsep dapat memberikan penjelasan tentang aspek tertentu dari dunia sosial, atau mungkin juga berdiri sendiri untuk hal-hal yang ingin kita jelaskan. 

Sebuah konsep seperti mobilitas sosial dapat digunakan dalam kapasitas mana pun. Konsep tersebut mungkin sebagai penjelasan tentang perilaku dalam sikap (adakah perbedaan antara yang bergerak ke bawah dan yang lain dalam hal disposisi politik atau sikap sosial mereka?), atau sebagai sesuatu yang harus dijelaskan (apakah penyebab variasi dalam mobilitas sosial?). Dalam hal ini mobilitas sosial bisa sebagai variabel independen yang menentukan disposisi politik dan sikap sosial, juga bisa sebagai variabel dependen karena depengaruhi oleh variabel-variabel penyebab variasi mobilitas sosial.

Sama halnya jika kita tertarik pada perubahan dalam jumlah mobilitas sosial dari waktu ke waktu atau dalam variasi tingkat mobilitas sosial antar negara. Ketika kita mulai menyelidiki masalah-masalah seputar mobilitas sosial. Kita cenderung merumuskan teori untuk membantu kita memahami mengapa tingkat mobilitas sosial berbeda antar negara atau dari waktu ke waktu. Ini pada gilirannya akan menghasilkan konsep-konsep baru, ketika kita mencoba mendapatkan penjelasan tentang variasi tersebut.

Mengapa kita perlu mengukur sebuah konsep?. konsep dan pengukurannya penting untuk kita pahami. Setidaknya ada tiga alasan utama untuk melakukan pengukuran konsep dalam penelitian kuantitatif, yaitu:

  1. Pengukuran memungkinkan kita untuk menggambarkan perbedaan antar individu dalam hal karakteristik yang dimaksud. Pengukuran ini sangat berguna, karena meskipun kita sering dapat membedakan individu dalam kategori yang ekstrim, namun perbedaan juga sering sulit dikenali. Kita dapat mendeteksi variasi yang jelas dalam tingkat kepuasan kerja, tetapi perbedaan kecil jauh lebih sulit dideteksi.
  2. Pengukuran memberi kita perangkat atau tolok ukur yang konsisten untuk membuat perbedaan. Perangkat pengukuran menyediakan instrumen yang konsisten untuk mengukur perbedaan. Konsistensi ini berkaitan dengan dua hal: kemampuan pengukuran yang konsisten dari waktu ke waktu dan kemampuan untuk konsisten dengan hasil pengukuran para peneliti lain.
  3. Pengukuran memberikan dasar perkiraan yang lebih tepat dari tingkat hubungan antarkonsep, misalnya melalui analisis korelasi. Jadi, jika kita mengukur kepuasan kerja dan hal-hal yang mungkin terkait, seperti penyakit yang berhubungan dengan stres, kita akan dapat menghasilkan perkiraan yang lebih tepat tentang seberapa dekat keterkaitannya daripada jika kita tidak melakukan pengukuran.

Indikator

Untuk membuat ukuran konsep (sering disebut sebagai definisi operasional), kita perlu untuk memiliki indikator yang akan mendukung konsep tersebut. Ada beberapa cara di mana indikator dapat dirancang :

  • melalui pertanyaan (atau serangkaian pertanyaan) yang merupakan bagian dari jadwal wawancara terstruktur atau kuesioner pengisian sendiri; pertanyaan tersebut dapat berkaitan dengan laporan sikap responden (misalnya, kepuasan kerja) atau situasi sosial mereka (misalnya, kemiskinan) atau laporan perilaku mereka (misalnya, kegiatan rekreasi);
  • melalui rekaman perilaku individu menggunakan jadwal observasi terstruktur (misalnya, perilaku murid di kelas);
  • melalui pemeriksaan konten media massa melalui analisis konten — misalnya, untuk menentukan perubahan dalam arti-penting suatu masalah, seperti AIDS, di media massa.
  • melalui statistik resmi dari lembaga statistik atau lembaga lain. Seperti penggunaan data statistik kejahatan di Departemen Kepolisian untuk mengukur perilaku kriminal;

Indikator, kemudian, dapat diturunkan dari berbagai sumber dan metode yang berbeda. Sangat sering peneliti harus mempertimbangkan apakah satu indikator konsep sudah cukup?. Pertimbangan ini sering menjadi fokus bagi para peneliti sosial. Daripada hanya memiliki satu indikator konsep saja, peneliti mungkin merasa lebih baik mengajukan sejumlah pertanyaan selama wawancara terstruktur atas kuesioner yang diisi sendiri yang menggunakan konsep tertentu.

Menggunakan multi-indikator

Apa keuntungan menggunakan konsep dengan indikator lebih dari satu? Alasan utama penggunaannya adalah pengakuan bahwa ada masalah potensial dengan ketergantungan hanya pada satu indikator:

  • Ada kemungkinan bahwa satu indikator keliru mengklasifikasikan banyak individu. Ini mungkin karena kata-kata dari pertanyaan atau mungkin merupakan produk dari pemahaman yang salah. Tetapi, jika ada sejumlah indikator, jika individu salah diklasifikasikan melalui pertanyaan tertentu masih ada kemungkinan untuk mengurangi dampaknya.
  • Satu indikator mungkin hanya menangkap sebagian dari konsep yang mendasarinya atau terlalu umum. Satu pertanyaan mungkin berasal dari tingkat generalisasi yang terlalu tinggi sehingga tidak mencerminkan keadaan sebenarnya dari orang-orang yang menjawabnya. Sebagai alternatif, sebuah pertanyaan dapat mencakup hanya satu aspek dari konsep tersebut. Misalnya, jika Anda mengukur kepuasan kerja, apakah cukup untuk bertanya kepada responden seberapa puas mereka dengan gaji mereka?. Tentu saja tidak, karena kebanyakan orang akan berpendapat bahwa ada lebih banyak kepuasan kerja dari sekedar kepuasan mendapat gaji yang sesuai. Indikator tunggal seperti ini akan kehilangan hal-hal penting seperti kepuasan terhadap kondisi, dengan pekerjaan itu sendiri, dan dengan aspek lain dari lingkungan kerja. Dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, peneliti dapat memperoleh akses ke berbagai aspek konsep.
  • Kita dapat membuat banyak perbedaan. Misalnya ukuran komitmen untuk bekerja, jika kita hanya mengambil salah satu indikator sebagai ukuran, kita akan dapat mengukur komitmen seseorang hanya pada skala 1 sampai 7, dengan asumsi bahwa kuisioner menggunakan skala likert, 1 mewakili tidak ada komitmen dan 7 menunjukkan komitmen yang sangat tinggi, lima poin lainnya diberi skor 2, 3, 4, 5, dan 6. Namun, dengan multi-indikator misalnya sepuluh indikator, maka kisaran nilainya adalah 10 (10 × 1) sampai 70 (10 × 7).

Dimensi Konsep

Salah satu elaborasi pendekatan umum untuk mengukur konsep adalah mempertimbangkan kemungkinan bahwa konsep yang sedang diteliti terdiri dari dimensi yang berbeda. Gagasan di balik pendekatan ini adalah bahwa, ketika peneliti berusaha untuk mengembangkan ukuran konsep, ada aspek atau komponen yang berbeda dari konsep itu yang harus dipertimbangkan. Spesifikasi dimensi konsep ini akan dilakukan dengan mengacu pada teori dan berbagai penelitian yang terkait dengan konsep itu. Contoh dari pendekatan semacam ini misalnya adalah konsep tentang Kredibilitas Guru yang mempunyai dimensi Keahlian, Pengalaman, Pemikiran, dan Penampilan yang meyakinkan. Operasi dari pendekatan ini adalah bahwa individu atau responden dalam hal ini adalah guru yang mendapat skor tinggi pada satu dimensi mungkin tidak selalu mendapat skor tinggi pada dimensi lain, sehingga untuk setiap responden akan mempunyai ‘profil’ dimensi yang berbeda. 

Namun, dalam banyak penelitian kuantitatif, ada kecenderungan untuk bergantung pada satu indikator konsep. Pada beberapa penelitian mungkin sudah cukup memadai, namun bisa jadi adalah sebuah kesalahan di penelitian lain karena percaya bahwa studi cukup menggunakan indikator tunggal pada sebuah konsep tertentu. 

Cukup sekian ringkasan kami mengenai Konsep dan Pengukurannya. Semoga bermanfaat dan salam sehat selalu (maglearning.id).

Loading...