Journal Impact Factor (JIF) juga disebut sebagai “faktor dampak” atau Impact Factor (IF) adalah salah satu indikator ilmiah yang paling banyak digunakan, dibahas, dan sekaligus dikritik. IF ini muncul kali pertama pada 1960-an dengan edisi pertama Science Citation Index (SCI) dan, sejak saat itu, memicu banyak perhatian dan pergunjingan dalam komunitas ilmiah.
Lebih dari tujuh ribu artikel telah ditulis mengenai topik ini dalam 50 tahun terakhir, dengan intensitas yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Mayoritas artikel dengan topik ini diterbitkan dalam jurnal sains dan medis, menyoroti pentingnya indikator ini untuk seluruh komunitas penelitian.
Indikator IF ini tertanam dalam database WoS. Oleh karena itu, IF hanya tersedia untuk jurnal yang diindeks dalam Indeks Sitasi Sains yang diperluas dan dalam Indeks Sitasi Ilmu Sosial. Mengingat umurnya yang hanya setengah dari sitasi (dan referensi) dalam bidang sains, jurnal yang terindeks di bidang Seni dan Humaniora umumnya tidak dilengkapi dengan IF.
IF pada awalnya dikembangkan untuk membantu Garfield dan rekan-rekannya di Institute for Scientific Information untuk memutuskan jurnal mana yang akan diindeks dalam basis data bibliografi mereka, serta berfungsi sebagai alat pengembangan koleksi untuk pustakawan. Namun, kemudian terus berkembang dari waktu ke waktu, dari indikator nilai jurnal ke nilai peneliti, yaitu semakin tinggi IF jurnal di mana seorang peneliti menerbitkan artikel, maka semakin tinggi modal akademik peneliti.
Saat ini IF (Journal Impact Factor) digunakan secara lebih luas dan telah terbukti memberi dampak pada perilaku ilmiah dan menyebabkan perubahan dari tujuan awalnya, karena para peneliti berusaha untuk mempublikasikan artikel-artikel mereka di jurnal-jurnal dengan IF tinggi. Hal ini berkontribusi pada meningkatnya ketidakpuasan terhadap indikator dan usulan untuk menghilangkan atau menggantikannya.
Secara nominal, indikator IF tampaknya tidak berbahaya. IF ini dihitung dari jumlah total sitasi yang diterima pada tahun tertentu dan dibagi dengan jumlah artikel yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah tersebut selama 2 tahun sebelumnya. Ini seharusnya, secara hipotetis, memberi indikasi “dampak rata-rata” dari artikel-artikel dalam jurnal itu.
Namun, ada beberapa kekurangan dalam perhitungan ini. Yang pertama adalah bahwa jurnal menerbitkan banyak jenis dokumen. Beberapa di antaranya sering disitasi (artikel dan ulasan), sedangkan yang lain (editorial, berita, dll.) merupakan jenis dokumen yang jarang disitasi. Namun, ada suatu asimetri dalam bagaimana item yang dapat disisihkan karena tidak terkait namun dimasukkan dalam perhitungan. Sitasi untuk semua jenis dokumen dihitung dalam pembilang, sedangkan hanya artikel dan ulasan yang dihitung dalam penyebut. Ini memiliki efek potensial menggelembungkan IF jurnal secara artifisial ketika menerbitkan item yang sangat jarang disitasi, seperti editorial. Contohnya dapat dilihat dalam kasus jurnal Science and Nature, yang pada tahun 2009 IF-nya menurun dari 34,480 menjadi 22,770 dan dari 29,747 menjadi 20,902, ketika dokumen-dokumen non-citable dikeluarkan dari penghitungan. Hal ini menyebabkan peluang permainan, di mana penerbit bisa mengubah jenis dokumen dari citable menjadi noncitable untuk meningkatkan IF mereka.
Penghitungannya juga dapat dimanipulasi oleh arahan atau rayuan dalam komunitas penerbitan, misalnya oleh editor jurnal dan reviewer yang menyarankan agar penulis memasukkan lebih banyak referensi dari jurnal yang dituju. Dalam skenario yang lebih kompleks, membentuk “kartel kutipan” dan mendorong penulis potensial untuk menyitasi jurnal-jurnal yang ada di dalam kartel.
Editor jurnal sendiri juga bisa terlibat dalam manipulasi semacam itu. Mereka bisa menggunakan referensi di bagian editorial dalam jurnal mereka untuk meningkatkan IF. Tanggapan dari Clarivate Analytics adalah mereka menyatakan akan memantau dan mendisiplinkan penyalahgunaan sitasi yang mencolok. Meskipun ada upaya-upaya ini, masih ada keraguan dalam komunitas ilmiah tentang integritas indikator.
Keterbandingan indikator lintas disiplin ilmu adalah keterbatasan parah lainnya. Lingkungan rujukan seperti jumlah referensi per dokumen dan usia rata-rata referensi sangat bervariasi menurut bidang atau disiplin ilmu. Salah satu contohnya adalah Journal Impact Factor di bidang penelitian biomedis biasanya akan lebih tinggi daripada kimia, fisika, dan sebagian besar ilmu sosial. Kita bahkan dapat dengan mudah mengamati perbedaan dalam beberapa disiplin, berdasarkan referensi dan pola penerbitan dalam sub bidang yang berbeda. Oleh karena itu, IF tidak dapat secara langsung dibandingkan secara lintas disiplin dan spesialisasi tanpa memperhitungkan perbedaan-perbedaan ini.
Panjang relatif dari rentang sitasi dalam indikator juga harus menjadi perhatian. Menghitung sitasi yang diterima selama periode 2 tahun hanya menangkap sebagian kecil dari semua sitasi. Ilmu-ilmu sosial, di mana referensi cenderung lebih tua dan sitasi sering membutuhkan waktu lebih lama. Sitasinya akan naik jauh lebih baik jika rentang sitasi diperpanjang. Bahkan dalam penelitian biomedis, di mana terbukti sitasi diperoleh lebih cepat daripada di disiplin ilmu lain, analisis makalah yang diterbitkan pada tahun 1990 menunjukkan bahwa sitasi yang diterima pada tahun 1991 hingga 1992 hanya menyumbang sekitar 16% dari sitasi yang akan diterima selama 20 tahun setelah publikasi. Untuk memperhitungkan perbedaan-perbedaan tersebut, JCR telah menyediakan IF 5 tahun sejak tahun 2007. Namun, IF tradisional 2 tahun tetap menjadi metrik dominan dan sering kali masuk dalam dimensi reputasi jurnal yang ditawarkan sebagai indikator utama kualitasnya.
Masalah penting lainnya terkait indikator ini adalah menghitung rata-rata, yang tidak masuk akal dalam interpretasi. Hal ini terkait dengan bahwa tingkat sitasi adalah “khas” atau “normal” untuk sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal itu. Namun, pada kenyataannya distribusi sitasi banyak terbukti tidak normal. Lebih tepatnya, distribusi sitasi ini sangat condong, yaitu sebagian kecil dokumen menerima jumlah sitasi yang tinggi dan sebagian besar dokumen menerima sedikit sekali sitasi.
Dalam istilah yang lebih ilmiah, distribusi sitasi adalah nonparametrik, sedangkan interpretasi kecenderungan sentral tergantung pada distribusi parametrik. Sebagai akibatnya, IF tidak dapat dianggap sebagai indikator yang sesuai dari dampak ilmiah khas dari makalah yang diterbitkan dalam jurnal.
Beberapa analisis empiris telah berupaya menguji kekuatan prediktif indikator, yaitu apakah IF jurnal memprediksikan keberhasilan suatu artikel secara individual. Hasilnya menunjukkan bahwa IF memang terkait dengan tingkat sitasi, namun kekuatan prediktif ini semakin melemah dalam 20 tahun terakhir ini. Singkatnya, berbahaya untuk mengekstrapolasi dari indikator jurnal (IF) untuk mengasumsikan nilai (atau nilai potensial) dari suatu artikel atau individu. Indikator IF (Journal Impact Factor) ini sebaiknya hanya digunakan sebagai indikator di level jurnal (maglearning.id).
2 comments