Berhasil mempublikasikan artikel ilmiah di jurnal internasional bereputasi merupakan prestasi tersendiri bagi akademisi. Ukuran reputasi jurnal ternyata dilihat dari pengindeksnya. Jadi hati-hati dalam memilih indeksasi jurnal, misalnya Index Copernicus yang ternyata dianggap palsu oleh kementerian pendidikan Indonesia.
Sebagai salah satu ukuran dari reputasi jurnal adala faktor dampak atau impact factor. Ada berbagai metode atau rumus dalam menghitung impact factor (IF) ini. Tentunya setiap metode ini tidak ada yang sempurna. Semuanya memiliki kelemehan dan kelebihan.
Nah, ternyata IF ini banyak disalahgunakan oleh berbagai lembaga pengindeks. Banyak sekali lembaga pengindeks yang mencurigakan menawarkan pemberian pengakuan IF yang tinggi pada jurnal-jurnal tertentu.
Biasanya penghitungan nilai IF ini tidak transparan apalagi valid. Maka dari itu kita sebagai penulis wajib hati-hati pada jurnal yang memasang informasi IF tinggi namun tidak jelas bagaimana cara menghitung serta lembaga pengindeksnya.
Saat ini lembaga pemeringkat jurnal yang diakui secara resmi di tingkat global ialah Journal Impact Factor dari Journal Citation Report (JCR) yang diterbitkan oleh ISI Web of Knowledge dan SNIP/SJR dari Scopus.
Journal Impact Factor bisa diakses melalui laman https://webofknowledge.com sedangkan SNIP atau SJR bisa diakses di laman https://www.scimagojr.com/. Selain dari kedua sumber tersebut rilis IF yang dikeluarkan patut untuk kita curigai.
Kementerian Pendidikan Indonesia pada tahun 2019 telah meluncurkan pedoman publikasi ilmiah yang di dalamnya menyebutkan secara eksplisit daftar pengindeks yang mencurigakan alias palsu. Index Copernicus termasuk di dalamnya. Padahal dulu ada banyak kalangan bahwa indeks ini termasuk indeks yang krdibel.
Berikut ini adalah daftar pengindeks yang dipertanyakan:
- CiteFactor (http://www.citefactor.org)
- Global Impact Factor (http://globalimpactfactor.com)
- ISRA: Journal Impact Factor (JIF) (http://www.israjif.org)
- IMPACT Journals (http://www.impactjournals.us)
- General Impact Factor (GIF) (http://generalimpactfactor.com)
- Journal Impact Factor (JIF) (http://www.jifactor.com)
- Universal Impact Factor (http://uifactor.org)
- IndexCopernicus (http://journals.indexcopernicus.com)
- International Impact Factor Services (IIFS) (http://impactfactorservice.com)
- ISI International Scientific Indexing (http://isindexing.com)
Di daftar tersebut indeks copernicus disebutkan secara eksplisit. Saya sendiri juga pernah melakukan pendaftaran indeksasi di copernicus dan ternyata memang sangat mudah untuk diterima. Padahal jurnal ini baru saja saya terbitkan dan baru satu nomor.
Ada yang berpendapat bahwa yang dilihat di Copernicus adalah nilai ICV (Index Copernicus Value). Nah, ternyata agar jurnal kita bisa mendapat nilai ini, kita harus membayar sekira 5 juta rupiah.
Saya sendiri sebagai pribadi menyangsikan validitas ICV ini. Gambar berikut ini adalah salah satu alasannya.
Bagaimana bisa sebuah jurnal mendapat poin nilai ICV padahal belum ada satupun artikel yang diunggah di database Copernicus. Silakan lihat di jurnal paling atas. Sebagai perbandingan, jurnal yang paling bawah sudah mengunggah sebanyak 145 publikasi namun tidak mempunyai nilai ICV.
Dengan demikian Anda bisa menilai sendiri mengapa Indeks Copernicus dianggap palsu. Walaupun begitu tidak semua jurnal yang ada di copernicus meragukan. Silakan cek di laman jurnal tersebut mengenai atribut-atribut atau informasi lainnya. Sekian terimakasih.
Terima kasih informasinya mengenai index copernicus sangat membantu saya
Apakah copernicus sekarang (september 2022) sudah diakui oleh kementerian pendidikan ? krn dlm salah satu berita yg sy baca disebutkan selain scopus boleh copernicus
Boleh dinformasikan dokumen atau pernyataan resminya?
Pendapat ini harus ditunjang pernyataan resmi. Jangan jadi ajang bisnis yg kemudian merugikan dosen dan/qtau peneliti