Jenis-jenis Inflasi, cara menghitung dan Efeknya

Sebelum membahas tentang jenis-jenis inflasi, mari kita lihat dulu apa itu inflasi dan bagaimana cara menghitungnya. Artikel ini akan membahas secara ringkas ketiga hal ini.

Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga satu atau beberapa barang pada suatu saat tertentu dan hanya sementara belum tentu menimbulkan inflasi. Ada beberapa cara untuk menghitung inflasi, antara lain:

  1. Dengan menggunakan harga umum
  2. Dengan menggunakan angka deflator
  3. Dengan menggunakan indeks harga konsumen
  4. Dengan menggunakan harga pengharapan
  5. Dengan menggunakan indeks harga dalam negeri dan luar negeri

Menghitung Inflasi dengan Harga Umum

Cara yang biasa dipakai untuk menghitung inflasi adalah dengan angka harga umum (general price). Rumus yang dipakai adalah:

Dimana:

  • LIt           =  Laju Inflasi tahun/periode t
  • HUt         =  Harga umum periode t
  • HUt-1       =  Harga umum periode t-1

Kelemahan dari cara ini adalah, terutama di negara sedang berkembang, kesulitan untuk mendapatkan angka harga umum. Berbagai cara untuk mendapatkan penaksir angka harga umum telah banyak dicoba, walaupun kadang-kadang antara penaksir yang satu dengan lainnya menghasilkan angka dan pengaruh yang berbeda.

Menghtung Inflasi dengan Deflator Produk Nasional Bruto (GNP Deflator)

Besaran iniflasi ini diperoleh dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:

Dimana:

  • AD          =  Angka deflator Produk Nasional Bruto
  • Yb           =  Produk Nasional Bruto menurut harga yang berlaku
  • Yk           =  Produk Nasional Bruto Menurut Harga Konstan (tetap)

Kemudian laju inflasi dihitung dengan cara berikut:

Dimana:

  • LIt        = Laju inflasipada periode t
  • ADt      = Angka deflator Produk Nasional Bruto pada periode t
  • ADt-1    = Angka deflator Produk Nasional Bruto pada periode t-1

Kelemahan dari cara ini adalah sulitnya diperoleh angka deflator Produk Nasional Bruto bulanan, triwulan atau semester sehingga hanya akan didapat angka deflator dari laju inflasi tahunan.

Menghitung Inflasi melalui Indeks Harga Konsumen

Pendekatan ini paling banyak digunakan dalam menghitung inflasi, hal ini disebabkan karena data indeks harga konsumen dapat diperoleh dalam bentuk bulanan, triwulanan ataupun tahunan. Laju inflasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

  • LIt           =  Laju inflasi pada periode t
  • IHKt           =  Indeks Harga Konsumen periode t
  • IHKt-1        =  Indeks Harga Konsumen periode t-1

Kelemahan cara ini adalah angka indeks ini sngat dipengaruhi oleh fluktuasi harga barang-barang yang mempengaruhi indeks biaya hidup konsumen, terutama harga barang-barang kebutuhan pokok. Dengan demikian bila angka indeks ini dipakai sebagai ukuran laju inflasi, dan lajunya relatif tinggi, hal ini akan mendorong masyarakat untuk menuntut kenaikan upah atau harga barang-barang produksinya. Di sisi lain pemerintah cenderung untuk menaikkan bantuannya kepada masyarakat, yang semuanya ini akan dapat mengakibatkan semakin tingginya laju inflasi.

Menghitung Inflasi dari Harga yang Diharapkan

Cara menghitung inflasi dengan menggunakan harga pengharapan mengutamakan peranan harga yang diharapkan pada periode yang akan datang dalam menghitung inflasi. Rumus yang digunakan adalah:

Dimana:

  • LIet          =  Laju inflasi yang diharapkan pada periode t
  • Het+1        =  Harga Pengharapan pada periode t+1
  • Ht            =  Harga yang berlaku pada periode t

Masalah yang dihadapi dalam penentuan harga pengharapan adalah kesulitan untuk mengamati perilaku masyarakat dan pemerintah dalam perekonomian.

Menghitung Inflasi Melalui Indeks Harga Dalam Negeri dan Luar Negeri

Cara penghitungan inflasi ini biasanya digunakan oleh negara-negara dengan sistem perekonomian terbuka. Rumusan untuk besaran ini adalah:

Dimana:

IHU         =  Indeks harga umum

  • IHDN   =  Indeks harga dalam negeri
  • IHLN    =  Indeks harga luar negeri
  • a             =  Besarnya sumbangan/pengaruh indeks harga dalam negeri terhadap indeks harga umum

Laju inflasi dapat dihitung degan rumus sebagai berikut:

Dimana:

  • LIt        = Laju inflasi pada periode t
  • IHUt     = Indeks Harga Umum periode t
  • IHUt-1   = Indeks Harga Umum periode t-1

Kesulitan yang dihadapi dalam hal ini adalah menentukan indeks harga dalam negeri dan proporsinya terhadap indeks harga umum. Biasanya indeks harga ekspor dipakai sebagai pendekatan terhadap indeks harga dalam negeri, akan tetapi proporsi terhadap indeks harga umum tidak dapat diketahui.

Jenis-jenis Inflasi

Jenis-jenis inflasi ada banyak. Ada beberpa cara yang sering digunakan dalam menggolongkan inflasi, antara lain adalah:

Jenis-jenis Inflasi Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya, jenis inflasi di bagi dalam tiga kategori, yaitu:

Inflasi Merayap (creeping Inflation)

Creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun), kenaikan harga berjalan secara lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama.

Inflasi Menengah (galloping inflation)

Galloping inflation ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar  (antara 10 – 100%) dan kadangkala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi, artinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.

Inflasi Tinggi (hyper inflation)

Hyper inflation ditandai dengan kenaikan harga-harga lebih dari 100% atau bahkan naik sampai 5 atau 6 kali.

Jenis-jenis Inflasi Menurut Sebabnya

Penggolongan inflasi menurut sebabnya, dibedakan menjadi dua macam inflasi, yaitu:

Demand-pull Inflation

Demand-pull inflation merupakan inflasi yang timbul karena adanya kenaikan permintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh (full employment). Kurva di bawah ini menggambarkan demand-pull inflation.

Kurva Demand-pull Inflation

Karena permintaan masyarakat akan barang-barang bertambah (misalnya, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah), maka kurva agregate demand bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari H1 ke H2

Cost-push Inflation

Cost-push inflation merupakan inflasi yang timbul karena adanya penurunan dalam penawaran total (agregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kurva di bawah ini menggambarkan cost-push inflation.

Kurva Cost-push Inflation

Bila biaya produksi naik (misalnya, karena kenaikan harga bahan bakar minyak), maka kurva penawaran masyarakat (agregate supply) bergeser dari S1 ke S2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari H1 ke H2.

Jenis-jenis Inflasi Menurut Asalnya

Penggolongan inflasi menurut asalnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

  • Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation). Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, gagal panen, dan sebagainya.
  • Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation). Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga di luar negeri atau negara-negara mitra dagang. Selain itu, dapat pula karena kenaikan harga-harga barang ekspor.

Efek Inflasi

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi serta produk nasioal. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity effect, sedang efek terhadap alokasi faktor produksi dan produk nasional masing-masing disebut dengan efficiency dan output effect.

Efek terhadap Pendapatan (Equity Effects)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan dan ada pula pihak yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Pihak yang dirugikan adalah:

  1. Seseorang yang memiliki pendapatan tetap. Misalnya, seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,- per tahun sedang laju inflasi 10%, maka orang tersebut akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,-
  2. Orang yang memiliki kekayaan dalam bentuak uang kas
  3. Orang/pihak yang memberikan pinjaman uang dengan bunga lebih rendah daripada laju inflasi

Sedangkan pihak yang mendapatkan keuntungan adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, dan mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan prosentase lebih besar daripada laju inflasi.

Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu.Dengan adanya inflasi, permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang pada gilirannya akan merubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada.

Efek terhadap Output (Output Effects)

Inflasi dapat menyebabkan terjadinya kenaikan poduksi. Alasannya, dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun jika laju inflasinya terlalu tinggi, maka akan terjadi dampak yang sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastic, masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang.

Media Interaktif Belajar Ekonomi Moneter

Silakan gunakan salah satu platform media interaktif Ekonomi Moneter yang sudah saya sediakan di bawah ini. Ada yang berbasis HTML dan berbasis Google presentation. Bila Anda ingin menggunakan dalam versi Android juga sudah saya sediakan unduhan file APK-nya di bagian bawah tulisan ini.

EkoMon Versi Web:

Bila sulit dibuka silakan gunakan Yang INI.

EkoMon Versi Android:

%%footer%%