Variabel Ekonomi Agregatif Dalam Pasar Barang

Variabel Ekonomi Agregatif Dalam Pasar Barang

Memahami variabel variabel ekonomi agregatif dalam pasar barang adalah hal penting sebagai dasar bagaimana ekonomi bekerja. Terutama terkait dengan kebijakan-kebijakan ekonomi makro yang diambil oleh pemerintah.

Bahasan ini sekaligus sebagai pengantar dari analusis IS-LM. Dalam analisis IS-LM ada dua macam pasar yang akan kita analisis, yaitu: pasar barang (komoditi) dan pasar uang.

Tulisan ini akan memperbincangkan mengenai pasar barang terlebih dahulu, terutama mengenai unsur-unsur kegiatan ekonomi yang membentuk pasar barang dan mengenai bagaimana menurunkan kurva IS.

Istilah-istilah dalam literatur yang banyak dipakai untuk menggantikan istilah pasar barang (komoditi) ialah pasar barang atau commodity market, sektor nyata atau real sector, sektor pengeluaran atau expenditure sector.

VARIABEL DALAM PEREKONOMIAN

1. Variabel variabel Ekonomi Agregatif dalam Pasar Komoditi

Di bawah ini diikhtisarkan variabel-variabel ekonomi agregatif yang relevan bagi analisis ekonomi makro untuk masing-masing struktur perekonomian tersebut.

2. Perekonomian Tertutup Sederhana

Variabel-variabel kegiatan ekonomi agregatif yang diperhatikan ialah: C, S, I , dan Y.

Di mana:

  • C = pengeluaran konsumsi
  • I = pengeluaran investasi
  • S = saving atau penabungan
  • Y = pendapatan nasional

3. Perekonomian Tertutup dengan Kebijakan Fiskal

Pada konsep perekonomian ini variabel-variabel kegiatan ekonomi agregatif yang diperhatikan ialah: C, S, I, Y, Tx, G, dan Tr.

Di mana:

  • Tx = taxes atau pajak
  • G = pengeluaran pemerintah
  • Tr = transfer pemerintah

4. Perekonomian Terbuka Tanpa Kebijakan Fiskal

Di skema perekonomian ini, variabel-variabel kegiatan ekonomi agregatif yang diperhatikan ialah: C, S, I, Y, X dan Z.

Di mana:

  • X = ekspor
  • Z = impor

5. Perekonomian Terbuka dengan Kebijakan Fiskal

Variabel-variabel kegiatan ekonomi agregatif yang diperhatikan ialah: C, S, I, Y, X, Z, Tx, G, dan Tr. Bahwa dari variabel-variabel kegiatan ekonomi di pasar barang, yang sebenarnya paling perlu kita perhatikan adalah hanya variabel I, yaitu variabel pengeluaran investasi saja. Yang mendapatkan perlakuan berbeda antara peranannya dalam model analisis di mana hanya diperhatikan pasar komoditi saja dengan peranannya dalam model analisis IS-LM.

Dalam model analisis di mana hanya diperhatikan pasar komoditi saja, investasi pada umumnya diperlakukan sebagai variabel eksogen. Secara lebih pasti dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut investasi tidak diperlakukan sebagai variabel yang nilainya ditentukan oleh tingkat bunga.

Dalam model analisis IS-LM di lain pihak, investasi secara eksplisit diasumsikan merupakan fungsi tingkat bunga. Untuk lebih jelasnya baiklah kita perhatikan contoh Gambar di bawah ini.

Gambar Fungsi Permintaan Investasi, variabel agrgeatif pasar barang
Gambar Fungsi Permintaan Investasi

Pada gambar di atas garis II (I ke I) merupakan kurva permintaan investasi agregatif dengan persamaan fungsi I = 80-4r, di mana I menunjukkan nilai investasi per tahun dinyatakan dalam triliun rupiah misalnya, dan r merupakan tingkat bunga dinyatakan dalam persentase.

Dengan menggunakan contoh tersebut, maka pada tingkat bunga setinggi 15% besarnya investasi dalam perekonomian adalah sebesar Rp 20 triliun. Apabila tingkat bunga menurun menjadi 10%, maka besarnya investasi meningkat menjadi Rp 40 triliun.

Nah, di sini sudah ada gambaran bagaimana kebijakan menurunkan atau menaikkan tingkat suku bunga acuan yang dilakukan pemerintah bisa berpengaruh pada tingkat investasi. Dengan berjalannya waktu (lag time) maka akan ada perubahan tingkat penawaran agregat yang artinya berpengaruh langsung pada pertumbuhan ekonomi.

FUNGSI SAVING DAN FUNGSI KONSUMSI

Seperti diuraikan di atas, untuk perekonomian yang paling sederhana, yaitu perekonomian tertutup tanpa kebijakan fiskal, di samping variabel pendapatan nasional dan investasi, variabel saing dan variabel konsumsi juga tidak boleh lepas dari perhatian kita.

Fungsi konsumsi:

C = C’ + cY

di mana:

  • C’ = besarnya pengeluaran konsumsi pada pendapatan nasional sebesar nol.
  • c = ΔC/ΔY = marginal propensity to consume.

Mengingat dari definisinya, bahwa saving atau tabungan merupakan bagian daripada pendapatan yang tidak dikonsumsi, maka fungsi saving dapat kita tulis:

S = S’ + sY

dimana:

  • S’ = besarnya saving pada pendapatan nasional sebesar nol. Nilai S’ sama dengan -C’.
  • s = ΔS/ΔY = marginal propensity to save. Nilai s sama dengan (1-c).

Kalau misalnya sebuah perekonomian mempunyai fungsi konsumsi dengan persamaan fungsi:

C (dalam triliun rupiah) = 40 + 0,6Y

maka perekonomian tersebut mempunyai persamaan fungsi saving sebagai berikut:

S (dalam triliun rupiah) = -40 + 0,4Y

Dalam gambar di bawah ini fungsi konsumsi tersebut diilustrasikan sebagai garis C (Cbar ke C) dengan fungsi savingnya sebagai garis S. Kurva S inilah yang dalam analisis grafik di artikel-artikel berikutnya tentang IS-LM di belakang nanti banyak menampakkan diri.

Gambar Fungsi Saving dan Fungsi Konsumsi, variabel agregatif
Gambar Fungsi Saving dan Fungsi Konsumsi

MENURUNKAN KURVA IS

Setelah kita mengetahui perilaku variabel-variabel agregattif ekonomi yang membentuk pasar barang (komoditi), barulah kita dapat memperbincangkan kurva IS. Oleh karena struktur perekonomian yang kita perhatikan ialah perekonomian tertutup tanpa kebijakan fiskal, maka variabel-variabel yang membentuk pasar komoditi hanya terdiri dari variabel-variabel yang membentuk pasar komoditi hanya terdiri dari variabel-variabel pokok C, S, I, dan Y.

Mengingat bahwa dalam model analisis IS-LM, investasi kita perlakukan sebagai variabel endogen dengan tingkat bunga sebagai variabel yang menentukan besarnya investasi, maka terhadap empat variabel tersebut kita tambahkan sebuah variabel lagi yaitu variabel tingkat bunga yang kita beri tanda huruf r.

Setelah kita tentukan variabel variabel agregatif yang tercakup dalam pasar komoditi (barang), langkah selanjutnya ialah menemukan cara untuk menurunkan kurva yang menghubungkan tingkat-tingkat pendapatan nasional dengan berbagai kemungkinan tingkat bunga di mana dipenuhi syarat ekuilibriumnya pasar komoditi.

Kita mengetahui bahwa syarat ekuilibriumnya pasar komoditi untuk perekonomian tertutup tanpa kebijakan fiskal ialah:

S = I

Syarat ini terpenuhi juga dengan terpenuhinya:

Y = C + I

Kalau fungsi konsumsi dan fungsi investasi masing masing mempunyai persamaan:

C = C’ + cY , di mana 0 < c=ΔC/ΔY < 1

I  =  I’ + er, di mana e = ΔI/Δr < 0

maka kita menemukan:

  • Y = C + I
  • Y = (C’+cY) + (I’+er)
  • Y = C’+cY+I’+er
  • Y-cY = C’+I’+er
  • (1-c)Y = C’+I’+er
  • Y = (C’+I’+er) / (1-c)

Untuk lebih jelasnya, silakan perhatikan contoh berikut. Misalnya, sebuah perekonomian mempunyai fungsi konsumsi dan fungsi investasi dengan persamaan-persamaan fungsi sebagai berikut.

  • Fungsi Konsumsi: C dalam triliun rupiah: C = 0,6Y + 40
  • Fungsi Pengeluaran Investasi: I dalam triliun rupiah: I = -4r + 80

Berdasarkaan persamaan fungsi konsumsi dan fungsi investasi tersebut fungsi IS perekonomian dapat kita temukan:

A. Menggunakan rumus A

  • Y = C + I
  • Y = 0,6Y + 40 – 4r + 80
  • 0,4Y = 120 – 4r
  • Y = 300 – 10r

B. Menggunakan rumus B

  • Y = (C’+I’+er) / (1-c)
  • Y = (40+80-4er) / (1-0,6)
  • Y = (120/0,4) – (4r/0,4)
  • Y = 300 -10r

Fungsi IS yang kita temukan tersebut kalau kita gambar dalam bentuk grafik gambarnya terlihat seperti dalam Gambar 4-3. Dari gambar tersebut dapat kita saksikan bahwa dengan menurunnya tingkat bunga tingkat pendapatan nasional nyata yang memenuhi syarat ekuilibrium pasar komoditi meningkat.

Pada tingkat bunga setinggi 20%, misalnya, tingkat pendapatan nasional yang memenuhi syarat ekuilibriumnya pasar komoditi adalah sebesar 100 triliun rupiah. Kalau tingkat bunga menurun menjadi 10%, tingkat pendapatan nasional nyata yang memenuhi syarat ekuilibriumnya pasar komoditi berubah menjadi sebesar 200 triliun rupiah.

Dimana secara grafik kurva IS kita turunkan. Untuk ini kita perlu mengetahui fungsi saving dan fungsi investasi. Dengan fungsi konsumsi C = 0,6Y+40, fungsi saving mempunyai persamaan fungsi S = 0,4Y-40. Fungsi atau kurva saving ini kita gambar pada kuadran timur laut di Gambar menurunkan kurva IS (di bagian bawah) sebagai kurva SS.

Fungsi permintaan investasi sudah kita ketahui, yaitu: I=-4r+80. Fungsi permintaan investasi ini kita gambar pada kuadran barat daya sebagai kurva II. Keadaan ini ditunjukkan gambar di bawah ini.

Gambar Kurva IS
Gambar Kurva IS

Dengan tujuan agar supaya IS yang nantinya terlukis pada kuadran tenggara benar-benar memenuhi syarat kesamaan nilai S dengan nilai I, maka pada kuadran barat laut kita gambar garis pertolongan bersudut 45° yang kita tandai dengan tanda I=I. Dengan menggunakan garis pertolongan 45° ini, dengan mudah nilai I yang diukur dengan skala sumbu horisontal kuadran barat daya nilainya dapat kita pindahkan ke kuadran barat laut yang pengukurannya dapat menggunakan sumbu horisontal maupun sumbu vertikal.

Gambar Menurunkan Kurva Is Dengan Metode Grafik

Dengan demikian titik a yang diturunkan dari titik A pada fungsi saving SS melalui garis pertolongan 45° I=I dan melalui fungsi investasi II merupakan titik yang menghubungkan tingkat bunga dengan tingkat pendapatan nasional yang memenuhi ketentuan samanya S dengan I, sebagai syarat ekuilibriumnya pasar komoditi. Ini mempunyai makna bahwa titik a merupakan salah satu titik pada kurva IS.

Apabila kita berbuat sama untuk titik-titik lainnya pada garis saving SS maka terbentuklah pada kuadran tenggara kurva atau fungsi IS. Oleh karena dalam contoh, baik fungsi saving maupun juga fungsi investasi masing-masing berbentuk garis lurus, maka dengan hanya mengambil dua titik, yaitu misalnya titik A dan B pada kurva saving SS, dengan mana dihasilkan dua buah titik IS, yaitu titik a dan b, maka garis yang ditarik melalui titik a dan b akan merupakan kurva IS yang kita cari.

Demikianlah bahasan kami tentang variabel ekonomi agregatif dalam pasar barang atau komoditi. Sekaligus sebagai pengantar materi IS-LM. Semoga bermanfaat (maglearning.id).

Loading...