Tiga Tingkatan Hati Nurani

Tiga Tingkatan Hati Nurani Manusia dalam Islam

Ada tiga tingkatan hati nurani dalam Islam. Apa saja itu? Hati merupakan sebuah bagian tubuh kecil yang tak terlihat di dalam tubuh manusia. Selain itu, hati juga memiliki peran yang cukup penting untuk menentukan baik buruknya sifat kita sebagai manusia.

Maka, merawat hati agar tetap bersih dari segala noda adalah keharusan, karena menjaga hati agar tetap bersih sangat dianjurkan oleh Rasulullah. Bahkan, Rasulullah pernah bersabda mengenai pentingnya kesucian hati,

“Sesungguhnya, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, yang apabila baik ia, maka akan baik pula seluruh tubuhnya, namun jika buruk ia, buruk pula seluruh tubuhnya. Maka ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.”(HR. Bukhari)

Jika kita menilik sederhana, hati memiliki arti qalbun di dalam bahasa arab, sementara jika diartikan ke dalam bahasa Inggris, hati berarti heart. Baik dan buruknya hati pada hadis Rasulullah bukan mengarah kepada hati yang sehat ataupun sakit berdasarkan fisik, tapi lebih berbahaya dari itu.

Dalam Islam, terdapat tiga tingkatan pembagian hati nurani manusia yang meski kita ketahui.

Qalbun salim

Tingkatan yang paling tinggi dinamakan dengan qalbun salim, atau hati yang sehat. Hati yang sehat berarti hati yang selalu peka pada bagian-bagian kebaikan dalam hidup, selalu bersegera berbuat baik jika kebaikan ada di depan matanya, bahkan jika dibacakan saja al-Quran, maka akan tergetar hatinya, serta bertambah keimanannya. MasyaAllah.

Orang yang hatinya sehat, maka akan sangat mudah diajak untuk berbuat kebaikan. Tak ada tawar menawar dalam dirinya untuk berhenti berbuat kebajikan.

Qalbun Marid

Tingkatan kedua adalah qalbun mariid, atau hati yang sakit. Jika qalbun salim selalu bersegera menemui kebaikan tanpa menundanya, maka qalbun marid masih enggan untuk menunaikan kebaikan. Banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkannya. Masih enggan diajak berbuat kebajikan.

Kita bisa mengintrospeksi diri kita, apakah ketika diajak untuk berbuat kebaikan kita lebih sering mengatakan “tunggu”, “nanti saja”, atau kalimat lain yang senada? Jika masih, maka itu tandanya hati kita masih maridh, enggan untuk mendapatkan pahala dan keridhan dari Allah.

Qalbun Mayyit

Dari ke tiga tingkatan hati nurani manusia yang paling rendah kedudukannya adalah hati yang sudah mati. Hati yang mati ini harusnya kita waspadai, karena pasti akan membuat kita ingkar dan kufur terhadap segala rahmat yang diberikan Allah. Jika datang ajakan menunaikan kebaikan, bukannya bersegera, tapi malah menolaknya mentah-mentah. Na’udzubillah. Kebaikan seolah tak ada artinya lagi bagi seseorang yang hatinya sudah mati. Berita kebaikan dan ancaman di dalam AL-Quran hanya sebatas kata-kata yang tak bermakna dalam hidupnya. Di dalam hatinya tak lagi setetes cahaya untuk kebenaran.

Biasanya, hati yang mati ini bisa terjadi jika dosa demi dosa ditumpuk tanpa adanya penyesalan, hingga lama kelamaan hatinya menjadi batu, alias mati.

Jadi, sejauh ini, sudah menempati kedudukan ke berapakah hati kita? Apakah kita masih berusaha menjadi orang yang senantiasa bersegera berbuat baik, atau masih menunda-nundanya, atau bahkan hati kita telah mati terhadap semua kebaikan yang ada?

Maka mulai sekarang, alangkah baiknya jika kita terus memperbaiki kualitas hati kita, kita jaga ia dari segala noda dan dosa, jika tidak bisa meninggalkan semua keburukan, paling tidak kita tidak mengerjakan semua keburukan. Dan jika tidak bisa berbuat semua kebaikan, paling tidak kita tidak meninggalkan  semua kebaikan yang ada.

Demikianlah pembahasan kami tentang tiga tingkatan hati nurani manusia menurut Islam. Mari kita rawat daging yang hanya segumpal tadi tapi dampaknya luar biasa. Semoga bermanfaat dan menyadarkan kita akan pentingnya qalbun salim dalam menjalani kehidupan. Mudah-mudahan kita semua memiliki hati setingkat qalbun salim dan hidup semakin tenteram, bahagia, dan menyenangkan, Aamiin….. (maglearning.id).

Loading...