Menghitung ATMR Risiko Kredit dengan Pendekatan Standar

Menghitung ATMR Risiko Kredit – Bank Indonesia memberlakukan peraturan terkait dengan perhitungan “Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)”. Ditentukan bahwa bank wajib membuat perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM),  dan tata cara penghitungan aset tertimbang menurut risikon (ATMR) atas risiko kredit diwajibkan untuk menggunakan pendekatan standar (Standardized Approach).

Hal itu dimaksudkan agar semakin mencerminkan risiko yang dihadapi Bank serta sejalan dengan standar yang berlaku secara internasional.

Apa Itu Risiko Kredit ?

Risiko Kredit adalah risiko kerugian akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Risiko Kredit mencakup:

  1. Risiko Kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk)– Timbul dari jenis transaksi yang secara umum memiliki karakteristik sebagai berikut:

(a) transaksi dipengaruhi oleh pergerakan nilai wajar atau nilai pasar;

(b) nilai wajar dari transaksi dipengaruhi oleh pergerakan variable pasar tertentu;

(c) transaksi menghasilkan pertukaran arus kas atau instrument keuangan;

(d) karakteristik risiko bersifat bilateral yaitu

  • apabila nilai wajar kontrak bernilai positif maka Bank terekspos Risiko Kredit dari pihak lawan, sedangkan
  • apabila nilai wajar kontrak bernilai negatif maka pihak lawan terekspos Risiko Kredit dari Bank.
  1. Risiko Kredit akibat kegagalan setelmen (settlement risk)– Timbul akibat kegagalan penyerahan kas dan/atau instrumen keuangan pada tanggal penyelesaian (settlement date) yang telah disepakati dari transaksi penjualan dan/atau pembelian instrumen keuangan.

Sesuai PBI KPMM, dalam menghitung Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) baik secara individual maupun secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak, Bank wajib menghitung ATMR untuk Risiko Kredit. Dalam menghitung ATMR untuk Risiko Kredit, Bank dapat menggunakan 2 (dua) jenis pendekatan, yaitu:

  • Pendekatan Standar (Standardized Approach); dan/atau
  • Pendekatan berdasarkan Internal Rating (Internal Rating Based Approach).

Untuk penerapan tahap awal, Bank wajib melakukan perhitungan ATMR untuk Risiko Kredit dengan menggunakan Pendekatan Standar.

Cara Menghitung ATMR Risiko Kredit

ATMR untuk Risiko Kredit dengan menggunakan Pendekatan Standar, yang selanjutnya disebut ATMR Risiko Kredit – Pendekatan Standar, secara umum perhitungannya didasarkan pada hasil peringkat yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang diakui Bank Indonesia.

Lembaga pemeringkat yang diakui Bank Indonesia mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia.

Formula perhitungan ATMR—Pendekatan Standar:

Tagihan Bersih x Bobot Risiko

Dari formula dasar ini, jelas terlihat bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi aset tertimbang menurut risiko dengan pendekatan standar, yaitu: Tagihan Bersih dan Bobot Risiko.

Penentuan Bobot Risiko Kredit

Penentuan bobot risiko kredit merupakan proses penting dalam analisis kredit yang dilakukan oleh lembaga keuangan untuk menilai kemungkinan terjadinya gagal bayar atau default dari peminjam. Bobot risiko kredit digunakan untuk menghitung risiko kredit yang terkait dengan setiap pinjaman atau kredit yang diberikan.

Proses penentuan bobot risiko kredit melibatkan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Salah satu faktor utama adalah informasi keuangan peminjam, termasuk laporan keuangan, neraca, laporan laba rugi, dan arus kas. Analisis terhadap informasi ini membantu dalam mengevaluasi kinerja keuangan peminjam, tingkat utang yang dimiliki, dan kemampuan untuk membayar kembali pinjaman.

Selain itu, aspek non-keuangan juga menjadi pertimbangan dalam menentukan bobot risiko kredit. Faktor-faktor ini dapat meliputi profil peminjam, industri tempat peminjam beroperasi, kondisi ekonomi dan pasar yang relevan, dan kondisi umum yang dapat mempengaruhi kemampuan peminjam untuk memenuhi kewajiban pembayaran.

Setelah faktor-faktor tersebut diidentifikasi, bobot risiko kredit dapat ditentukan dengan memberikan skor pada setiap faktor berdasarkan tingkat risiko yang terkait. Skor ini dapat diberikan dalam bentuk persentase atau angka yang mencerminkan risiko yang ditentukan. Misalnya, risiko yang lebih tinggi dapat diberikan bobot yang lebih tinggi.

Pemberian bobot risiko kredit juga dapat melibatkan pemilihan metode analisis yang sesuai. Beberapa metode umum yang digunakan termasuk analisis rasio keuangan, analisis tren historis, dan pemodelan statistik yang kompleks. Metode ini membantu dalam mengukur risiko kredit secara objektif dan memungkinkan perbandingan antara peminjam yang berbeda.

Penting untuk dicatat bahwa penentuan bobot risiko kredit dapat bervariasi antara lembaga keuangan, tergantung pada kebijakan dan tujuan risiko kredit yang ditetapkan oleh lembaga tersebut. Lembaga keuangan juga dapat mempertimbangkan faktor lain seperti kebijakan peraturan dan preferensi risiko yang ditetapkan oleh manajemen.

%%footer%%

Dalam kesimpulan, penentuan bobot risiko kredit merupakan proses penting dalam analisis kredit yang melibatkan berbagai faktor keuangan dan non-keuangan. Dengan menggunakan metode analisis yang tepat, lembaga keuangan dapat mengidentifikasi dan mengukur risiko kredit dengan lebih baik, yang pada gilirannya membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih informasional dan pengelolaan risiko yang efektif.

Demikianlah apa yang bisa kami sampaikan mengenai ATMR Risiko Kredit. Semoga bermanfaat (maglearning.id).

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan