Penelitian Hadist Syafaat Rasulullah

Penelitian Hadist Syafaat Rasulullah dengan Pendekatan Al-Qur’an

Penelitian Hadist Syafaat Rasulullah dengan Pendekatan al-Qur’an – Di artikel yang sebelumnya, kamu sudah mendapatkan berbagai informasi terkait hadis syafaat Rasulullah ini ya. Mulai dari kualitas perawinya, ketersambungan sanad, redaksi matn, hingga ayat al-Quran yang menyokong hadis tersebut. Maka, langkah terakhir yang akan kita bahas adalah meneliti matan hadis tadi dengan mencari pendekatan ayat-ayat al-Quran. Yuk simak penjelasannya ya.

Penelitian Matan Hadist dengan Pendekatan Ayat Ayat al Quran

Di dalam al Quran banyak sekali ayat ayat yang membahas mengenai syafaat, manfaat dan pertolongan pada hari kiamat kelak. Namun sangat disayangkan, karena penulis belum sempat menemukan ayat yang khusus dan spesifik yang mengarah kepada matan hadis yang sedang dibahas, akan tetapi akan ada beberapa hal yang menjadi menarik pada penelitian hadist kali ini. Sebelum membahas mengenai penelitian matan hadist dengan pendekatan ayat ayat al Quran, penulis akan sedikit menjelaskan gambaran umum mengenai pengertian syafaat.

Secara bahasa, syafaat berasa; dari asal kata شفع- يشفع  yang memiliki arti genap, dan hal ini juga disandingkan Allah di dalam al Quran dengan lawan katanya yaitu الوتر  yang berarti ganjil, firman Nya yang terdapat dalam surat al Fajr ayat 3. Syafaat, dapat diartikan juga sebagai perantara, sedangkan secara istilah syafaat berarti penolong pihak ke 3 kepada pihak yang membutuhkan dalam rangka memberikan manfaat/menolak mudharat.

Banyak sekali ayat ayat di dalam al Quran yang membahas tentang hal ini, dengan redaksi yang berbeda beda pula. Ada ayat yang mengatakan bahwa tidak ada syafaat di hari akhir kelak selain syafaat dari Allah, ada pula ayat yang mengatakan bahwa tidak ada syafaat di hari kiamat kelak kecuali syafaat dari Allah dan orang yang dikehendaki Nya.

Hal ini, sangat jelas sekali karena Allah telah menegur orang orang musyrik di dalam firman Nya QS. Saba’ ayat 22 yang berarti : “ Katakanlah :” serulah mereka yang kamu anggap sebagai Tuhan, mereka tidak memiliki kekuasaan seberat dzarrahpun di langit dan bumi, dan sekali kali tidak ada diantara mereka yang menjadi pembantu Nya “, dari ayat ini, telah jelas sekali bahwa Allah menegaskan kalimat “tidak ada diantara mereka yang menjadi pembantu Nya’.

Dikarenakan adanya sedikit kesimpangsiuran dari redaksi dan makna dari syafaat Allah, bukan semata mata karena redaksi yang Allah turunkan ini salah, akan tetapi terlepas dari semua itu, hal ini dikarenakan memang sedikitnya pemahan dan ilmu peneliti dalam hal ini. lantas apakah boleh seseorang langsung mengatakan bahwa Allah tidak konsisten dengan perkataan Nya ? tentu saja hal ini sangat membutuhkan kajian mendalam dan insayAllah penulis akan memaparkannya walaupun hanya sedikit.

Setelah jelas bahwa ayat yang berkaitan dengan syafaat serta pengertian dari syafaat maka di sini penulis ingin mengambil beberapa ayat al Quran yang berkaitan dengan syafaat, penulis akan memaparkan ayat ayat yang menunjukkan bahwa seluruh syafaat hanya milik Allah, orang orang yang dikehendaki Nya.

QS. Az Zumar ayat 44

قل لله الشفاعة جميعا  له ملك السموت والارض ثم اليه ترجعون

“ Katakanlah, : “ pertolongan itu hanya milik Allah semuanya, Dia memiliki kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada Nya kamu dikembalikan.”

Pada kalimat Allahu syafa’ah dikedepankannya khabar atas mubtada’ yang bertujuan sebagai pembatasan, yaitu seluruh syafaat atau pertolongan itu hanya milik Allah, tidak akan ada syafaat syafaat lain melainkan atas izin Nya. Ayat ayat al Quran yang memiliki makna sama dengan QS. az Zumar ( tidak ada syafaat di hari akhir kelak selain syafaat dari Allah ) ini terdapat di dalam surat surat berikut ini :

  1. QS. Al Baqarah ayat 48, 254, 255
  2. QS. Al An’am ayat 51, 70
  3. QS. Al Anbiya’ ayat 28
  4. QS. As Syu’ara ayat 100
  5. QS. ar Rum ayat 13
  6. QS. as Sajadah ayat 4
  7. QS. al Muddasir ayat 48

Untuk memperjelas, apakah memang kelak ketika di hari akhir benar benar mutlaq tidak Akan ada syafaat selain syafaat dari Allah, dan apakah berarti bahwa redaksi hadis ini salah atau keliru? penulis ingin mengutip sebuah tafsir ayat al Baqarah untuk memperjelas maksud dari ayat ayat di atas, walaupun tafsir yang penulis angkat bukanlah sebuah tafsir yang fenomenal, namun sangat bagus, di dalam kitab tafsir al Barru, yang ditulis oleh Muhammad Rusli Malik, ia mengatakan “ ciri kiamat berikutnya ialah tidak diterimanya syafaat. Allah berfirman di tempat lain: “ Hai orang orang yang beriman, belanjakanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada kamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan akrab dan tidak ada lagi syafaat, dan orang orang kafir itulah orang orang zalim. “ ( QS. al Baqarah, 254 ).

Apakah ini berarti tidak adanya yang namanya syafaat itu ? penyebutan kata syafaat saja dalam al Quran sudah cukup menunjukkan keberadaannya. Cuma tentu bersyarat. Pertama, memberi syafaat hanya diberikan kepada orang orang tertentu, terutama kepada Nabi dan Rasul, atau para pelaksana tugas.

Kalau Allah tidak memberikan hak tersebut, berarti Allah sendiri yang mendelegtimasi pilihan Nya. Dan itu mustahil. “ pada hari tiu tidak berguna syafaat, kecuali syafaat orang yang Allah Maha Pemurah beri rezeki kepadanya, dan dia telah meridhai perkatannya. “  ( QS. Thaha 108 )kedua, orang yang bisa mendapatkan syafaat hanyalah orang yang mengusahakannya di dunia dengan mengikuti ketentuan ketentuan Nya. Diantara ketentuan terpenting ialah membuat ‘ahd ( janji setia  kepada khalifah ilahi. “ mereka tidak berhak mendapat syafaat kecuali orang yang telah mengadakan ‘ahd di sisi Tuhan yang Maha Pemurah” .

Tafsir dari surat al Baqarah ini sudah cukup memberikan pengertian syafaat secara luas bagi pembaca, bahwa syafaat itu tidak hanya datang dari Allah, akan tetapi bisa juga datang dari orang orang yang dikehendaki Nya, dan yang menjadi hal menarik juga ialah, bahwa ternyata Allah mengatakan الشفاغة جميعا , Allah mengatakana kata syafaat dalam bentuk jama’, bukan mufrad, dan ini juga bisa menjadi tanda bahwa syafaat itu bukan hanya satu macam, akan tetapi ada beberapa macam.

Setelah penelitian hadist dan pemaparan beberapa hal di atas, penulis rasa, sudah tidak adalagi kesimpangsiuran antara ayat yang satu dengan yang lain, yang ada hanyalah ayat yang satu dengan yang lain malah saling menguatkan.

QS. Yunus ayat 3

ان ربكم الله الذي خلق السموت والارض في ستة ايام ثم استوى على العرش يدبر الامر ما من شفيع الا من بعد اذنه ذالكم الله ريكم فاعبدوه افلا تذكرون

“Sesungguhnya Tuhan kamu Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa kamudian Dia bersemayam di atas arsy untuk mengatur segala urusan. Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali setelah ada izin Nya, itulah Allah, Tuhan mu, maka sembahlah Dia, apakah kamu tidak mengambil peajaran ?”

Ayat ini adalah ayat muhkam, jadi sekali membacanya maka orang bisa langsung memahaminya sendiri, karena memang mudah sekali untuk dipahami. QS. yunus ayat 3 ini, menjadi penguat dan pendukung atas ayat ayat di atas dan juga sesuai dengan tafsir yang ditulis oleh Muhammad Rusli Malik, bahwa penyebutan kata syafaat saja dalam al Quran sudah cukup menunjukkan keberadaannya, hanya saja pemberian syafaat ini tentu saja tidak sembarangan diberikan oleh Allah tanpa syarat,  bisa jadi Allah memberi syafaat kepada orang orang tertentu, terutama kepada Nabi dan Rasul, seperti kalimat awal pada matan hadis, bahwa tiap tiap Nabi mempunyai satu doa yang mustajab.

Berikut ini ayat ayat al Quran yang menyebutkan bahwa syafaat Allah itu bukan hanya dari Allah saja, akan tetapi bisa juga dari orang orang yang diberi izin oleh Allah, atau orang yang dikehendaki oleh Allah, di antaranya :

  1. QS. Yunus ayat 3
  2. QS. Thaha ayat 109
  3. QS. Saba ayat 23
  4. QS. an Najm ayat 26

Dari beberapa ayat tersebut, telah jelas sekali bahwa tidak ada pertentangan antara ayat Allah dengan matan hadis yang ada.

Kesimpulan

Hadis tentang syafaat Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh imam al Bukhari dengan nomor hadis 5829, dari jalur Bukhari –  Ismā’il –  Malik – Abi Zinad –  al A’raj – dan abu Hurairah dengan shigatamul ada’ yang berbeda, yakni ada dengan kata haddatsaana dan ‘an. Apabila suatu hadis disampaikan dengan kata haddatsana, maka hal itu dianggap bersambung, karena merupakan tingkatan penyampaian hadis yang paling tinggi, sementara diketahui, bahwa penerimaan hadis dengan kata ‘an merupakan keterputusan sanad, atau terputus dan juga dianggap masih meragukan, akan tetapi ‘an ini bisa jadi juga bersambung apabila mereka dinyatakan pernah bertemu, sama kota tempat tinggalnya, sezaman atau semasa, ada hubungan guru murid.

Dari permasalahan tersebut, peneliti masih belum bisa memutuskan kualitas dari sebuah hadis, karena syarat dapat diputuskannya sebuah kualitas hadis ialah dengan meneliti dua unsur yang terdapat di dalam hadis, yakni sanad dan matan. Maka dari itu, jika sebuah hadis yang diteliti sanadnya shahih, maka belum tentu matannya juga shahih begitu juga sebaliknya. Jadi, kualitas keseluruhan dari hadis ini belum dapat dipastikan, namun dengan penelitian hadist di atas, penulis hanya bisa meyimpulkan kualitas sanadnya saja, dan berdasarkan penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa sanad hadist tentang syafaat yang melewati jalur Imam al Bukhari ialah hasan lighairihi.

Dari sudut matan,  hadis yang berbunyi لكل نبي دعوة مستجابة  يدعوبها واريد أن اختبئ دعوتي شفاعة لامتي في الاخرة  tidak ada janggalnya, karena penyampaian redaksinya sederhana, mudah dicerna dan juga memiliki batasan batasan, dengan pertimbangan dan hal hal ini menjadi ciri ciri matan shahih. Redaksinya sangat jelas, menyebutkan bahwa setiap Nabi memiliki satu doa yang diijabah, dan Rasulullah memilih untuk menyimpan doanya sebagai syafaatnya untuk umatnya kelak ketika kiamat.

Dari sudut wacana al Quran, matan antara Hadis dengan al Quran sangat sesuai dan tidak terdapat kejanggalan antara keduanya, dan malah menjadi dua elemen Islam yang saling mendukung dan menguatkan satu sama lain. Bahkan di dalam al Quran Allah menjelaskan lebih rinci lagi mengenai syafaat ini, Allah menyebutkan juga bahwa ternyata ada juga orang orang yang dapat memberikan syafaat keada orang lain, dengan catatan atas izin Allah. Dari sudut demikian, maka matan hadis لكل نبي دعوة مستجابة  يدعوبها واريد أن اختبئ دعوتي شفاعة لامتي في الاخرة adalah shahih. dan penulis menduga secara kuat penuturan hadits itu, karena diriwayatkan secara hasan lighairihi, karena hanya ada satu perawi yang diduga suka memalsukan, dan suka mencuri hadis dalam periwayatan hadis ini. Semoga bermanfaat (maglearning.id).

Loading...