Sejarah Perkembangan Psikologi di Negara Jerman

Sejarah Perkembangan Psikologi di Negara Jerman

Bagaimanakah sejarah perkembangan psikologi di negara Jerman?  Kita akan mengulas secara singkat di tulisan ini. Sebagaimana diketahui, psikologi sebagai ilmu yang mandiri dianggap oleh kebanyakan literatur Eropa berawal dari didirikannya laboratorium psikologi pertama di Leipzig pada tahun 1879 oleh Wilhem Wund (1832-1920).

Wundt yang dokter tetapi juga pakar ilmu-ilmu sosial itu, mula-mula bereksperimen di laboratorium ilmu faal dnegna menggunakan teori-teori dan metode-metode ilmu faal (khusus neurologi) sebagaimana yang diajarkan kepadanya antara lain oleh Herman Ludwig von Helmholtz (1821-1894).

Akan tetapi dari eksperimen itu (yang pada umumnya tentang persepsi). Wundt menyadari bahwa tidak semua bisa diterangkan dengan ilmu faal. Gejala Unbewuster Schluss (penyimpulan tak sadar), misalnya, yang membuktikan adanya pengaruh memori terhadap persepsi, mengukuhkan tekad Wundt untuk membuat laboratorium khusu psikologi yang menggunakan teori dan metode introspeksi yang juga khas psikologi.

Sejak Wundt mendirikan laboratorium psikologinya yang pertama di dunia tersebut, maka banyak orang yang belajar kepada Wundt di Leipzig. E. B. Titchner (1867-1927), misalnya, yang berasal dari Sussex, Inggris, tidak hanya mempelajari teori-teori Wundt, melainkan juga menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris dan membawanya ke Amerika Serikat dan menyebarluaskannya di sana melalui kuliah-kuliahnya di Cornell Univesity, New York.

Boleh dikatakan bahwa masyarakat psikologi di Amerika Serikat (termasuk tokoh behaviorisme J.B. Watson, 1878- 1958) mengenal psikologinya Wundt dari buku-buku Titchner, anara alin Experimental Psychology.

Murid Wundt yang lain adalah James McKeen Cattell (1860-1944) yang kemudian menjadi guru besar di Teacher’s College of Columbia. Semasa menjadi mahasiswa Wundt, Cattell pernah bereksperimen tentang perbedaan individual, yang ingin dicobakannya tanpa menggunakan metode introspeksi (metode utama dari psikologi Wundt).

Hal ini membuat Wundt marah. Menurut Wundt, upaya Cattell adalah Amerikanisasi psikologi, karena yang boleh menjadi orang percobaan dalam psikologi Wundt hanyalah para sarjana psikologi. Cattell kemudian kembali ke Amerika Serikat untuk meneruskan eksperimen-eksperimennya di Amerika Serikat.

Bersama-sama dengan mahasiswa-mahasiswa Wundt yang berasal dari Jerman sendiri, mahasiswa-mahasiswa Wundt dari luar Jerman ini saling berkomunikasi antar mereka sendiri dan tetap berkomunikasi dengan Wundt, sehingga tidak mengherankan bahwa di masa itu Jerman menjadi acuan utama dari psikologi dunia. Dengan demikian Jerman menjadi pusat perkembangan psikologi dunia.

Dapat dikatakan bahwa aliran-aliran besar dalam psikologi di dunia saat itu dan beberapa di antaranya masih bertahan hingga saat ini, berasal dan berawal dari Jerman, antara lain Psikologi Gestalt, Psikologi Wurzburg dan Psikologi Ganzheit. Walaupun demikian aliran-aliran Jerman pada masa itu masih bersifat umum dan bersibuk diri dengan mencari hukum-hukum dan dalil-dalil umum sebagaimana yang lazim pada ilmu pasti dan ilmu faal pada khususnya.

Jadi psikologi Jerman ketika itu memang masih berbicara tentang karakterologi (ilmu tentang karakter manusia), tipologi (ilmu untuk menggolong-golongkan manusia ke dalam beberapa jenis karakter), dan Volker Psychologie.

Perang Dunia II

Perkembangan psikologi yang sedang menuju puncak ini, ternyata harus terputus dengan meningkatnya aktivitas partai Nazi menjelang Perang Dunia II. Menjelang malam pembantaian orang-orang Yahudi oleh massa Jerman (yang dikenal dengan peristiwa Hollocaust), tokoh-tokoh penting Jerman keturunan Yahudi sudah melarikan diri dari Jerman, termasuk tokoh-tokoh psikologi. Mereka yang melarikan diri tersebut, antara lain adalah Adhemar Gelb, Kurt Goldsten, William Stern, Heinz Werner, Max Wertheimer, Otto Selz, David Katz, Kurt Lewin dan Wolfgang Kohler (yang satu ini hanya simpatisan Yahudi).

Sementara itu, pengganti-pengganti mereka yang mengisi pos-pos yang ditinggalkan di Jerman, walaupun tidak seluruhnya pengikut partai Nazi, tidak mengutuk atau menunjukkan antipatinya terhadap ulah partai Nazi yang tidak berperikemanusiaan itu. Tidak mengherankan bahwa psikologi di Jerman tidak hanya putus hubungan dengan dunia luar, melainkan juga tidak mendapat simpati dari dunia internasional (khususnya Amerika Serikat).

Pasca Perang Dunia II

Setelah 1945, pada umumnya sarjana-sarjana psikologi di Jerman tidak menyarankan psikologi Nazi, kecuali beberapa orang seperti E.R. Jaensch dan G. Pfahler. Tetapi mereka tidak juga mengembangkan teori sendiri. Sedangkan selama masa kekuasaannya, partai Nazi sendiri hanya berminat pada psikologi sejauh untuk seleksi personil militer. Itu pun hanya untuk waktu yang singkat (selama perang), sehingga tidak cukup waktu untuk mengembangkan penelitian.

Tetapi karena hubungan Jerman Barat- Amerika Serikat sangat baik setelah Perang Dunia II (secara politik Jerman Barat berafiliasi ke Amerika Serikat), maka psikologi Jerman pun mulai bangkit kembali. Bantuan-bantuan dari Amerika Serikat mulai berdatangan dalam bentuk jurnal-jurnal dan buku-buku dan beasiswa untuk mengirimkan mahasiswa Jerman untuk belajar di Amerika Serikat.

Sejak itu program-program studi psikologi dibuka di berbagai universitas di Jerman, sehingga saat ini tercatat 44 universitas di Jerman yang menawarkan program studi psikologi.

Jerman Timur

Di sisi lain, psikologi di Jerman Timur tidak mengalami perkembangan yang berarti, karena terisolasi dari Dunia Barat. Iklim politik yang mengacu ke Rusia juga menyebabkan perkembangan psikologi di Jerman Timur dibatasi dan diarahkan oleh aksioma-aksioma dialektika dan historika militerisme dan teori-teori Marxisme.

Sedangkan penggunaan psikotes sama sekali dilarang oleh pemerintah Uni Sovyet, yang berpengaruh juga di Jerman Timur. Walaupun demikian ada juga upaya untuk melibatkan kembali psikologi di Jerman Timur ke dalam dunia psikologi internasional, antara lain dengan peneylenggaaraan Kongres IUPsyS (International Union of Psychological Societies) di Leipzig (Jerman Timur) pada tahun 1980 (dalam rangka memperingati 100 tahun laboratorium Wund).

Amerika Serikat

Masa setelah tahun 1950-1n dalam abad XX dalam sejarah psikologi memang menjadi eranya Amerika Serikat karena menurunnya supremasi Jerman selama dan sesudah Perang Dunia II tersebut di atas. Pertemuan antara strukturalismenya Wundt yang dibawa oleh Titchner ke Amerika Serikat dengan paham fungsionalismenya William James dan kawan-kawan di Amerika Serikat sendiri telah membuahkan berbagai teori dan aliran baru di Amerika Serikat.

J.B. Watson, misalnya, sebagai salah seorang mantan mahasiswa Titchnere, di kemudian hari (1913) mencetuskan aliran behaviorisme sebagai penajaman dari aliran fungsionalisme yang ketika itu sedang menjadi tren. Pada gilirannya behaviorisme ini bertemu dengan field psychology yang dikembangkan oleh tokoh psikologi Jerman, Kurt Lewin, untuk melahirkan aliran psikologi kognitif.

Behaviorisme klasik ala Watson yang mengabaikan sama sekali faktor-faktor internal (proses yang covert, psikodinamika, elemen-elemen kesadaran, dan sebagainya). Melalui tokoh-tokohnya antara lain Edwin B.Holt (1873-1946) dan Edwar Chase Tolman (1886-1959) akhirnya menyesuaikan diri dengan perkembangan pemikiran dalam psikologi sebagaimana yang diperkenalkan oleh Lewin.

Maka berkembanglah aliran psikologi kognitif (artinya: kesadaran), antara lain seperti yang dikemukakan oleh F. Heider (1946 mempublikasikan tulisannya: Attitudes and Cognitive Organization) dan Leon Festinger (1957: A Theory of Cognitive Dissonance) yang sampai saat ini masih sangat popular di Amerika Serikat.

Kembali ke Jerman. Setelah penyatuan kembali Jerman Barat dan Jerman Timur, pada tahun 1990-an psikologi di Jerman berkembang dengan lebih pesat. Jerman kembali terlibat aktif di dalam pergaulan internasional psikologi. Walaupun demikian tidak terhindar bahwa aliran-aliran yang berkembang di Jerman dalam dekade terakhir abad XX ini banyak diwarnai oleh kecenderungan-kecenderungan yang ada di Amerika Serikat, seperti positivisme, relativisme, pragmatisme dan utilitarisme.

Demikianlah apa yang bisa kami sajikan mengenai sejarah perkembangan psikologi di negara Jerman. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi dengan kami di lain kesempatan (maglearning.id).

 

Loading...

Tinggalkan Balasan