Definisi Branding dalam Bisnis dan Kehidupan Sosial

Definisi Branding dalam Bisnis dan Kehidupan Sosial

Definisi Branding dalam Bisnis dan Kehidupan Sosial – Istilah brand dan branding sekarang semakin umum digunakan oleh banyak orang dalam kosa kata sehari-hari. Namun, istilah brand dan branding juga sering disalahartikan, terutama oleh orang awam, bahkan terkadang oleh para marketer sekalipun.

Dalam beberapa tahun terakhir, branding telah menjadi bagian fundamental dari perusahaan, organisasi, dan bahkan individu. Sekarang ini branding sangat erat kaitannya dengan cara kerja sebuah perusahaan, sehingga jika suatu brand mengalami masalah (melemah), demikian pula perusahaannya. Di sisi lain, brand yang kuat akan mendongkrak nilai perusahaan.

Masih kita ingat bagaimana Yamaha berhasil merajai pasar motor matic di Indonesia berkat produk “Mio” serta lebih dulu mengaspal dibanding Honda raja pasar motor di Indonesia, maka Honda harus cepat-cepat merespons untuk mengejar ketertinggalan. Berbekal brand yang kuat maka honda balik memukul menggunakan honda “Beat” sekaligus meluncurkan “Vario” yang sampai sekarang sangat perkasa.

Walaupun sampai saat ini “perang” itu masih terus berlanjut dan susul menyusul melebar ke motor bongsor, namun karena Brand Honda masih sangat tangguh maka mereka punya modal yang kuat untuk merespons strategi lawan. Kedua brand ini adalah brand motor paling kuat di pasar Indonesia.

Apa Definisi Branding?

Ngomong-ngomong masalah brand dan branding, apa sebenarnya sih definisi dari istilah itu? Brand lebih dari sekedar logo atau nama. Brand adalah mewakili ‘kepribadian’ penuh perusahaan dan merupakan antarmuka yang “bersentuhan” antara perusahaan dan pemirsanya. Bahasa keren dari bersentuhan itu adalah encounter atau “service encounter” namun lebih luas lagi karena tidak hanya bersentuhan secara fisik atau online namun lebih luas lagi sampai ke wilayah imajinasi dan persepsi.

Sebuah brand dapat berhubungan dengan audiensnya dalam berbagai cara: dari apa yang kita lihat dan dengar, hingga pengalaman fisik kita dengan merek, dan juga perasaan atau persepsi umum yang kita miliki tentang sebuah perusahaan. Jadi brand adalah lebih mengarah pada persepsi seseorang pada keseluruhan sebuah perusahaan. Tidak hanya sekedar logo, tapi bagaimana perusahaan dipersepsikan oleh konsumen. Baik dari sisi performa produk, layanan, keamanan, tanggung jawab dan sebagainya.

Lalu apa definisi dari branding? Bila brand adalah persepsi seseorang terhadap keseluruhan perusahaan baik itu produk, karyawan, mesin, pimpinan dan lain sebagainya, maka branding adalah upaya untuk membentuk persepsi itu.

Meminjam istilah dari teori pembelajaran behaviorisme, bahwa untuk membentuk persepsi sebagai sebuah respons maka branding adalah sebagai stimulusnya. Artinya branding adalah stimulus yang diberikan oleh perusahaan untuk mendapatkan respons dari konsumennya dengan sasaran akhir adalah persepsi konsumen yang diharapkan perusahaan.

Sebuah brand merangkum keseluruhan persepsi baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan dapat diterapkan pada hampir semua hal. Baik untuk personal branding atau individu seperti David Beckham atau Cristiano Ronaldo, untuk bisnis seperti Samsung, Apple, dan Microsoft), untuk negara, atau bahkan untuk ide samar seperti “George Bush on Terror”.

Produk, layanan, dan orang-orang dari suatu organisasi atau entitas semuanya adalah bagian dari brand (merek) dan memengaruhi “cara audiens memandang” dan berinteraksi dengan merek tertentu. Itulah yang dinamakan persepsi dan kemudian aksi.

Brand dan bisnis

Istilah “branding” sering digunakan sebagai pengertian umum untuk mendefinisikan banyak hal, dari pemasaran umum suatu produk hingga perubahan nama atau pembuatan logo. Mengembangkan brand atau branding yang berkelanjutan membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana bisnis, organisasi, atau orang tersebut beroperasi.

Proses branding merupakan tulang punggung bisnis dengan membantu menentukan posisi perusahaan di pasarnya, dan arah serta visi bisnis. Termasuk posisinya di antara para pesaingnya.

Setelah ini ditetapkan, strategi brand dapat dirumuskan apa yang bertindak sebagai cetak biru bisnis dan selanjutnya mendefinisikan area audiens dan nilai brand. Intinya, brand adalah rangkuman dari nilai inti perusahaan serta mewakili aspirasi dan tujuannya.

Ini harus merupakan cerminan bisnis yang akurat dan otentik dan harus terlihat oleh karyawan serta pelanggan. Jadi, proses branding tidak hanya dilakukan untuk membentuk persepsi dari konsumen saja, melainkan semua orang termasuk karyawan. Bahkan harus dimulai dari karyawan, karena dari sinilah stimulus itu mulai digerakkan.

Toh bila kita tidak suka menggunakan pendekatan behaviorisme maka misalnya menggunakan pendekatan konstruktivisme maka karyawan adalah bagian penting untuk memberikan atau membentuk pengalaman bagi pelanggan dalam upaya membangun sebuah brand atau branding.

Brand dan Kehidupan Sosial

Fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi adalah atribut utama untuk brand apa pun yang ingin bertahan dalam masyarakat dan pasar global yang terus berubah. Apa lagi era disruptif ini perubahan begitu cepat dan tak terduga, serta bisa berasal dari mana saja.

Hal iIni tidak berarti bahwa perusahaan harus mengubah citra (image) dalam iklim ekonomi baru atau ketika memasuki pasar baru. Namun, perusahaan akan sering menyesuaikan cara memposisikan dirinya dengan audiens baru, terutama jika memasuki pasar baru.

Misalnya, perusahaan elektronik asal Korea, Samsung, pada awalnya dianggap di Eropa selama tahun 1990-an sebagai merek kelas bawah karena produknya lebih murah. Namun di Moskow, pada masa itu sudah dipandang sebagai merek elit. Samsung sekarang menyaingi Sony sebagai merek elektronik konsumen berkualitas tinggi. Bahkan di berbagai lini produk Samsung lah pemimpin pasarnya, jauh meninggalkan Sony.

Brand dan Perubahan

Definisi branding sebagai sebuah upaya membangun stimulus membuat sebuah brand juga harus merespons perubahan tren sosial agar tetap selaras dengan audiensnya. Pergeseran signifikan sepanjang abad ini mencakup perkembangan pesat bentuk-bentuk teknologi baru, termasuk jaringan media sosial, dan menanggapi isu-isu global seperti perubahan iklim.

Gejolak dalam masyarakat, serta teknologi baru, telah secara signifikan mengubah hubungan antara brand dan audiensnya selama dekade terakhir. Telah terjadi pemecahan hambatan di mana banyak merek telah bergeser dari berbicara langsung kepada pemirsa menjadi terlibat dengan mereka.

Audiens sekarang mencari dialog dengan brand sebagai gantinya, dan ini bisa dalam bentuk memengaruhi merek melalui tekanan, menyuarakan pendapat tentang produk atau layanan merek, atau menciptakan produk atau layanan bersama. Banyak orang sekarang mengharapkan hubungan yang lebih dalam dengan merek dan transparansi yang lebih besar tentang bisnis yang berada di belakang merek.

Namun bahkan di dunia kita yang berubah dengan cepat, prinsip dasar branding dan manajemen brand (merek) masih berlaku. Maka dari itu memahami definisi brand dan branding amatlah penting sebagai dasar mengelola prinsip-prinsip dasar itu. Salam sukses selalu (maglearning.id).

Loading...