MEDIA PEMBELAJARAN NARATIF

Media naratif adalah media presentasi linear yang meliputi media cetak (teks dan grafik), audio (biasanya kaset audio), audiovision (kaset audio yang disertai dengan beberapa bahan visual terpisah), siaran televisi atau film, dan video atau disk digital. Media naratif ini tidak interaktif atau bersifat linier.

Media televisi, audio dan video tidak dapat menanggapi pertanyaan audien mereka, dan siswa harus belajar atau melakukan sesuatu yang mereka bisa dari media tersebut. Dalam membedakan media naratif dari media berbasis komputer, kita harus dapat membedakan beberapa konsekuensi pedagogis yang signifikan dalam penggunaan narasi.

Buku diakui sebagai media pendidikan tertinggi selama beberapa abad, terlepas dari bentuk non-interaktif mereka, dan mereka jelas mendukung setidaknya beberapa kegiatan penting yang harus dilibatkan siswa selama proses pembelajaran. Metode dan media pendidikan tradisional, seperti ceramah, buku, film, dan program televisi, semuanya berbentuk naratif.

Narasi memiliki struktur yang menciptakan koherensi global dalam teks yang berisi banyak bagian atau komponen. Struktur menyajikan dinamika linier yang menghubungkan komponen satu dan komponen lain melalui hubungan, yang dapat bersifat kausal, temporal, atau motivasi, tergantung pada konten. Dalam konteks ceramah, cetak, audio dan video semua menggunakan berbagai isyarat struktural, seperti pos, rambu-rambu teks, paragraf, keterangan, lokasi, dan gerakan kamera, untuk memungkinkan siswa memahami keseluruhan struktur narasi.

Narasi pada dasarnya terkait dengan kognisi dengan membuat struktur yang memungkinkan pembaca untuk memahami makna yang ingin disampaikan oleh pembuat. Berikut ini beberapa media pembelajaran naratif.

KULIAH

Kuliah di sini hanya untuk memberikan dasar perbandingan, sebagai metode pengajaran di universitas yang disukai secara tradisional. Kuliah yang dimaksud di sini adalah kuliah tradisional yang masih umum diterapkan. Kuliah pada umumnya merupakan presentasi dan menggunakan bentuk naratif dari budaya lisan kuno. Hanya guru atau dosen yang mampu mengartikulasikan konsepsi mereka. Oleh karena itu menempatkan beban yang luar biasa pada siswa untuk terlibat dalam berbagai kegiatan matemagenik. (Ketika siswa dikendalikan atau dimanipulasi oleh atribut desain khusus instruksional).

Mereka harus melakukan pekerjaan untuk membuat struktur implisit dan eksplisit untuk diri mereka sendiri, harus merefleksikan hubungan antara apa yang dosen katakan dan apa yang mereka pahami sebelumnya, dan memutuskan apakah itu berbeda dan bagaimana perbedaan itu harus diselesaikan. Mereka kemudian harus memeriksa bahwa ini kompatibel dengan semua yang dikatakan dosen, memulai kegiatan reflektif mereka sendiri, secara retrospektif, menggunakan catatan kuliah mereka. Redeskripsi mandiri kemudian diartikulasikan dalam diskusi tutorial atau esai yang kemudian mendapat umpan balik dari guru untuk menyelesaikan loop ‘diskursif’. Itu bisa dilakukan, tetapi peluang kegagalan atau inefisien sangat banyak.

Beberapa dosen mengakui keterbatasan ini, dan menggunakan teknik yang dirancang untuk mengatasi kegiatan belajar penting yang hilang dari kuliah tradisional, dimana satu orang yang berbicara dengan banyak orang selama lima puluh menit. Pertanyaan yang diberikan kepada mahasiswa mendorong mereka untuk bercermin, dan jawaban mahasiswa memungkinkan dosen untuk memperbaiki deskripsi dan penjelasan yang diberikan.

Pertanyaan dari mahasiswa memberikan peluang lebih lanjut di tingkat diskursif bagi dosen untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana mahasiswa berpikir tentang topik tersebut. Pembentukan kelompok dilakukan untuk mendorong mahasiswa agar mengartikulasikan deskripsi yang disampaikan dosen.

Tingkat pengalaman belajar jarang ditanggapi. Pada dasarnya presentasi memungkinkan mahasiswa hanya mendapatkan pengalaman perwakilan dari lingkaran tujuan-tindakan-umpan balik, di mana mereka tidak dapat menguji tindakan mereka sendiri yang dihasilkan secara konseptual.

Cara yang lebih umum untuk menghubungkan pengalaman dengan teori dalam sebuah kuliah adalah dengan menarik pengalaman mahasiswa sebelumnya, menggunakan analogi, atau contoh ilustratif. Pengalaman yang diingat menjadi interaksi yang mencerminkan dan membangun konsepsi mereka.

Mengapa model kuliah tradisional masih bertahan selama ratusan tahun. Dimana keberhasilan pembelajaran tergantung pada dosen mengetahui dengan sangat baik kemampuan mahasiswa, dan pada siswa yang memiliki kemampuan yang sangat mirip dan pengetahuan sebelumnya. Kuliah dapat dipertahankan, mungkin, dalam sistem universitas lama di mana mahasiswa dipilih melalui standar ujian masuk.

Tekanan ekonomi yang memaksa agar akses ke universitas dibuka luas yang menghasilkan jumlah mahasiswa yang banyak, sementara universitas tetap dirancang tetap seperti kuliah tradisional. Akibatnya menciptakan khalayak mahasiswa yang sangat beragam membuat kuliah sangat tidak efisien bagi siswa secara individu, dalam hal kebutuhan pedagogis.

MEDIA CETAK (PRINT)

Media cetak adalah media pendidikan naratif yang paling penting. Namun  keunggulannya lebih pada logistik daripada keunggulan pedagogis. Media cetak adalah media yang paling mudah untuk didesain, diproduksi, dikirim, dan digunakan. Logistik berubah dengan perubahan teknologi dan budaya, jadi kita harus jelas tentang sejauh mana karakteristik pedagogis cetak untuk dapat menilai ini terhadap perubahan logistik komparatifnya.

Media cetak mirip dengan ceramah dalam hal hanya dapat mendukung deskripsi konsepsi guru, tetapi memiliki keunggulan utama yaitu dapat dikontrol oleh siswa. Mereka dapat mengontrol fokus topik: mereka dapat membaca ulang, melewati, menelusuri, pergi ke topik lain melalui indeks atau daftar isi. Untuk kelompok siswa dengan latar belakang akademik yang beragam, kontrol atas kecepatan studi sangat penting.

Media cetak masih memiliki kelemahan karena tidak interaktif, adaptif atau reflektif, dan ini telah menjadi perhatian khusus akademisi di lembaga pembelajaran jarak jauh seperti Universitas Terbuka. Untuk mengatasi kekurangan penting dari format cetak ini, sejumlah fitur desain telah diadopsi:

  • pernyataan tujuan pembelajaran sebagai cara mengklarifikasi tujuan topik;
  • margin lebar untuk mendorong siswa membuat anotasi mereka sendiri pada teks;
  • penggunaan pertanyaan dan aktivitas dalam teks untuk mendorong tindakan, misalnya siswa diminta untuk menuliskan sudut pandang mereka tentang suatu topik sebelum membaca untuk membandingkan sudut pandang penulis dengan sudut pandang mereka; diberikan tugas analitis, atau tugas perhitungan, yang sesuai dengan materi;
  • penyediaan teks tambahan untuk membuat materi dapat disesuaikan untuk siswa yang perlu menghabiskan lebih banyak waktu pada beberapa aspek pekerjaan;
  • penggunaan pertanyaan penilaian diri (Self Assesment Questionnaire / SAQ) untuk membantu siswa merefleksikan apa yang mereka ketahui, dan untuk memeriksa kinerja mereka terhadap jawaban yang diberikan.

Kombinasi kegiatan dan SAQ memungkinkan media cetak menjadi lebih diskursif, dengan mengundang siswa untuk menggambarkan dan bahkan mendeskripsikan kembali konsepsi mereka. Tentu saja, ini tidak sepenuhnya bersifat diskursif, karena tidak mungkin bagi guru, sebagai penulis, untuk mendeskripsikan kembali konsepsi mereka sebagai tanggapan terhadap deskripsi siswa.

Media cetak dapat ditingkatkan jauh dari bentuk standarnya, oleh karena itu, dan meskipun masih gagal untuk memenuhi semua persyaratan untuk strategi pengajaran yang ideal, para siswa diberi beberapa dukungan untuk apa yang mereka harus kontribusikan sendiri.

AUDIOVISION

Media pembelajaran kaset atau file audio merupakan media pembelajaran yang tidak sepopuler buku teks. Perbedaan utama dengan kuliah adalah bahwa lebih dapat dikontrol, meskipun tidak seperti media cetak yang mudah dijelajahi atau diindeks. Perbedaan utama dengan cetak adalah bahwa media audio menggunakan saluran pendengaran, yang berarti media ini memiliki potensi luar biasa bagi siswa yang sulit membaca atau melihat, sehingga membuat seakan-akan dunia cetak hadir di hadapan mereka.

Selain itu, media audio naratif dapat memberikan pengalaman perwakilan diskusi, seperti tutorial atau debat akademik yang direkam. Ini adalah media yang ideal untuk belajar  tanpa meninggalkan kegiatan sehari-hari, belajar dapat dilakukan secara paralel dengan kegiatan lain seperti perjalanan, berkebun, berbelanja, menyetrika, maupun olahraga.

Media sangat efisien untuk materi yang mudah dipelajari. Jika materi cukup menantang dan membutuhkan kemampuan ingatan yang cukup besar untuk mempertahankan pemahaman makna penuh sampai dapat direfleksikan maka dapat disatukan atau dihubungkan dengan kegiatan lain pada tahap selanjutnya.

Untuk alasan ini, ‘audiovision’ adalah media yang lebih dapat diterima, serta menawarkan ruang lingkup yang lebih luas. Audiovision menggunakan saluran pendengaran dalam kombinasi dengan sesuatu untuk difokuskan pada saluran visual, biasanya dicetak. Dengan demikian, ada representasi tambahan yang dicetak dan dideskripsikan dalam audio.

Karena cetak tidak hanya teks, tetapi juga gambar dan diagram, hasil cetak dapat memberikan versi deskripsi ikonik atau grafis. Bagian ‘vision’ tidak harus dicetak, mungkin juga material.

Audiovision biasanya tidak adaptif. Secara umum, media ini tidak mengarahkan siswa ke tindakan di dunia nyata, tetapi ke tindakan pada deskripsi, misalnya teks, diagram, atau gambar. Audiovision dalam bentuk standar hanya mencakup sebagian kecil dari Kerangka Kerja Interaktif. Media tidak dapat bersifat diskursif, dalam arti dapat mengomentari tindakan siswa, dan bahkan dalam kombinasinya, tidak dapat dengan mudah memasukkan adaptasi atau refleksi oleh guru. Semua proses belajar harus berasal dari siswa.

TELEVISI

Siaran televisi bisa menjadi solusi bagi kondisi pendidikan khusus, seperti kampus atau sekolah yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia atau mahasiswa yang didistribusikan secara luas di universitas pembelajaran jarak jauh. Seperti kuliah, media ini tidak bersifat diskursif, interaktif, adaptif, atau reflektif. Kontras utamanya dengan kuliah adalah bentuk representasi yang dapat digunakan adalah gambar dan bahasa yang dinamis.

Televisi secara khusus mampu menyampaikan cara mengalami. Ini memberikan pengalaman pengganti melalui suara dan visi yang dinamis, dan menggunakan sejumlah perangkat teknis untuk memanipulasi pengalaman itu.

Bagi akademisi yang ingin menyampaikan gagasan teoretis yang kompleks, televisi dapat menawarkan cara untuk menggantikan proses yang harus diikuti siswa agar dapat memahami maknanya. Siswa akan mengetahuinya dengan cara yang tidak bisa dari kata-kata saja.

Dengan membawa dunia ke ruang belajar siswa, menjadi mungkin bagi mereka untuk mengalami secara perwakilan berbagai aksi di dunia: kerja lapangan (mendaki gunung berapi dan memeriksa sampel), bereksperimen (menambahkan bahan kimia lain dan melihat reaksi), interpretasi (membandingkan satu bagian lukisan dengan yang lain).

Peran yang lebih menarik untuk televisi, sebagai media pedagogis yang unik, memanfaatkan kekuatan retorikanya. Televisi sebagai media informasi publik tentu memiliki kekuatan retorisnya yang terbatas, untuk kepentingan tampil seimbang dan obyektif. Dalam penyiaran pendidikan, mengingat posisi pengetahuan akademis pada dasarnya adalah retorika, media dapat secara sah memenuhi potensinya.

VIDEO

Perbedaan utama antara siaran televisi dan video adalah kemampuan yang relatif dapat dibuat adaptif oleh siswa. Setidaknya video adalah media naratif presentasi terbuka, yang memungkinkan pengguna untuk responsif terhadap apa yang mereka temukan, bahkan jika media tidak responsif terhadap tindakan mereka. Saat ini video dapat dengan mudah dikirim dan ditemukan oleh siswa di dunia maya dengan bantuan teknologi informasi.

Sebuah video pada dasarnya adalah media presentasi linear. Tidak ada video yang berubah ketika seorang siswa memundurkannya, sama seperti tidak ada yang berubah dalam buku ketika Anda membalik halaman. Istilah ‘interaktif’ diterapkan pada video lebih karena memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan di antara waktu menonton atau jeda yang dibuat siswa, dan untuk melakukan latihan analitis pada materi video itu sendiri. Ini adalah cara yang sangat baik untuk menggunakan media video, dan mengeksploitasi kemampuan kontrolnya, tetapi mereka tidak interaktif dalam arti yang menonjol. Mereka pada dasarnya adalah jenis kegiatan yang sama seperti membaca buku, membaca kembali, menganalisis bagian-bagian, melakukan kegiatan di antara membaca, dll. Media tidak berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri untuk memenuhi berbagai kebutuhan siswa.

Video memiliki kemampuan yang sama seperti televisi, bagaimanapun, untuk menyatukan pengalaman dan deskripsi dari pengalaman itu dan, dengan berjalan sendiri, dapat meningkatkan ini lebih lanjut dengan kesempatan bagi siswa untuk merefleksikan apa yang mereka lakukan.

Keuntungan utama dari video melalui televisi adalah kecepatan diri yang disediakan oleh kontrol pelajar yang lebih besar, yang setidaknya memungkinkan siswa untuk merefleksikan interaksi yang telah mereka saksikan. Refleksi mereka kemudian tersedia untuk kegiatan memodifikasi deskripsi mereka, jika mereka diminta untuk melakukan ini dengan instruksi atau catatan tambahan. Selain itu, video mempertahankan semua keuntungan pedagogis dari siaran televisi sebagai media, dan kehilangan hanya rasa memiliki yang dimiliki oleh komunitas ilmiah yang disinkronkan.

DVD, USB FLASHDISK, DAN PEMUTAR VIDEO

Digital Versatile Disc (DVD) memiliki sifat pedagogis yang persis sama dengan video, namun menawarkan akses yang lebih mudah ke materi video, seperti halnya videodisk interaktif. Saat ini DVD sudah tidak terlalu populer, posisinya sudah digantikan oleh pemutar video berbasis website atau gawai pemutar video yang sering kita temui dibuat untuk pembelajaran anak-anak.

Banyaknya gawai mobil yang beredar di masyarakat kini muncul USB flashdisk yang berisi video-video pembelajaran yang bisa dengan mudah diputar di gawai, PC, maupun televisi. Media ini mampu menyamai semua kualitas pedagogis televisi ketika digunakan sebagai media naratif, serta tingkat yang lebih besar dari kontrol siswa atas urutan dan kecepatan. Hal yang membedakannya dari televisi dan video adalah media ini memiliki harapan interaktivitas.

by maglearning.id

Loading...