Sejarah Nasional Borobudur

Penghapusan Pelajaran Sejarah dalam Rencana Kurikulum Baru 2021?

Tidak ada asap jika tidak ada api, begitulah kira-kira penyebab munculnya berbagai reaksi dari banyak pihak tentang penghapusan pelajaran sejarah di sekolah. Ya, asap itu telah menyebar kemana-mana, entah siapa yang kali pertama meniupnya. Yang jelas sudah banyak pihak yang dengan cepat langsung bereaksi atas munculnya isu tersebut.

Asap kontroversi ini sudah kadung lepas liar jauh meninggalkan sumber apinya. Juga sudah diklarifikasi oleh Mas Menteri bahwa sebenarnya belum diambil keputusan apapun terkait hal itu. Ini masih bagian dari diskusi internal untuk memperbaiki kualitas pendidikan nasional.

Entah memang apakah sudah menjadi sebuah tradisi dalam dunia pendidikan kita, ketika berganti menteri pendidikan, selalu saja muncul kehebohan-kehebohan baru. Pameo “ganti menteri ganti kurikulum” seakan menemukan pembuktian.

Bila kurikulum pendidikan dasar dan menengah masih dalam tahap pembahasan dan penjaringan informasi, lain lagi di kurikulum pendidikan tinggi yang dengan waktu sedemikian cepat saat ini sudah menerapkan kurikulum merdeka belajar kampus merdeka (MBKM). Terlepas dari masih sangat banyaknya pembahasan yang belum tuntas namun nyatanya sudah harus diterapkan mulai tahun pembelajaran baru yang sudah berjalan di pekan-pekan awal ini.

Kembali lagi ke masalah penghapusan pelajaran sejarah. Berbagai pihak telah mengeluarkan statement dan pandangan penolakan keputusan ini, jika jadi diambil. Entah terlalu cepatnya mereka beraksi akibat hembusan arus informasi yang sangat kuat, ataukah memang sengaja dilepas untuk uji publik berbiaya murah.

Saya sendiri juga tidak begitu paham tentang bagaimana menjelaskan pentingnya pembelajaran sejarah di sekolah. Namun, sebagai umat muslim saya diajarkan banyak sejarah secara “langsung” oleh Allah swt. melalui kitab sucinya yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.

Di Negara maju seperti Jerman pun ternyata pelajaran sejarah adalah salah satu pelajaran wajib yang mulai diajarkan di kelas 9 dan 10, setidaknya itu yang saya dengar dari kawan saya yang sekarang sedang melanjutkan studi di sana. Di sana para peserta didik harus belajar tentang sejarah perang dunia II dan holocaust yang menjadi tonggak penting dalam sejarah Jerman.

Penolakan “pemikiran” penghapusan pelajaran sejarah dari “rencana” kurikulum baru 2021 telah banyak muncul dari beberapa pihak. Terutama para guru pelajaran IPS di SMP dan pelajaran sejarah di SMA.

Apapun dalihnya memahami sejarah itu penting, entah bagaimana peserta didik memahami dan mendapatkan versi sejarah yang mana, yang jelas mereka harus yakin tentang bagaimana perjalanan bangsa dan nenek moyangnya dalam membangun sebuah peradaban seperti sekarang ini yang tidak mudah, penuh tantangan dan tragedi yang seharusnya tidak diulang lagi oleh para penerusnya.

Akhir kata, apapun keputusan yang diambil, semoga merupakan hasil pemikiran, kajian, dan diskusi yang matang, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu pijakan dalam membangaun bangsa Indonesia menuju kejayaan yang gilang gemilang. Maju terus bangsaku teruskan cita-cita dan nama besar nenek moyang kita yang telah menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban dunia (maglearning.id).

Loading...

Tinggalkan Balasan