Memahami Seni dengan Kacamata Psikologi Seni – Seni merupakan bagian dari antropologi dan kebudayaan manusia, yang kehadirannya merupakan proses ilmiah dan dapat direkonstruksi secara intelektual. Memiliki orientasi yang luas dapat ditinjau dalam garis-garis perspektif yang multi disiplin. Terminologi seni dengan demikian dapat memperoleh spektrumnya.
Dalam Kuliah Pengantar Penciptaan dan Kajian Seni Rupa Sonny Muchlison memberikan pengantar kajian terhadap seni melalui pendekatan atau tinjauan Psikologis.
Dalam analisisnya kendatipun pendekatan Psikologis ini memiliki penekanan dan proyeksi yang berbeda dengan pendekatan keilmuan lainnya, misalnya filsafat dan estetika, namun pada dasarnya pendekatan psikologi merupakan implikasi dari perunutan telaah filsafati, maupun estetika.
Secara filosofi, seni merupakan bagian tidak terpisahkan dari belajar Filsafat Ilmu. Seni dalam filsafat disebut estetika. Estetika merupakan cabang filsafat (Filsafat Tindakan : Etika dan Estetika). Dan estetika secara etimologi diartikan sebagai pengamatan inderawi terhadap realitas-realitas keindahan.
Teori pengamatan dalam Psikologi disebut Teori Persepsi, yang mekanismenya adalah sama yaitu bagaimana sensor inderawi menangkap suatu stimulan, dan kemudian memberikan makna terhadap stimulan tersebut serta merespons menjadi suatu tindakan ataupun ekspresi (Mc Dougall, Watson, Tillman & Cahn, 1969: T.Lian Gie,1976; G.Dickie).
Sementara Ekspresi ialah bagian yang berlangsung setelah aspek mental (psikologi) mengalami penerimaan rangsangan, merasakan kehadiran rangsangan, interpretasi, pemaknaan, ruang lingkup referensial dan empiris serta pengembangan ide (kreatif).
Memahami Seni dari Kacamata Psikologi
Telaah atau kajian seni meliputi kajian terhadap subyek riil (fisikal) dan juga subyek abstrak (afeksi, emosional – psikologi). Hal tersebut memperoleh dukungan teoritik dari perspektif terminologi Psikologi:
- Psikologi merupakan ilmu yang khusus menyelidiki pengalaman manusia yang ditimbulkan dalam diri manusia yakni perasaan panca indra, pikiran, kehendak dan perasa (feeling). (Wilhem Wundt)
- Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan antara jasmani dan rohani manusia. (Gustaf Fechner).
- Psikologi mempelajari aktivitas individu mulai dari kandungan hingga ke liang lahat, aktivitas rohani pada hakikatnya menimbulkan aktivitas jasmani (Woodworth & Marquis).
Psikologi seni adalah bidang interdisipliner yang mempelajari persepsi, kognisi dan karakteristik seni dan produksi. Untuk penggunaan bahan-bahan seni sebagai suatu bentuk psikoterapi, seperti terapi seni. Psikologi seni yang berkaitan dengan arsitektur psikologi dan psikologi lingkungan.
Penelitian psikolog Jerman Theodor Lipps, memainkan peran penting dalam awal perkembangan konsep psikologi seni di awal dekade abad kedua puluh. Kontribusinya yang paling penting dalam hal ini adalah usahanya untuk membuat teori mengenai pertanyaan Einfuehlung atau “empati”, sebuah istilah yang menjadi elemen kunci dalam berikutnya banyak teori-teori seni psikologi.
Ilmu psikologi seni terkait dengan belajar memahami peran aspek ilmu psikologi dalam proses penciptaan karya ilmu seni, serta membuka kreativitas pribadi, dan belajar mempresentasikan karya pribadi secara lebih ekspresif dan produktif serta didasari konsep keindahan.
Dengan demikian, apa yang diciptakan dalam seni berhubungan dengan psikologis penciptanya. Misalnya Ilmu psikologi dan ilmu seni memberikan penjelasan dan pemahaman tentang fenomena kreativitas , proses mental artis , serta proses berpikir perseptor. Ilmu seni adalah jelas sebuah proses kreatif dan dengan demikian proses ilmu psikologis yang mendalam.
Psikologi seorang pelaku ilmu seni atau seniman dapat mempengaruhi hasil karya dari ilmu seniman tersebut, setiap ilmu seniman atau pelaku ilmu seni memiliki ciri khas pada setiap karya ilmu seninya, yang berbeda antara ilmu seniman satu dengan ilmu seniman lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh tipe atau kepribadian tiap ilmu seniman yang berbeda serta proses kreatifnya yang berbeda.
Psikologi dan Sastra
Memahami seni dari sudut pandang psikologi juga bisa melalui karya sastra. Sastra adalah salah satu bentuk karya ilmu seni. Saat berbicara tentang ilmu psikologi dan sastra, Rene Wellek dan Austin Warren menulis bahwa istilah “ilmu psikologi sastra” mempunyai empat kemungkinan pengertian.
- studi ilmu psikologi pengarang sebagai tipe atau pribadi.
- studi proses kreatif. (Baca juga mengenai hubungan persepsi dengan latar belakang budaya)
- studi tipe dan hukum-hukum ilmu psikologi yang diterapkan pada karya sastra.
- studi tentang dampak sastra pada pembaca (ilmu psikologi pembaca).
Dari empat macam hubungan di atas, hubungan pertama, kedua, dan keempat bisa terjadi pada segala bentuk ilmu seni. Yang khas sastra mungkin hanya hubungan ketiga, itu pun sastra yang berupa cerita (prosa dan drama). Diantara berbagai aliran dalam ilmu psikologi, psikoanalisis adalah aliran yang paling akrab dengan ilmu seni.
Di mata psikolog Gestalt Rudolf Arnheim, ”pengalaman keindahan ilmu seni menekankan hubungan antara seluruh objek dan bagian individu”. Ia dikenal luas untuk fokus pada pengalaman dan interpretasi karya ilmu seni, dan bagaimana mereka memberikan wawasan ke dalam kehidupan masyarakat. Ia kurang peduli dengan konteks budaya dan sosial dari pengalaman menciptakan dan melihat karya ilmu seni.
Di matanya, sebuah objek secara keseluruhan dianggap kurang pengawasan dan kritik dari pertimbangan aspek tertentu dari entitas tersebut. Karya ilmu seni mencerminkan individu “Pengalaman hidup” dari / hidupnya. Arnheim percaya bahwa semua proses ilmu psikologis memiliki kognitif, emosional, dan motivasi kualitas, yang tercermin dalam komposisi setiap ilmu seniman.
Demikianlah rangkuman sederhana kami mengenai memahami seni dengan kacamata psikologi seni. Semoga tulisan ringkas ini ada manfaatnya dan sampai jumpa lagi di lain kesempatan yang berbahagia (maglearning.id).
2 comments