Jenis Jenis Model Komunikasi dan Komunikasi Sosial – Anda sudah sering berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari Anda, tentu saja, tetapi dalam lingkungan kerja komunikasi bisa saja berbeda, baik jenis dan sudut pandangnya.
Jika Anda belum memiliki banyak pengalaman kerja, memenuhi harapan lingkungan profesional mungkin memerlukan beberapa penyesuaian. Cara yang baik untuk memulai adalah dengan mempertimbangkan apa artinya menjadi seorang profesional.
Profesionalisme adalah kualitas tampil pada tingkat tinggi dan membangun diri berdasarkan tujuan dan kebanggaan. Itu berarti melakukan lebih dari sekadar meluangkan waktu dan mendapatkan gaji, profesional sejati melampaui harapan minimum dan berkomitmen untuk memberikan kontribusi yang berarti.
Profesionalisme dapat dipecah menjadi enam ciri yang berbeda: berjuang untuk unggul, dapat diandalkan dan akuntabel, menjadi anggota tim, menunjukkan rasa etiket, membuat keputusan etis, dan mempertahankan pandangan positif. Nah, sebagian besar unsur-unsur profesionalisme ini bergantung pada komunikasi yang efektif.
Misalnya, untuk menjadi angota tim dalam perusahaan, Anda harus bisa berkolaborasi, menyelesaikan konflik, dan berinteraksi dengan berbagai macam kepribadian. Tanpa keterampilan komunikasi yang bagus, Anda tidak akan dapat menunjukkan potensi Anda, dan orang lain tidak akan mengenali Anda sebagai profesional yang Anda inginkan.
Berkomunikasi dalam Konteks Organisasi
Selain memiliki keterampilan komunikasi yang tepat dan memahami jenis jenis model komunikasi dan komunikasi sosial, Anda perlu belajar bagaimana menerapkan keterampilan tersebut di lingkungan bisnis, yang bisa sangat berbeda dari lingkungan sosial dan skolastik Anda.
Setiap perusahaan memiliki sistem komunikasi unik yang menghubungkan orang-orang di dalam organisasi dan menghubungkan organisasi dengan dunia luar. “Sistem” dalam arti luas ini adalah kombinasi kompleks saluran komunikasi (seperti Internet dan komunikasi antar departemen), kebijakan perusahaan, struktur organisasi, dan hubungan pribadi.
Agar berhasil membangun karier dalam suatu pekerjaan, Anda perlu mengetahui bagaimana sistem perusahaan Anda beroperasi dan bagaimana menggunakannya untuk mengumpulkan informasi yang Anda butuhkan dan untuk berbagi informasi yang Anda ingin orang lain miliki. Misalnya, satu perusahaan mungkin sangat bergantung pada pesan instan, jejaring sosial, dan blog yang digunakan secara terbuka dan percakapan oleh semua orang di perusahaan.
Sebaliknya, perusahaan lain mungkin menggunakan pendekatan formal yang lebih kaku di mana informasi dan instruksi diturunkan dari manajer puncak dan karyawan diharapkan mengikuti “rantai komando” ketika mencari atau mendistribusikan informasi.
Memahami Proses Komunikasi
Walaupun kita sudah bersungguh-sungguh, upaya komunikasi masih bisa gagal. Pesan bisa hilang atau diabaikan begitu saja. Penerima pesan dapat menafsirkannya dengan cara yang tidak pernah dibayangkan pengirim. Faktanya, dua orang yang menerima informasi yang sama dapat mencapai kesimpulan yang berbeda tentang apa artinya.
Oleh karena itu, dengan memahami komunikasi sebagai proses dengan langkah-langkah yang berbeda, Anda dapat meningkatkan kemungkinan pesan Anda akan menjangkau audiens yang dituju dan menghasilkan efek yang diinginkan.
Kali ini kita akan mengeksplorasi proses komunikasi dalam dua tahap: pertama dengan mengikuti pesan dari satu pengirim ke satu penerima dalam jenis jenis model komunikasi dasar, dan kemudian dengan memperluas pendekatan itu dengan banyak pesan dan peserta dalam model komunikasi sosial.
Model Komunikasi Dasar
Banyak variasi dalam model proses komunikasi yang ada, tetapi delapan langkah ini memberikan gambaran praktis dari jenis-jenis model komunikasi serta model komunikasi sosial nantinya:
- Pengirim punya ide. Apakah upaya komunikasi pada akhirnya akan efektif atau tidak dimulai di sini dan tergantung pada sifat gagasan dan motivasi untuk mengirimkannya. Misalnya, jika motivasi Anda adalah untuk menawarkan solusi atas suatu masalah, Anda memiliki peluang yang lebih baik untuk menyusun pesan yang bermakna daripada jika motivasi Anda hanya untuk mengeluh tentang suatu masalah.
- Pengirim mengkodekan ide sebagai pesan. Ketika seseorang memasukkan ide ke dalam pesan, dia menyandikannya, atau mengungkapkannya dalam kata-kata atau gambar.
- Pengirim menghasilkan pesan dalam media yang dapat ditransmisikan. Dengan pesan yang tepat untuk mengungkapkan suatu gagasan, kini pengirim membutuhkan media komunikasi untuk menyampaikan pesan tersebut kepada khalayak yang dituju. Misalnya, untuk memberitahu bos Anda tentang status proyek, Anda mungkin memiliki selusin atau lebih pilihan media, dari panggilan telepon, pesan instan, hingga presentasi tayangan slide.
- Pengirim mengirimkan pesan melalui saluran. Sama seperti teknologi yang terus mendorong peningkatan jumlah pilihan media, teknologi juga terus menyediakan saluran komunikasi baru yang dapat digunakan pengirim untuk mengirimkan pesan mereka. Perbedaan antara media dan saluran bisa menjadi agak kabur, tetapi pikirkan media sebagai bentuk pesan yang diambil (misalnya Twitter) dan saluran sebagai sistem yang digunakan untuk menyampaikan pesan (misalnya Internet).
- Audiens menerima pesan. Jika saluran berfungsi dengan baik, pesan mencapai audiens yang dituju. Namun, kedatangan saja tidak cukup. Agar pesan benar-benar diterima, penerima harus merasakan kehadiran pesan, memilihnya dari semua pesan lain yang menuntut perhatian, dan melihatnya sebagai pesan yang sebenarnya (berlawanan dengan kebisingan acak).
- Penerima menerjemahkan pesan. Setelah pesan diterima, penerima perlu mengekstrak ide dari pesan, langkah yang dikenal sebagai decoding. Bahkan upaya komunikasi yang dirancang dengan baik dan bermaksud baik dapat gagal pada tahap ini karena penggalian makna adalah proses yang sangat pribadi yang dipengaruhi oleh budaya, pengalaman, gaya belajar dan berpikir, harapan, ketakutan, dan bahkan suasana hati yang sementara. Penerima kadang-kadang menerjemahkan makna yang sama yang dimaksudkan penerima, tetapi kadang-kadang mereka dapat memecahkan kode, atau menciptakan kembali arti yang sama sekali berbeda. Selain itu, audiens cenderung mengekstrak makna yang mereka harapkan dari sebuah pesan, meskipun itu kebalikan dari apa yang dimaksudkan pengirim.
- Penerima menanggapi pesan. Dalam kebanyakan kasus, pengirim ingin mencapai lebih dari sekadar menyampaikan informasi. Mereka sering ingin penerima merespons dengan cara tertentu, apakah itu untuk menginvestasikan jutaan dolar dalam usaha bisnis baru atau untuk menerima penjelasan manajemen mengapa tidak mampu memberikan bonus karyawan tahun ini. Apakah penerima merespons seperti yang diharapkan pengirim tergantung pada penerima (a) mengingat pesan cukup lama untuk menindaklanjutinya, (b) mampu menindaklanjutinya, dan (c) termotivasi untuk merespons.
- Penerima memberikan umpan balik. Jika mekanisme tersedia bagi mereka untuk melakukannya, penerima dapat “menutup loop” dalam proses komunikasi dengan memberikan umpan balik pengirim yang membantu pengirim mengevaluasi efektivitas upaya komunikasi.
Umpan balik dapat berupa verbal (menggunakan kata-kata tertulis atau lisan), nonverbal (menggunakan gerak tubuh, ekspresi wajah, atau isyarat lainnya), atau keduanya. Sama seperti pesan aslinya, umpan balik dari penerima ini juga perlu diterjemahkan dengan hati-hati. Senyum, misalnya, bisa memiliki banyak arti yang berbeda.
Jenis Jenis Model Komunikasi
Banyak ahli merumuskan model komunikasi. Dari berbagai model yang telah dirumuskan, model komunikasi diklasifikasikan ke dalam tiga jenis model utama, yaitu: model komunikasi linear, model komunikasi transaksional, dan model komunikasi interaksional.
1. Model Komunikasi Linear
Model komunikasi linear adalah model komunikasi yang sangat sederhana. Model ini menggambarkan komunikasi berlangsung secara satu arah.
Arus pesan digambarkan bersifat langsung dari pengirim pesan ke penerima pesan, komunikator ke komunikan. Dalam model komunikasi linear, tidak terdapat konsep umpan balik (feedback). Penerima pesan bersifat pasif dalam menerima pesan.
Model komunikasi linear di antaranya:
- Model Komunikasi Aristoteles. Model Komunikasi Aristoteles dibentuk dengan lima elemen dasar: Pembicara, Pidato, Acara, Audiens, Efek. Aristoteles menyarankan pembicara untuk membangun pidato untuk audiens yang berbeda pada waktu (kesempatan) yang berbeda dan untuk efek yang berbeda.
- Model Komunikasi Lasswell. Model Lasswell sering digunakan secara spesifik dalam komunikasi massa. Dia menegaskan, untuk memahami proses komunikasi massa kita perlu mempelajari setiap tahapan dalam modelnya. Ada lima komponen dalam Model Komunikasi Lasswell, yaitu dalam rumus dalam rumus who says what in which channel to whom with what effect.
- Model Komunikasi SMCR dari Berlo. SMCR singkatan dari Source, Message, Channel, dan Receiver yang merupakan unsur komunikasi. Menurut model ini, sumber dan penerima dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: kemampuan berkomunikasi, perilaku, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Model komunikasi SMCR juga menitikberatkan pada proses encoding dan decoding yang terjadi sebelum pengirim mengirim pesan dan sebelum penerima menerima pesan.
- Model Komunikasi Shannon dan Weaver. Model Shannon dan Weaver menekankan pada penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatan. Diawali dengan pemancar (transmiter) yang mengubah pesan menjadi suatu sinyal, kemudian sinyal tersebut disalurkan atau diberikan pada penerima (received) dalam bentuk percakapan.
2. Model Komunikasi Transaksional
Model komunikasi transaksional adalah model komunikasi yang menekankan pada pentingnya peran pengirim pesan dan penerima pesan dalam proses komunikasi yang berlangsung dua arah. Model komunikasi transaksional mengaitkan komunikasi dengan konteks sosial, konteks hubungan, dan konteks budaya. Dalam model ini digambarkan bahwa kita berkomunikasi tidak hanya sebagai ajang untuk pertukaran pesan, melainkan juga untuk membangun hubungan.
Model komunikasi yang merujuk pada model komunikasi transaksional diantaranya adalah model komunikasi transaksional Barnlund. Model ini menggambarkan proses pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi secara simultan antara partisipan komunikasi.
Model komunikasi Barnlund dikenal dengan nama Model Komunikasi Transaksional Barnlund. Model ini merupakan respons terhadap model komunikasi linear yang bersifat statis ke model komunikasi yang bersifat dinamis dan model komunikasi dua arah.
Model komunikasi transaksional Barnlund menggambarkan proses komunikasi yang berlangsung secara berkesinambungan. Pengirim dan penerima saling bertukar peran dan bertukar tempat secara seimbang. Pesan berjalan mengambil tempat dengan umpan balik konstan yang diberikan oleh partisipan komunikasi.
3. Model Komunikasi Interaksional
Model komunikasi interaksi adalah model komunikasi yang menggambarkan komunikasi berlangsung dua arah. Umumnya model komunikasi interaksi digunakan dalam media baru seperti internet atau media komunikasi modern. Model komunikasi yang merujuk pada model komunikasi interaksi adalah model Osgood dan Schramm.
Model proses komunikasi yang digambarkan oleh Osgood dan Schramm ini berlaku untuk bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi. Dijelaskan bahwa proses komunikasi berjalan secara sirkuler, dimana masing-masing pelaku secara bergantian bertindak sebagai komunikator/ sumber dan komunikan/penerima.
Menurut model ini masing-masing pelaku komunikasi akan terlibat dalam proses pembentukan pesan (encoding), penafsiran (interpreting) pesan, serta penerimaan dan pemecahan kode pesan (decoding).
Model Komunikasi Sosial
Model dasar yang disampaikan dalam 8 proses komunikasi di atas mengilustrasikan bagaimana satu ide berpindah dari satu pengirim ke satu penerima. Dalam arti yang lebih luas, ini juga membantu mewakili sifat tradisional dari banyak komunikasi bisnis, yang terutama ditentukan oleh pola pikir penerbitan atau penyiaran.
Secara eksternal, sebuah perusahaan mengeluarkan pesan yang ditulis dengan hati-hati kepada khalayak massa yang seringkali memiliki sedikit pilihan untuk menanggapi pesan tersebut atau memulai pesan mereka sendiri. Pelanggan dan pihak berkepentingan lainnya memiliki sedikit cara untuk terhubung satu sama lain untuk mengajukan pertanyaan, berbagi informasi, atau menawarkan dukungan.
Secara internal, komunikasi cenderung mengikuti model “kita bicara, Anda mendengarkan” yang sama, dengan manajer tingkat atas mengeluarkan arahan kepada penyelia dan karyawan tingkat bawah. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, berbagai teknologi memungkinkan dan mengilhami pendekatan baru untuk komunikasi bisnis.
Berbeda dengan pola pikir penerbitan, model komunikasi sosial ini bersifat interaktif, percakapan, dan biasanya terbuka untuk semua yang ingin berpartisipasi. Anggota audiens bukan lagi penerima pesan yang pasif, melainkan peserta aktif dalam percakapan.
Media sosial telah memberi pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya memiliki suara yang tidak mereka miliki di masa lalu. Dan perusahaan mendengarkan suara itu. Faktanya, salah satu penggunaan media sosial yang paling umum di kalangan bisnis A.S. adalah memantau diskusi online tentang perusahaan dan mereknya.
Alih-alih mengirimkan pesan tetap, pengirim di lingkungan media sosial memulai percakapan dengan berbagi informasi berharga. Informasi ini sering direvisi dan dibentuk kembali oleh web peserta saat mereka membagikan dan mengomentarinya. Orang dapat menambahkan atau mengambil bagian darinya, tergantung pada kebutuhan dan minat mereka.
Model komunikasi sosial menawarkan banyak keuntungan, tetapi juga memiliki sejumlah kelemahan. Masalah potensial termasuk informasi yang berlebihan, perhatian yang terfragmentasi, risiko keamanan informasi, gangguan yang mengganggu produktivitas, kebutuhan untuk memantau dan menanggapi berbagai utas percakapan, dan mengaburkan batas antara kehidupan pribadi dan profesional, yang dapat mempersulit orang untuk membedakan hubungan kerja dengan hubungan pribadi.
Demikianlah ringkasan sekilas dari kami mengenai jenis jenis model komunikasi dan model komunikasi sosial. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi di lain kesempatan. (maglearning.id)
One comment