Prinsip Postulat Ilmiah, Aksioma, dan Konsep – Sebelum kita mencoba menyelidiki bagaimana kebenaran dapat diuji, kita perlu menyelidiki tentang kata “bukti”. Bukti atau proof harus bermula dengan berbagai postulat tertentu. Hal ini benar dalam sains, filsafat atau agama. Beberapa ide atau fakta harus diterima sebagai postulat, yakni harus dianggap benar.
Hal tersebut mencakup aturan-aturan pokok pemikiran atau logika, seperti prinsip identitas seperti “semua A adalah A” (all A is A), prinsip non-kontradiksi seperti “tidak A dan bukan A” (not both A and not A), atau prinsip kemungkinan tengah yang harus dikeluarkan (excluded middle) seperti “boleh jadi A atau bukan A” (either A or not A). Semua itu dianggap sebagai jelas dengan sendirinya atau self evident.
8 Prinsip Postulat Ilmiah, Aksioma, dan Konsep
Biasanya kita juga menerima kebenaran pengalaman langsung. Orang yang berkecimpung dalam sains biasanya bergerak ke depan dalam pemikirannya atas dasar asumsi postulat, aksioma atau konsep sebagai berikut:
- Prinsip Kausalitas adalah keyakinan bahwa setiap kejadian mempunyai sebab dan dalam situasi yang sama, sebab yang sama menimbulkan efek yang sama.
- Prinsip Prediktif Uniformatif mengatakan bahwa sekelompok kejadian akan menunjukkan derajat hubungan di antara mereka di kemudian hari sama dengan apa yang mereka perlihatkan pada masa yang lalu atau sekarang.
- Prinsip Objektivitas mengharuskan si penyelidik untuk bersikap tidak memihak mengenai berbagai data di hadapannya. Fakta-fakta harus dapat dihayati dengan cara yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh orang normal. Maksud dari sikap ini adalah untuk menghilangkan berbagai unsur subjektif dan pribadi sedapat mungkin dan memusatkan perhatian kepada hal yang sedang dipelajari.
- Prinsip Empirisme mendorong si penyelidik untuk menganggap bahwa kesan dari indranya dapat dipercaya dan bahwa ia dapat mengonsep kebenaran dengan menunjukkan fakta-fakta yang telah dialaminya. Pengetahuan adalah hasil dari pengamatan, pengalaman, dan eksperimen dan semua itu bertentangan dengan otoritas, intuisi atau pikiran sadar.
- Prinsip Kehematan atau parsimony mengatakan bahwa oleh karena banyak hal yang sama seseorang memilih keterangan yang paling sederhana dan menganggapnya sebagai yang paling benar. Prinsip ini mengekangadanya keruwetan yang tidak perlu. Ia mengingatkan kita terhadap keterangan yang berbelit-belit. Prinsip ini biasanya disebut “pisau cuk Occam” untuk mengingatkan kita kepada William of Occam, seorang filsuf Inggris pada abad ke-14 yang mengatakan bahwa kesatuan tidak boleh digandakan lebih daripada yang diperlukan (entities should not be multiplied beyond necessary).
- Prinsip Isolasi atau segregation menghendaki agar fenomena yang diselidiki itu dipisahkan dari yang lain sehingga dapat diselidiki sendiri.
- Prinsip Kontrol mengatakan bahwa kontrol adalah sangat perlu, khususnya untuk melakukan eksperimen. Tanpa kontrol, banyak faktor yang berbeda-beda pada waktu yang sama, dan eksperimen tidak dapat diulang. Jika keadaan berubah waktu eksperimen dilakukan, hasilnya mungkin tidak benar.
- Prinsip Pengukuran yang Pasti atau exact measurement prinsip ini menghendaki agar berbagai hasil penyelidikan dapat dijelaskan secara kuantitatif atau matematik. Ini adalah tujuan ilmu fisika yang memerlukan berbagai ukuran objektif yang dapat diteliti kebenarannya.
Daftar Pustaka
Titus, Harold H., 1984. Persoalan-persoalan Filsafat. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang.
Demikianlah apa yang bisa kami sampaikan mengenai 8 prinsip postulat ilmiah, aksioma, dan konsep. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi di lain topik bahasan (maglearning.id).