Pengertian Konflik Sosial Menurut Para Ahli

Pengertian Konflik Sosial Menurut Para Ahli – Konflik merupakan peristiwa yang sering kali terjadi dalam kehidupan kemasyarakatan. Berkaitan dengan konflik, Neil J. Smelser (Muchtar, Usman, dan Trijono, 2001) menyatakan bahwa: “ Teori konflik modern membuat asumsi sebagai berikut:

  • yang utama pada masyarakat yang akan datang adalah perubahan, konflik, dan kekerasan;
  • struktur masyarakat didasarkan pada dominasi oleh beberapa kelompok terhadap kelompok lain;
  • masing- masing kelompok dalam masyarakat memiliki kecenderungan perhatian umum, apakah para anggotanya memahami atau tidak;
  • ketika orang- orang memahami kecenderungan umumnya, mereka mungkin membentuk kelas sosial, dan
  • intensitas konflik kelas bergantung pada adanya kepastian politik dan kondisi sosial.”

Sementara, Dahrendorf dalam Johnson (1986) menjelaskan bahwa:

  1. Setiap masyarakat kapan saja tunduk pada proses perubahan; perubahan sosial ada di mana – mana,
  2. Setiap masyarakat kapan saja memperlihatkan perpecahan dan konflik; konflik sosial ada di mana- mana,
  3. Setiap elemen dalam masyarakat menyumbang disintegrasi dan perubahan,
  4. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan dari beberapa anggotanya atas orang lain.

Dengan mendasarkan pada pemikiran Dahrendorf, Ian Craib (1980) mengurai pemikiran konflik dalam memandang fenomena sosial sebagai berikut:

  1. Kepentingan adalah unsur dari kehidupan sosial,
  2. Kehidupan sosial perlu terbagi,
  3. Kehidupan sosial melahirkan oposisi,
  4. Kehidupan sosial melahirkan konflik struktural,
  5. Kehidupan sosial melahirkan kepentingan bagian- bagian,
  6. Diferensiasi sosial melibatkan kekuasaan,
  7. Sistem sosial tidak terintegrasi dan ditimpa oleh kontradiksi- kontradiksi, dan
  8. Sistem- sistem sosial cenderung untuk berubah.

Dilihat dari asal usul terjadinya konflik, Soekanto (1986) menyatakan bahwa konflik mencakup suatu proses di mana bermula dari pertentangan hak atau kekayaan, kekuasaan, kedudukan, dan seterusnya di mana salah satu pihak berusaha menghancurkan pihak yang lain.

Sementara K. Sanderson (1995) lebih menekankan pada bentuk- bentuk konflik: “Definisi konflik adalah pertentangan kepentingan antara individu dan kalangan berbagai individu dan kelompok sosial, baik yang mungkin terlihat secara gamblang ataupun tidak, baik yang mungkin pecah menjadi pertentangan terbuka atau kekerasan fisik ataupun tidak”.

Senada dengan penjelasan di atas, Dahrendorf (1986) berkesimpulan bahwa:

  1. hubungan wewenang adalah suatu bentuk hubungan antara supra- dan subordinasi, hubungan: atas-bawah,
  2. di mana terdapat hubungan wewenang, di situ unsur atas (superordinat) secara sosial diperkirakan- dengan perintah dan komando, peringatan dan larangan- larangan- mengendalikan perilaku unsur bawah (subordinat),
  3. perkiraan demikian secara relatif lebih dilekatkan kepada posisi sosial daripada kepribadian individual,
  4. berdasarkan pada kenyataan ini, hubungan wewenang selalu meliputi spesifikasi orang- orang yang harus tunduk kepada pengendalian dan spesifikasi dalam bidang mana saja pengendalian itu diperbolehkan,
  5. wewenang adalah sebuah hubungan yang sah; tidak tunduk kepada perintah orang yang berwenang dapat dikenai sangsi tertentu.

Baik Smelser (Muchtar, Usman dan Trijono, 2001) maupun Dahrendorf (Johnson, 1986) menyatakan bahwa konflik sosial terjadi antara dua kelompok yang berbeda kepentingan yang dipengaruhi oleh kondisi sosial dan politik yang ada. Satu kelompok berusaha untuk mengendalikan kelompok yang lainnya.

Ketika satu kelompok berusaha mengendalikan kelompok lain dengan berbagai cara, selalu melibatkan kekuasaan dan wewenang, maka yang terjadi adalah dominasi kekuasaan yang dilakukan oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya. Kelompok yang menguasai disebut sebagai superdinat dan kelompok yang dikuasai sebagai subordinat.

Penyebab Konflik Sosial

Pengertian konflik sosial yang merupakan gejala sosial yang muncul ketika ada perbedaan dalam kepentingan, nilai, atau tujuan antara individu atau kelompok dalam masyarakat. Konflik ini bisa bersifat terbuka dan ekspresif, seperti protes jalanan atau demonstrasi, atau bersifat lebih tersembunyi, seperti ketidaksetujuan dalam komunikasi interpersonal atau ketegangan antar-kelompok. Konflik sosial juga bisa bersifat kecil dan berskala individu atau berkembang menjadi konflik yang lebih besar, bahkan berskala nasional atau internasional.

Ada berbagai penyebab konflik sosial, dan mereka bisa sangat kompleks dan beragam. Beberapa penyebab umum meliputi:

  1. Perbedaan Nilai dan Kebudayaan: Konflik sosial sering kali muncul karena perbedaan dalam nilai-nilai, norma, dan budaya antar-kelompok atau individu. Perbedaan agama, bahasa, adat istiadat, atau pandangan politik dapat menjadi sumber ketegangan.
  2. Persaingan Sumberdaya: Ketika sumberdaya yang terbatas seperti tanah, air, energi, atau pekerjaan menjadi langka, hal ini dapat memicu konflik antar-kelompok atau negara.
  3. Ketidaksetaraan Sosial dan Ekonomi: Ketidaksetaraan dalam distribusi kekayaan, pendapatan, atau akses ke layanan sosial seperti pendidikan dan kesehatan dapat menciptakan ketegangan sosial yang berpotensi memicu konflik.
  4. Ketidakpuasan Politik: Konflik politik sering kali timbul ketika kelompok atau individu merasa tidak diwakili atau diabaikan oleh pemerintah atau lembaga politik.
  5. Ketidakadilan Hukum: Ketidakpuasan terhadap sistem hukum yang dianggap tidak adil atau korup dapat menyebabkan konflik sosial.
  6. Kesenjangan Etnis dan Rasial: Diskriminasi, rasisme, atau intoleransi terhadap kelompok etnis atau ras tertentu dapat memicu konflik sosial.
  7. Konflik Agama: Perselisihan antar-agama atau dalam agama tertentu juga dapat menjadi penyebab konflik sosial.

Dampak Konflik Sosial

Konflik sosial dapat memiliki dampak yang signifikan pada individu, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan. Beberapa dampak utama meliputi:

  1. Korban dan Penderitaan: Konflik sosial sering kali mengakibatkan korban fisik dan psikologis. Orang-orang dapat terluka, kehilangan rumah, atau bahkan kehilangan nyawa mereka dalam konflik.
  2. Kerusakan Infrastruktur: Konflik sering kali merusak infrastruktur seperti jalan, jembatan, rumah sakit, dan sekolah, yang dapat menghambat perkembangan sosial dan ekonomi.
  3. Ketidakstabilan Ekonomi: Konflik dapat mengganggu aktivitas ekonomi, mengakibatkan inflasi, pengangguran, dan penurunan pertumbuhan ekonomi.
  4. Ketidakpastian dan Kekhawatiran: Konflik menciptakan ketidakpastian yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari orang-orang. Orang mungkin hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran.
  5. Pengungsian dan Penghancuran Komunitas: Banyak orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka karena konflik, yang dapat menghancurkan komunitas dan merusak jaringan sosial.
  6. Menghambat Pembangunan: Konflik sosial dapat menghambat pembangunan jangka panjang, termasuk pendidikan, perawatan kesehatan, dan investasi dalam infrastruktur.

Upaya Penyelesaian dan Pengelolaan Konflik

Meskipun konflik sosial dapat memiliki dampak negatif yang serius, banyak upaya telah dilakukan untuk mengelola dan menyelesaikan konflik tersebut. Beberapa pendekatan yang umum digunakan meliputi:

  1. Negosiasi: Negosiasi adalah salah satu cara paling umum untuk menyelesaikan konflik. Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik berusaha mencapai kesepakatan yang dapat memenuhi kepentingan mereka secara bersama-sama.
  2. Mediasi: Mediator independen dapat membantu pihak-pihak yang berkonflik untuk mencapai kesepakatan dengan memfasilitasi dialog dan menengahi perbedaan mereka.
  3. Rekonsiliasi: Proses rekonsiliasi bertujuan untuk memulihkan hubungan antar-pihak yang berkonflik dan menciptakan perdamaian jangka panjang.
  4. Hak Asasi Manusia dan Hukum Internasional: Organisasi hak asasi manusia dan hukum internasional dapat berperan dalam mengecam pelanggaran hak asasi manusia dan meminta pertanggungjawaban bagi mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut.
  5. Pendidikan dan Kesadaran: Pendidikan tentang toleransi, keragaman, dan pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan budaya dapat membantu mencegah konflik sosial.
  6. Pembangunan Ekonomi dan Sosial: Upaya untuk mengurangi ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dapat mengurangi ketegangan sosial yang mungkin memicu konflik.

Studi Kasus Konflik Sosial Terkenal di Dunia

Untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang konflik sosial, berikut adalah beberapa studi kasus konflik sosial terkenal sepanjang sejarah:

  1. Perang Dunia I: Konflik ini, yang terjadi antara tahun 1914 dan 1918, adalah salah satu perang terbesar dalam sejarah dunia dan melibatkan banyak negara. Penyebabnya termasuk persaingan kekuatan antar-negara Eropa, ketidaksetaraan ekonomi, dan nasionalisme yang kuat.
  2. Perang Saudara Amerika: Konflik ini terjadi antara tahun 1861 dan 1865, menggambarkan konflik antara negara bagian Selatan dan Utara di Amerika Serikat atas isu-isu seperti perbudakan dan hak-hak negara bagian.
  3. Konflik Israel-Palestina: Konflik ini telah berlangsung selama puluhan tahun dan melibatkan sengketa atas tanah, hak-hak etnis, dan agama di wilayah Israel dan Palestina.
  4. Genosida Rwanda: Pada tahun 1994, Rwanda mengalami genosida yang mengerikan, di mana sekitar 800.000 orang Tutsi dibunuh oleh kelompok Hutu dalam waktu yang sangat singkat. Konflik ini memiliki akar dalam sejarah konflik etnis di Rwanda.
  5. Perang Saudara Suriah: Konflik ini telah berlangsung sejak tahun 2011 dan melibatkan pemerintah Suriah, kelompok oposisi, dan banyak aktor asing. Penyebabnya termasuk ketidakpuasan politik dan ketegangan agama.

Konflik sosial adalah salah satu fenomena yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia sepanjang sejarah peradaban. Pengertian konflik sosial mencakup berbagai situasi di mana kelompok atau individu mengalami ketegangan, perselisihan, atau pertentangan dalam masyarakat. Konflik sosial bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti konflik antar-etnis, konflik kelas, konflik agama, konflik politik, konflik lingkungan, dan banyak lagi.

Konflik sosial dapat muncul dari berbagai penyebab dan memiliki dampak yang serius pada individu, kelompok, dan masyarakat. Namun, melalui upaya penyelesaian, pengelolaan, dan pencegahan yang tepat, kita dapat berusaha untuk mengurangi dampak negatif dari konflik sosial dan menciptakan masyarakat yang lebih damai dan adil. Selain itu, penting untuk memahami akar penyebab konflik sosial agar dapat bekerja menuju solusi yang berkelanjutan.

Demikianlah apa yang bisa kami sampaikan mengenai pengertian konflik sosial menurut para ahli dan bagaimana cara kita untuk menghindari konflik konflik sosial. Semoga bermanfaat (maglearning.id).

Tinggalkan Balasan