Bagaimana Menjadi Orangtua dan Anak yang Aktif

Sebagian anak ada yang memiliki perilaku yang sangat aktif. Biasanya anak seperti itu akan cenderung selalu bergerak dari satu titik ke titik lain dengan berbagai macam kegiatan. Ia akan mendapatkan kesulitan jika diminta untuk tetap duduk dalam waktu yang cukup lama. Apabila seseorang bertanya kepadanya, adakalanya ia tidak memberikan perhatian kepada pertanyaan tersebut. Namun, menurut Don Fleming dan Mark Ritts (2007) mengatakan bahwa sikap anak seperti itu biasanya bukan berarti ia suka membantah, itu karena ia terlalu sibuk dengan dirinya sendiri.

Bagi orangtua, ada situasi di mana mereka akan merasa sangat pusing, lelah, dan jengkel ketika menghadapi anak yang aktif. Di antaranya adalah ketika mereka sedang membawanya ke supermarket atau ke tempat umum. Anak itu biasanya akan sulit untuk diam dan tetap berada di dekat orangtua. Ia akan lebih senang berlari-lari dan kadang-kadang bersembunyi sehingga membuat orangtuanya merasa panik. Bagi orangtua yang memiliki anak aktif seperti itu, sebaiknya memberitahu apa yang diharapkan mereka dari dirinya sebelum berangkat bersama ke tempat umum. Misalnya, katakan kepadanya secara spesifik bahwa ia harus selalu berada di dekat orangtua. Apabila ia pergi berlari dan meninggalkan orangtua maka mereka tidak akan memenuhi janji untuk membelikannya ice cream. Dengan cara seperti itu maka anak diharapkan dapat belajar mengontrol dirinya.

Kajian Teoritis Bagaimana Mengasuh Anak yang Aktif

Mengasuh anak yang sangat aktif, terutama anak di bawah usia 10 tahun bisa menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Anak-anak pada tahap ini biasanya penuh energi, ingin tahu, dan sulit untuk ditenangkan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami dan menerapkan strategi pengasuhan yang tepat agar dapat membimbing anak aktif tersebut menuju perkembangan yang sehat dan seimbang.

Dalam kajian teoritis ini, kita akan mengeksplorasi beberapa pendekatan dan konsep dari ahli psikologi perkembangan anak, pendidikan, dan psikologi klinis yang dapat membantu orang tua dalam mengasuh anak yang sangat aktif.

Pahami Fase Perkembangan Anak

Sebelum mengimplementasikan strategi pengasuhan, orang tua perlu memahami fase perkembangan anak pada usia di bawah 10 tahun. Menurut teori perkembangan Erikson, anak usia prasekolah (3-6 tahun) mengalami tahap inisiatif vs. rasa bersalah. Orang tua perlu memberikan dukungan pada inisiatif kreatif anak dan mengajarkan keterampilan sosial melalui pemberian contoh positif.

Orang tua dapat memberikan dukungan kasih sayang dengan memberikan perhatian yang konsisten. Memberikan pelukan, ciuman, dan waktu berkualitas bersama anak membantu mereka merasa dicintai dan aman.

Menciptakan lingkungan yang aman namun menantang membantu anak merasa nyaman untuk menjelajahi dunia mereka. Memastikan bahwa rumah memiliki area bermain yang aman dan menyediakan mainan yang sesuai dengan tingkat perkembangan mereka dapat memberikan dukungan yang baik.

Aktivitas Fisik yang Terarah

Anak yang aktif memerlukan saluran untuk melepaskan energi mereka. Aktivitas fisik yang terarah seperti olahraga, tarian, atau bermain di taman dapat membantu mengelola energi anak. Menurut American Academy of Pediatrics, anak-anak prasekolah seharusnya mendapatkan setidaknya 3 jam aktivitas fisik setiap hari.

Aktivitas fisik yang cukup membantu perkembangan tulang, otot, dan sistem saraf anak. Gerakan dan latihan membantu membangun kekuatan otot, koordinasi motorik, dan fleksibilitas, yang semuanya penting untuk pertumbuhan yang sehat.

Bimbingan Positif

Teori psikologi perilaku menekankan pentingnya bimbingan positif. Orang tua dapat menggunakan penguatan positif untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan. Memberikan pujian dan penghargaan setiap kali anak menunjukkan perilaku baik dapat memotivasi mereka untuk terus berbuat positif.

Aturan dan Batasan yang Jelas

Menetapkan aturan dan batasan yang jelas adalah kunci dalam mengasuh anak yang aktif. Hal ini membantu anak memahami konsekuensi dari perilaku mereka. Orang tua perlu memberikan penjelasan yang masuk akal tentang mengapa aturan tersebut ada, sehingga anak dapat mengerti dan merespekinya.

Penggunaan Metode Montessori

Pendekatan Montessori menekankan kemandirian anak. Memberikan anak kesempatan untuk memilih aktivitas mereka sendiri dan mengembangkan keterampilan melalui pengalaman langsung dapat membantu mereka belajar dengan lebih efektif.

Montessori menekankan penggunaan panca indera sebagai alat utama pembelajaran. Mainan dan aktivitas didesain untuk merangsang sensori anak, seperti sentuhan, dengar, dan pandangan, untuk membangun pemahaman mereka tentang dunia.

Aktivitas sehari-hari seperti membersihkan meja, merapikan mainan, atau menyiapkan makanan merupakan bagian integral dari pendekatan Montessori. Anak-anak diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan rumah tangga untuk mengembangkan keterampilan praktis dan tanggung jawab.

Keterlibatan Orang Tua

Keterlibatan orang tua dalam kehidupan anak sangat penting. Mendengarkan dengan empati, mengajukan pertanyaan terbuka, dan membangun hubungan yang kuat dengan anak dapat membantu mereka merasa didukung dan dicintai.

Pemahaman Terhadap Kecerdasan Emosional

Konsep kecerdasan emosional mengajarkan pentingnya pemahaman diri dan empati. Orang tua dapat membantu anak mengenali dan mengelola emosinya dengan memberikan contoh pengelolaan emosi yang baik.

Ajarkan anak untuk mengidentifikasi emosi yang mereka rasakan. Berbicaralah dengan mereka tentang berbagai jenis emosi, misalnya, senang, sedih, marah, atau cemas. Gunakan buku gambar, kartu emosi, atau cerita untuk membantu mereka mengenali dan memberi nama pada perasaan mereka.

Contoh Latihan: 1. Tampilkan gambar wajah dengan berbagai ekspresi emosi, dan minta anak untuk menyebutkan emosi yang terkait. 2. Gunakan buku cerita yang menggambarkan karakter mengalami berbagai emosi, dan diskusikan bersama bagaimana karakter tersebut merasakannya.

Pentingnya Rutinitas

Menurut teori psikologi perkembangan anak, rutinitas memberikan rasa keamanan pada anak. Membuat rutinitas harian yang konsisten dapat membantu anak mengatur diri mereka sendiri dan merasa lebih aman.

Penggunaan Kreativitas dalam Pendidikan

Pendidikan kreatif dapat merangsang perkembangan kognitif anak. Menggunakan metode belajar yang berfokus pada eksplorasi dan kreativitas dapat membuat anak aktif lebih terlibat dalam pembelajaran.

Kolaborasi dengan Pihak Luar

Terlibat dalam komunitas, seperti berpartisipasi dalam kelompok bermain atau aktivitas ekstrakurikuler, dapat membantu anak berinteraksi dengan teman sebaya dan mengembangkan keterampilan sosialnya.

Mengasuh anak yang sangat aktif memerlukan kesabaran, pemahaman, dan konsistensi dari orang tua. Dengan memahami fase perkembangan anak, menerapkan strategi pengasuhan yang tepat, dan memberikan lingkungan yang mendukung, orang tua dapat membantu anak mereka tumbuh dan berkembang dengan baik. Pendekatan holistik ini memungkinkan anak untuk mengembangkan potensi mereka secara penuh sambil tetap menciptakan ikatan yang kuat dengan orang tua.

Selain memahami latar belakang teori di atas, orangtua yang memiliki anak yang aktif sebaiknya mengantarkan anak mereka ke tempat yang dapat menyalurkan energinya. Misalnya, mendaftarkan anak ke sekolah sepak bola atau karate. Biasanya anak seperti ini tidak akan banyak mengeluh, ia bahkan akan bersemangat dan merasa senang dengan kegiatan fisik tersebut. Semoga bermanfaat (maglearning.id).

 

Tinggalkan Balasan