BELAJAR MELALUI PRAKTIK – Pembelajaran melalui akuisisi, inkuiri, dan diskusi membawa siswa ke dunia disiplin, teori, konsep, kerangka kerja konseptual, dan jenis pemikiran yang diperlukan agar memahami konsep atau teori. Akses menuju pemahaman siswa dalam setiap kasus utamanya melalui bahasa dan bentuk representasi. Siswa dipandu melalui deskripsi formal tentang dunia (sejarah, sains, bisnis, sastra, dll.).
Berbagai cara media digunakan agar siswa mampu memahami konsep atau teori. Bahasa dan konsep khusus, cara berpikir dan bernalar tentang materi pelajaran, diagram, klasifikasi, hubungan, formalisme, dan cara menafsirkan dan mensintesis digunakan untuk menuntun siswa ke suatu pemahaman tentang dunia. Dalam pembelajaran ini guru harus hadir untuk memberi informasi, menjelaskan, membimbing dan memberi nasihat, serta merancang kurikulum dan cara mengakses informasi melalui dokumen dan sumber daya lainnya.
Belajar melalui praktik merupakan cara belajar yang berbeda dengan ketiga cara belajar di atas. Pembelajaran ini dapat dilakukan ketika guru telah menyiapkan skema praktik/latihan bagi siswa untuk menerapkan pemahaman mereka tentang konsep untuk mencapai tujuan yang ditentukan (biasanya berbentuk penugasan). Pembelajaran ini sebagian besar menekankan pada siswa agar mereka bekerja sendiri melalui serangkaian tindakan aktif.
Belajar melalui praktik adalah bagian penting dari pengalaman belajar, karena akan membawa siswa untuk menyesuaikan pemahaman konseptual mereka dengan tugas yang dihadapi, dan kemudian merefleksikan pengalaman-pengalaman untuk memodulasi pemahaman mereka. Pada beberapa pembelajaran matapelajaran tertentu di sekolah menengah (SMA/SMK) biasanya ada kelas praktik dengan jadwal waktu yang sudah ditentukan. Di perguruan tinggi pembelajaran praktik biasanya terjadi dalam pembelajaran pribadi, baik yang dilakukan dalam kelas atau laboratorium maupun sebagai tugas yang dikerjakan di rumah.
Belajar melalui praktik merupakan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa memahami serta menggunakan pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran ini kadang-kadang disebut sebagai “belajar dengan melakukan (learning by doing)”, atau “belajar melalui pengalaman”, di mana siswa menyesuaikan tindakan mereka dengan tujuan tugas, dan menggunakan hasilnya untuk meningkatkan diri, tanpa intervensi guru.
Ahli saraf (neuroscientist) menyebut pembelajaran ini sebagai “belajar melalui prediksi”, dimana mereka menjelaskan bagaimana setiap siswa belajar tentang dunia di sekitar mereka melalui motivasi dan rasa ingin tahu, memprediksi tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil, membandingkan hasil tindakan mereka dengan prediksi mereka, dan menyesuaikan tindakan mereka selanjutnya. Ini adalah sebuah siklus tujuan-tindakan-umpan balik-revisi, sebuah siklus pemodelan, yang merupakan dasar bagi proses pembelajaran alami.
Pembelajaran ini secara tradisional sudah diterapkan sejak lama. Guru memberikan pembelajaran praktik atau latihan sebagai pekerjaan rumah, lembar kerja siswa, dan lembar masalah dengan model jawaban, serta daftar bacaan beranotasi, panduan belajar, dan sarana lain dengan kata tertulis yang dapat mendukung siswa secara individu atau berkelompok mampu melakukan pembelajaran mandiri melalui praktik.
Pembelajaran inkuiri membantu siswa terlibat dengan dunia deskripsi dan representasi formal, yang disediakan melalui perpustakaan, sumber daya digital, dan bank data. Sifat “umpan balik” mereka tidak bersifat langsung, karena lingkungan sumber daya tidak dengan sendirinya membimbing mereka untuk meningkatkan tindakan mereka. Pada pembelajaran inkuiri dengan mengirim siswa untuk mempelajari buku, sumber daya, data, atau informasi, guru tidak bisa berharap bahwa lingkungan dapat memberikan umpan balik langsung apa pun.
Pembelajaran koloboratif pun demikian, siklus diskusi sebaya sebagai cara untuk memperkuat siklus internal menghasilkan dan memodulasi ide dan tindakan ketika siswa menanggapi saran dan tantangan rekan-rekan mereka. Umpan balik datang dalam bentuk pertanyaan, komentar, dan bimbingan dari guru, dan pertanyaan, komentar, dan pemikiran alternatif dari siswa lain, yang semuanya memberikan kesempatan untuk merenung dan memikirkan kembali. Pada pembelajaran melalui diskusi, siklus ini terjadi pada tingkat teori, ide, konsep, contoh, bukti, informasi, tetapi tidak dengan sendirinya mengharuskan siswa untuk menerapkan ide dan konsep mereka dalam praktik nyata.
Belajar melalui praktik berbeda, karena melampaui bidang bahasa dan representasi. Dalam hal evolusi manusia, belajar dari pengalaman jauh lebih lama daripada belajar melalui bahasa. Belajar melalui bahasa dan komunikasi, tentu saja, merupakan cara yang jauh lebih efisien untuk meneruskan akumulasi pengetahuan dan keterampilan, sehingga profesi mengajar dari masa-masa awal secara alami memanfaatkan “mengajar melalui bercerita”.
Belajar melalui praktik dalam bentuk belajar melalui imitasi selalu menjadi bagian dari pembelajaran penting manusia dan masyarakat. Belajar melalui magang, di mana peniruan disertai dengan komunikasi, dianggap lebih efisien daripada hanya belajar di lingkungan sekolah. Inilah yang mendasari bagaimana pentingnya program magang atau program praktik pembelajaran untuk mahasiswa ilmu pendidikan.
Di Jurusan Ilmu Pendidikan atau Keguruan, walaupun masih di tingkat S1, pembelajaran praktik lapangan sangat penting tetap diberikan karena berbagai manfaat utama pembelajaran melalui praktik yang tidak bisa digantikan dengan metode pembelajaran yang lain.
Demikian rangkuman singkat kami. Semoga bermanfaat (maglearning.id).