Kepemimpinan Dalam Organisasi Bisnis

Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional

Dengan kepemimpinan tansaksional, para manajer menggunakan kekuasaan dari jabatan yang mereka miliki untuk menukarkan penghargaan seperti gaji dan status dengan usaha yang dilakukan para pegawai. Sebaliknya, dengan kepemimpinan transformasional, para manajer menginspirasi keterlibatan dalam suatu misi, memberikan para pengikut sebuah “mimpi” atau “visi” dalam letak yang lebih tinggi daripada kenyataan.

Efeknya, pemimpin transformasional memotivasi para pengikutnya untuk melakukan lebih dari pada apa yang diharapkan untuk mereka lakukan dengan cara merentangkan kemampuan mereka dan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Para anggota organisasi “bertransformasi” dengan menjadi lebih waspada terhadap kepentingan pekerjaan mereka dan menjadi tertolong untuk lebih mementingkan minat-diri mereka demi misi organisasi.

Steven Jobs, pendiri Apple Computer, merupakan contoh seorang pemimpin transformasional. Pada mula perusahaan berdiri, dia mampu menginspirasikan para pegawainya dengan visinya yaitu membuat kekuatan komputer dapat di akses oleh para pelanggan secara luas. Tanpa keinginan para pegawainya, dan bahkan antusiasme, untuk bekerja dengan jam kerja yang panjang dan menghasilkan ide-ide inovatif, Apple tidak akan pernah mampu merevolusi inndustri komputer.

Sebaliknya, para pemimpin transaksional lebih kurang tertarik dalam menginspirasikan para pengikut daripada dalam menjamin bahwa organisasi mereka beroperasi secara efektif dan efisien. Tipikal pemimpin transaksional  sering tertarik dengan meningkatnya penjualan, saham pasar, dan keuntungan lebih daripada dengan “mentransformasi” organisasi tersebut.

Peneliti manajemen Bernard M. Bass menyampaikan bahwa kebanyakan pemimpin memperlihatkan gaya transaksional dan transformasional sekaligus, walaupun mereka melakukannya dengan kadar yang  berbeda. Pada akhirnya, perbedaan antara kedua gaya kepemimpinan tersebut adalah bahwa para pemimpin yang sebagian besar transaksional terus menggerakkan organisasi mereka sejalan dengan tradisi sejarah, menghasilkan kemajuan-kemajuan yang bertambah. Para pemimpin transformasional, bagaimanapun, membawa organisasi mereka ke arah masa depan yang mungkin berakibat pada proses dan tingkat prestasi yang secara nyata berbeda.

Perhatikan bahwa pemimpin transaksional dihipotesis untuk mempertinggi prestasi organisasi secara terus menerus, tapi tidak secara dramatis. Di sisi lain, para pendukung kepemimpinan transformasional berpendapat bahwa gaya kepemimpinan ini dapat membuat perubahan yang nyata dalam prestasi organisasi.

Juga ingat bahwa penulis mengemukakan bahwa suatu prestasi organisasi agak menurun segera setelah proses kepemimpinan transformasional dimulai. Perubahan-perubahan dramatis dalam cara operasi suatu organisasi sering berakibat dalam penurunan prestasi jangka pendek, karena para anggota organisasi  mungkin pada awalnya menolak berubah dari status-quo dan kemungkinan mengalami kesulitan dalam membangkitkan pengharapan baru.

Pemimpin transaksional dan transformasional keduanya dapat memperlihatkan semua gaya kepemimpinan yang diidentifikasikan dalam teori-teori kepemimpinan yang terkenal. Teori-teori tersebut meliputi gaya-gaya yang sering diteliti seperti kepemimpinan berorientasi-tugas (menekankan keefektifan kerja) atau kepemimpinan berorientasi-hubungan (menekankan jalinan hubungan kerja dengan para pegawai), dan juga gaya-gaya yang menekankan pengaturan para pegawai, mendorong partisipasi pegawai dalam membuat keputusan, atau menentukan tujuan.

Akan tetapi walaupun kedua tipe kepemimpinan ini terlibat dalam gaya yang sama, tujuan mereka bisa jadi cukup berbeda. Sebagai contoh, pemimpin transaksional dapat memberikan tanggung jawab kepada seorang pegawai sebagai sebuah penghargaan karena telah memenuhi persetujuan, tetapi seorang pemimpin transformasional dapat menugaskan pegawainya dengan tujuan mengembangkan keterampilan pegawai tersebut.

Tim Kepemimpinan Dalam Organisasi Bisnis

Walaupun fokus utama yang kita bahas adalah CEO, tak ada satu individu pun mungkin dapat memimpin organisasi yang kompleks sendirian. Maka dari itu, banyak CEO menghabiskan banyak waktu dan usaha mengembangkan sebuah tim manajer level-atas. Secara khusus, tim manajemen utama diketuai oleh CEO dan terdiri dari para eksekutif langsung di bawah level CEO dalam struktur organisasi.

Bagaimanapun, tim yang demikian boleh jadi mengikutkan para manajer menengah, bergantung pada keinginan CEO dan situasi yang dihadapi perusahaan tertentu. Sekelompok manajer yang harmonis yang bekerja dengan baik bersama-sama dan saling melengkapi kemampuan satu sama lain dapat memberikan rasa kepemimpinan yang kuat terhadap sebuah perusahaan.

Mengapa banyak organisasi sekarang ini menekankan pembentukan tim pada level manajemen? Ada banyak alasan bagus:

  • CEO memiliki tugas-tugas kompleks yang terintegrasi dan tidak mungkin dapat dilakukan secara efektif tanpa bekerja secara dekat dengan orang-orang yang bertangung jawab terhadap aktifitas utama organisasi (fungsi, produk, wilayah, dll).
  • Manajer yang memiliki jabatan lebih rendah biasanya memiliki keahlian lebih mengenai pengoperasian komponen-komponen organisasi dan bidang-bidang mereka sendiri dibandingkan dengan CEO.
  • Hasil (outcomes) pertimbangan tim-versus keputusan satu manajer- cenderung lebih inovatif, karena berasal dari sebuah kelompok yang terdiri dari individu-individu yang memiliki keterampilan, pandangan, dan informasi yang berbeda.
  • Para anggota tim, dan divisi atau departemen mereka harus lebih memahami dan mendukung keputusan organisasi karena mereka telah menyatukan suara dalam membuat keputusan tersebut.
  • Komunikasi antar manajer-manajer utama semakin meningkat karena pertemuan mereka yang teratur dan sering.
  • Manajer yang levelnya lebih rendah di dalam tim menerima pengalaman pengembangan yang bernilai.

Sebagai tambahan, penelitian terakhir mengenai tim manajemen utama dalam 460 bank di barat tengah mengungkap bahwa inovasi yang bersifat teknis dan administratif mungkin sekali terjadi bila anggota tim mewakili berbagai area fungsional. Komunikasi fungsional-silang dianggap penting bagi pembaharuan organisasi.

Salah satu firma terkenal yang menggunakan tim manajemen utamanya secara menguntungkan adalah perusahaan UAL. Pimpinan dan CEO Stephen M. Wolf bekerja dengan menerapkan sebuah basis harian dengan para eksekutif yang menangani bidang-bidang seperti keuangan, pemasaran, hubungan karyawan, hubungan masyarakat serta bagian-bagian resmi. Kesuksesan perubahan haluan yang telah dicapai UAL semenjak Wolf mengambil alih perusahaan pada tahun 1987 sebagian dihubungkan dengan kemampuannya untuk mengumpulkan sekelompok ahli managemen terbaik kedalam sebuah tim.

Beberapa perusahaan bahkan telah bergerak lebih maju, menggantikan Chief Operating Officer nya (COO) dengan sebuah tim eksekutif – atau komite- yang memberi laporan secara langsung ke CEO. Sebagai contoh, Xerox memiliki tim eksekutif yang terdiri dari 6 orang, Nordstrom (departemen store yang berbasis di Seattle) dipimpin oleh 4 orang “wakil presiden” dan 3 orang “jabatan presiden” di microsoft memberikan laporan secara langsung kepada ketua William Gates III. Susunan tersebut, tentu saja, terkadang sulit dibuktikan. Kesuksesan mereka seringkali bergantung pada kecocokan masing-masing eksekutif serta tingkatan dimana munculnya keinginan dari masing masing orang untuk menjadi bagian dari tim.

Nah, itu tadi bahasan kami tentang kepemimpinan dalam organisasi bisnis. Semoga bahasan singkat ini ada manfaatnya. Salam belajar kapan saja dan di mana saja (maglearning.id).

One comment

Tinggalkan Balasan