Teori Kebenaran Korespondensi : Ujian Persamaan dengan Fakta

Teori Kebenaran Korespondensi – Tes kebenaran yang dinamakan teori koresponden adalah yang paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realitas objektif atau fidelity to objective reality.

Kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan (judgement) dan situasi yang pertimbangan itu berusaha untuk melukiskan. Kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu.

Jika saya mengatakan bahwa Amerika Serikat dibatasi oleh Kanada di sebelah Utara, maka menurut pendekatan ini, pernyataan saya tadi benar, bukan karena ia sesuai dengan pernyataan lain yang sebelumnya telah diberikan orang atau karena kebetulan pernyataan itu berguna, akan tetapi karena pernyataan itu sesuai dengan situasi geografi yang sebenarnya.

Inilah, arti dari kata Kebenaran dalam percakapan sehari-hari. Hal ini juga merupakan pandangan yang khas dari seorang ilmuwan yang mengecek idenya dengan berbagai data atau penemuannya dan merasa senang untuk menyerahkan kesimpulannya untuk diuji secara objektif oleh ilmuwan lain.

Menurut teori kebenaran korespondensi, ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai hubungan langsung terhadap kebenaran atau kekeliruan, oleh karena kebenaran atau kekeliruan itu tergantung kepada kondisi yang sudah ditetapkan atau diingkari. Jika sesuatu pertimbangan sesuai dengan fakta, maka pertimbangan itu benar. Jika tidak, maka pertimbangan itu salah. Jika saya mengatakan “Ada mobil di parkir di halaman kita”, pernyataan saya tersebut dapat diuji kebenarannya dengan penyelidikan empiris.

Walaupun begitu, penyanggah teori koresponden tidak berpendapat bahwa soal menguji kebenaran pernyataan tidak seterang dan sejelas yang disangka oleh pengikut teori korespondensi. Pertanyaan kritik yang pertama biasanya adalah bagaimana kita dapat membandingkan ide-ide kita dengan realitas? Kita hanya mengetahui pengalaman kita.

Bagaimana kita dapat keluar dari pengalaman kita sehingga kita dapat membandingkan ide-ide kita dengan realitas yang ada? Mereka berkata: “Teori korespondensi berasumsi bahwa kita mengetahui bukan saja pertimbangan kita, tetapi keadaan yang nyata di samping pengalaman kita.”

Teori korespondensi tampaknya mempunyai asumsi bahwa data rasa kita adalah jelas dan akurat, bahwa data tersebut menampakkan watak dunia seperti apa adanya. Kelompok idealis dan pragmatis mempersoalkan asumsi tersebut secara serius dan menunjukkan bahwa dalam persepsi, akal cenderung untuk campur tangan dan mengubah pandangan kita tentang dunia.

Jika kekuatan persepsi kita berkurang atau bertambah, atau jika kita mempunyai indra lebih banyak atau sedikit, dunia akan tampak berbeda dari keadaannya sekarang. Oleh karena itu kita tidak dapat mengetahui suatu objek atau suatu kejadian melainkan dengan perantaraan data rasa kita, maka adalah tidak bijaksana untuk mempertanyakan apakah pertimbangan kita sesuai dengan benda seperti yang sesungguhnya ada.

Akhirnya, kita memiliki pengetahuan tentang arti atau definisi, hubungan (relation) dan nilai seperti dalam matematik, logika, dan etika. Sebagian dalam ide yang ingin kita uji kebenarannya tidak mempunyai objek di luar bidang pikiran manusia yang dapat kita pakai untuk mengadakan perbandingan dan pengecekan terhadap korespondensi. Dalam bidang tersebut sedikitnya teori korespondensi tentang kebenaran tampaknya tidak berfungsi, tetapi nyatanya pengetahuan dalam bidang tersebut memiliki derajat ketentuan yang tinggi.

Pendukung teori kebenaran korespondensi akan menjawab kritik ini dengan menunjukkan bahwa matematika dan logika, tak terdapat tuntutan kebenaran tentang dunia, dan oleh karena itu tak perlu dilakukan ajaran kebenaran kecuali tentang konsistensi.

Daftar Pustaka

Titus, Harold H., 1984. Persoalan-persoalan Filsafat. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang

(maglearning.id)

Tinggalkan Balasan