Pengertian Filsafat Pendidikan dan Peranannya

Pengertian Filsafat Pendidikan dan Peranannya

Menurut Al-Syaibany, pengertian filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabi’at manusia, maka filsafat bisa juga diartikan sebagai teori umum pendidikan.

Barnadib (1993) mempunyai versi pengertian atas filsafat pendidikan, yakni ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Menurut  seorang ahli filsafat Amerika Brubachen , filsafat pendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda, dan filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan.

Dalam pengertian ini, pengungkapan bahwa pengertian filsafat pendidikan adalah filsafat terapan, yaitu hasil ketika cara pandang filsafat masuk dan mengambil objek pendidikan, menjadi pandangan yang keliru, terutama jika ia dilihat secara geneologis, terutama karena hal itu melahirkan kesan makna bahwa pendidikan adalah sesuatu hal yang sepenuhnya terpisah dari filsafat atau ia berada di luar filsafat.

Oleh karena itu, jika filsafat pendidikan kita konsesi mesti didefinisikan sebagai filsafat terapan, dasar pijakan bersifat metodis di satu sisi. Sedangkan, di sisi yang lain, ia menegaskan bahwa pendidikan adalah sesuatu hal yang dipandang sebagai bidang yang sepenuhnya bukan filsafat atau di luar filsafat.

Dalam pengkritisan tersebut, istilah “filsafat pendidikan” selalu menjadi hal yang hanya bisa diterima dalam pengandaian metodis guna menunjuk upaya-upaya cara pandang filsafat untuk mengkaji ruang pendidikan atau tepatnya ruang upaya manusia secara umum di dalam membangun hidup dan kehidupannya untuk menjadi semakin baik dan berkualitas.

Pengandaian metodis ini terpahami terutama karena proses pelaksanaan upaya manusia secara umum di dalam membangun hidup dan kehidupannya untuk menjadi semakin baik dan berkualitas lebih sering berlangsung jauh dari nilai-nilai ideal yang diharapkan. Dalam berbagai kasus, upaya tersebut justru bermakna sebaliknya, yaitu semakin menjauhkan hidup manusia, baik secara individu ataupun kolektif dari tata hidup dan kehidupan yang baik dan berkualitas.

Dalam realitas lapangan, ironi-ironi kontraproduktif tersebut menjadi dengan begitu sangat nyata sehingga ia bahkan tidak lagi membutuhkan argumentasi apa pun untuk membuktikannya. Penyelenggaraan pendidikan menjadi penyebab utama dari lahirnya dehumanisasi. Secara ideal, pendidikan ingin membuat manusia menjadi bermoral. Akan tetapi, dalam praktiknya, pendidikan terisi dan berlangsung dengan cara-cara yang justru bertentangan dengan nilai-nilai moral yang dicita-citakan.

Dalam konteks problem seperti inilah dunia modern kemudian mengenal istilah “filsafat pendidikan”, yaitu filsafat yang secara seksama bermaksud melihat tentang apa, mengapa, dan bagaimana pendidikan dalam pengertian-pengertian lebih mendasar dan genuine sehingga proses penyelenggaraan pendidikan yang ada di lapangan dapat kembali menemukan makna urgensitasnya dalam hidup yang ada.

Hingga di sini, secara definitif, pengertian filsafat pendidikan tidak lain adalah penerapan upaya metodis filsafat untuk mempersoalkan konsepsi-konsepsi yang melandasi upaya-upaya manusia di dalam membangun hidup dan kehidupannya untuk menjadi semakin baik dan berkualitas. Sedangkan, tujuan upaya-upaya filsafat dalam mempersoalkan adalah guna mengarahkan menyelenggarakan pendidikan pada kondisi-kondisi etika yang diidealkan. Dalam makna lain, filsafat pendidikan adalah falsifikasi pendidikan, baik dalam makna teoritis konseptual maupun makna praktis-pragmatis yang menggejala.

Peranan Filsafat dalam Pendidikan?

Secara praktis, fungsi dan peran filsafat pendidikan sekurang-kurangnya empat hal utama. Keempat hal tersebut antara lain adalah menginspirasikan, menganalisis, mempreskriptifkan, dan menginvestigasi.

Filsafat Pendidikan Menjadi Ruang Inspirasi

Pertama, filsafat pendidikan menjadi ruang inspirasi, khususnya bagi para pendidik dalam melaksanakan ide-ide tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat pendidikan, filsuf menjelaskan idenya mengenai pendidikan tersebut, ke mana diarahkan, siapa saja yang patut menerima pendidikan, bagaimana cara mendidik, serta apa peran pendidik. Sudah tentu, ide-ide ini didasari oleh asumsi-asumsi tertentu tentang anak manusia, masyarakat atau lingkungan, dan negara.

Peran Analisis Filsafat Pendidikan

Kedua, peran analisis. Dalam peran ini, filsafat pendidikan berarti memeriksa secara teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya. Hal ini dimaksudkan agar dalam menyusun konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancuan (tumpang tindih). Di sini filsafat pendidikan memeriksa bagian-bagian pendidikan secara seksama untuk mengetahui validasi pendidikan secara gamblang. Hal ini dimaksudkan, selain untuk menghindari tumpang tindih serta kesimpang-siuran, juga guna mengarahkan tujuan pendidikan sesuai dengan nilai-nilai yang diinginkan.

Francis Bacon, seorang filsuf Inggris dalam bukunya The Advencement of learning, mengemukakan betapa kebanyakan pengetahuan yang dimiliki manusia selalu mengandung unsur-unsur validitas yang bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari, terlebih jika pengetahuan itu berisi salah satu konsep yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Dari itu, Bacon menggunakan logika induktif sebagai teknik krisis atau analisis untuk menemukan arti pendidikan yang dapat diandalkan. Melalui pengalaman secara kritis dengan logika induktif, akan dapat ditemukan konsep-konsep pendidikan.

Filsafat Pendidikan Memiliki Makna Preskriptif

Ketiga, filsafat pendidikan memiliki makna preskriptif atau memberi pengarahan kepada pendidik dalam soal apa dan mengapa pendidikan itu. Hal yang dijelaskan dapat berupa hakikat manusia jika dibandingkan dengan makhluk lain atau aspek-aspek peserta didik yang memungkinkan untuk dikembangkan. Proses perkembangan tersebut tergantung pada batas bantuan yang diberikan, batas keterlibatan pendidik, arah pendidikan, target pendidikan, perbedaan arah pendidikan, dan bakat serta minat anak.

Hal ini, misalnya, bisa dicontohkan dengan apa yang idealisasi John Herbart dalam soal guru. Dalam karyanya berjudul Scence of Education, John Herbart memandang bahwa guru harus memiliki informasi yang dapat diandalkan mengenai tujuan pendidikan yang dapat dicapai dan proses belajar sebelum guru memasuki kelas. Di sini, John Herbart, dalam makna lebih umum memandang bahwa pendidikan seharusnya dikonstruksi di atas asumsi yang valid- suatu informasi yang direkonstruksi dari atau secara ilmiah.

Peran Investigatif Filsafat Pendidikan

Sementara, peran yang keempat adalah peran investigatif. Di sini filsafat pendidikan memeriksa atau mengkaji kebenaran suatu pendidikan. Pendidik seharusnya mencari sendiri konsep-konsep pendidikan di lapangan atau melalui penelitian-penelitian. Konsep yang dipraktikkan tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan, sedangkan posisi filsafat hanya sebagai latar pengetahuan saja.

Demikianlah apa yang bisa kami sampaikan mengenai pengertian filsafat pendidikan dan peranannya. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi dengan kami di lain kesempatan. (maglearning.id)

Loading...

Tinggalkan Balasan