Berdamai di Tengah Kekuasaan Orang Tua dan Anak

Berdamai di Tengah Kekuasaan Orang Tua dan Anak

Apa itu kekuasaan orang tua, bagaimana contohnya? Apa pula kekuasaan Anak? Dalam parenting perlu kita pahami bagaimana kita bisa menempatkan diri, baik sebagai orang tua maupun sebagai anak.

Parenting adalah suatu perjalanan yang kompleks dan penuh tantangan, di mana kekuasaan menjadi salah satu elemen kunci dalam membentuk hubungan antara orang tua dan anak. Dalam dinamika ini, kedua belah pihak memiliki peran yang signifikan dalam mengasah identitas, nilai-nilai, dan perkembangan anak.

Sebagian orang tua ada yang bersikap otoriter kepada anak. Tipe orangtua seperti itu biasanya selalu memegang kendali dan memerintah anak agar selalu patuh dan melakukan apa yang mereka kehendaki. Supaya anak tetap dapat dikontrol dan diperintah maka orangtua tipe ini cenderung melakukan kekuasaan kepada anak baik secara fisik, verbal, maupun emosional (Deborah K Parker M.Ed, 2006). Misalnya, memukul (fisik), mengancam, mengkritik secara kasar (verbal), dan tidak memberi makan atau kebebasan (emosional). Tindakan orangtua seperti itu dilakukan supaya orangtua tetap dalam kondisi ‘menang’.

Pada praktiknya, ternyata bukan hanya orangtua saja yang dapat menggunakan kekuasaan untuk menundukkan sang anak. Begitu pun dengan anak, banyak anak yang berperilaku kasar dan bahkan membuat malu orangtua di depan umum dengan cara menggunakan kekuasaannya. Seperti, dengan membuat kekacauan, merusak barang, menangis, dan membangkang.

Kekuasaan Orang Tua: Tanggung Jawab dan Panduan

Orang tua, sebagai pemimpin dalam keluarga, memiliki peran utama dalam memberikan panduan dan batasan bagi anak-anak mereka. Kekuasaan orang tua seringkali dikaitkan dengan tanggung jawab untuk melindungi, mendidik, dan membimbing anak-anak menuju perkembangan yang positif. Namun, kekuasaan ini harus dijalankan dengan bijaksana, tanpa mengekang kreativitas dan eksplorasi anak.

Sebuah pendekatan otoritatif, yang menggabungkan kontrol dengan pemahaman terhadap perspektif anak, dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal. Memberikan batasan yang jelas sambil merangkul dialog dan pemahaman terhadap kebutuhan anak merupakan kunci dalam mengelola kekuasaan orang tua.

Apabila orangtua dan anak sama-sama sering menggunakan kekuasaan masing-masing maka tidak heran bila pertengkaran di antara mereka pun akan mudah terjadi. Situasi tersebut tentu tidak baik apabila sering terjadi dan dibiarkan semakin memanas. Sehingga di antara keduanya saling tidak mau menyapa (saling diam) dan tidak mau peduli dalam waktu lama.

Kekuasaan Anak: Pengembangan Otonomi dan Tanggung Jawab

Seiring berjalannya waktu, anak-anak perlahan-lahan mengembangkan kekuasaan mereka sendiri. Proses ini mencakup pengembangan otonomi, di mana anak-anak belajar membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka. Memberikan kebebasan yang tepat seiring dengan bertambahnya usia anak merupakan bagian integral dari mendukung perkembangan kekuasaan anak.

Orang tua perlu memahami bahwa memberikan kekuasaan kepada anak bukan berarti kehilangan kontrol sepenuhnya, tetapi merupakan langkah menuju pembentukan karakter yang mandiri dan bertanggung jawab. Anak yang diberdayakan untuk berpikir kritis dan mengambil inisiatif dalam kehidupan sehari-hari lebih mungkin menjadi individu yang percaya diri dan sukses di masa depan.

Sebagai salah satu cara untuk meredakan situasi di atas maka sebagai orangtua bijak janganlah menunggu anak membuat suasana menjadi lebih baik. Lakukanlah oleh orangtua terlebih dahulu untuk membuat perubahan menjadi baik. Di antaranya dengan cara terbuka untuk membicarakan saat-saat sulit yang sering terjadi. Dan, hindarilah sikap saling menyalahkan. Lebih baik ciptakanlah suasana penuh dengan saling memaafkan supaya suasana keluarga menjadi bahagia dan menyenangkan kembali.

Kolaborasi dalam Pengambilan Keputusan: Kunci Harmoni Keluarga

Pentingnya kolaborasi antara orang tua dan anak dalam pengambilan keputusan tidak dapat diabaikan. Termasuk memberikan ruang bagi anak untuk menyuarakan pendapat mereka, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan bersama-sama mencari solusi yang baik untuk kedua belah pihak. Penerapan prinsip-prinsip demokratis dalam lingkungan keluarga dapat membantu anak merasa dihargai dan memiliki kontribusi yang berarti.

Ketika kekuasaan dikelola secara kolaboratif, keluarga menciptakan iklim di mana komunikasi terbuka dan saling pengertian dapat tumbuh. Ini juga memberikan peluang bagi anak untuk belajar merespons tanggung jawab dengan bijaksana, sambil membangun hubungan yang kokoh dengan orang tua.

Pendidikan Emosional: Kunci Kesadaran Diri dan Empati

Pentingnya pendidikan emosional dalam dinamika kekuasaan dalam parenting tidak boleh diabaikan. Orang tua perlu membimbing anak-anak mereka dalam mengenali dan mengelola emosi mereka sendiri, sekaligus memahami perasaan orang lain. Hal ini menciptakan dasar bagi anak untuk berkembang sebagai individu yang sadar diri dan empatik.

Dengan memahami emosi anak, orang tua dapat lebih efektif membimbing dan memberikan dukungan. Sebaliknya, anak-anak yang diajarkan untuk memahami emosi orang tua dapat lebih baik menghargai peran dan tanggung jawab dalam dinamika kekuasaan keluarga.

Dalam parenting, kekuasaan adalah elemen yang kompleks dan berubah seiring waktu. Orang tua dan anak memiliki peran masing-masing dalam membentuk dinamika kekuasaan yang sehat. Pendekatan yang bijaksana, inklusif, dan penuh empati dapat menciptakan lingkungan harmonis di mana perkembangan anak menjadi prioritas utama. Dengan memahami dan mengelola kekuasaan dengan bijaksana, orang tua dapat membimbing anak-anak mereka menuju pertumbuhan yang seimbang dan positif.

Demikianlah sedikit diskusi mengenai kekuasaan orang tua dan anak dalam parenting. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi dengan kami di lain kesempatan (maglearning.id).

Loading...

Tinggalkan Balasan