Pengertian Lingkungan Sekolah – Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Munib, 2005).
Pengertian Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan (Tu’u, 2004). Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (Syamsu Yusuf, 2001).
Sedangkan pengertian lingkungan sekolah atau pendidikan adalah berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat keberlangsungan proses pendidikan. Jadi lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi siswa.
Pengertian Lingkungan Sekolah Menurut Beberapa Ahli Pendidikan Internasional
Pengertian lingkungan sekolah menurut beberapa ahli pendidikan yang relevan.
1. Jean Piaget
Jean Piaget, seorang psikolog perkembangan terkenal, mengemukakan bahwa lingkungan sekolah memiliki peran dalam membentuk perkembangan kognitif anak. Menurutnya, interaksi anak dengan guru dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi cara anak memahami dan mengolah informasi. Lingkungan sekolah yang merangsang dan mendukung pertumbuhan kognitif dapat membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan logis.
2. Lev Vygotsky
Lev Vygotsky, seorang ahli psikologi sosial, menekankan pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran. Baginya, lingkungan sekolah mencakup hubungan antara guru, siswa, dan teman-teman sekelas. Vygotsky menyatakan bahwa melalui interaksi ini, siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru. Lingkungan sekolah yang mendukung kerjasama dan komunikasi dapat membantu dalam proses pembelajaran.
3. Abraham Maslow
Abraham Maslow, seorang psikolog yang dikenal dengan hierarki kebutuhan, memberikan pandangan mengenai lingkungan sekolah dalam konteks kebutuhan siswa. Menurut Maslow, lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan mendukung dapat membantu siswa memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti keamanan dan rasa diterima. Lingkungan sekolah yang memperhatikan kebutuhan siswa dapat menciptakan kondisi yang lebih baik untuk pembelajaran.
4. John Dewey
John Dewey, seorang filsuf pendidikan, menekankan konsep pengalaman sebagai dasar pembelajaran. Baginya, lingkungan sekolah harus menciptakan pengalaman-pengalaman yang bermakna bagi siswa. Dewey menyarankan agar lingkungan sekolah dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang relevan dan mendukung pengembangan keterampilan sepanjang hidup.
5. Burrhus Skinner
Burrhus Skinner, seorang psikolog behavioristik, mengemukakan pandangannya terhadap pengaruh lingkungan terhadap perilaku. Menurutnya, lingkungan sekolah dapat membentuk perilaku siswa melalui pemberian rangsangan dan hukuman. Oleh karena itu, desain lingkungan sekolah, termasuk sistem penghargaan dan sanksi, dapat memengaruhi motivasi dan perilaku siswa.
6. Ivan Pavlov
Ivan Pavlov, seorang ahli psikologi yang terkenal dengan eksperimen tentang refleks kondisional pada anjing, memberikan perspektif kondisioning dalam konteks lingkungan sekolah. Meskipun eksperimennya lebih berkaitan dengan hewan, konsep kondisioning dapat diterapkan pada pembentukan perilaku siswa melalui stimulus-stimulus dalam lingkungan sekolah.
7. Ecological Systems Theory (Bronfenbrenner)
Teori Ekologi Sistem (Ecological Systems Theory) oleh Urie Bronfenbrenner menyajikan pandangan komprehensif tentang lingkungan, mengidentifikasi berbagai tingkat pengaruh yang membentuk pengalaman dan perkembangan individu. Lingkungan sekolah menurut teori ini melibatkan interaksi antara mikrosistem (hubungan langsung dengan lingkungan sekitar), mesosistem (hubungan antar mikrosistem), eksosistem (faktor-faktor yang memengaruhi tetapi tidak langsung terlibat), dan makrosistem (nilai dan budaya masyarakat).
8. Sociocultural Theory (Vygotsky)
Teori Sosiokultural Vygotsky menekankan pentingnya lingkungan sosial dan budaya dalam pembelajaran. Lingkungan sekolah, menurut Vygotsky, harus menciptakan kesempatan bagi siswa untuk terlibat dalam aktivitas sosial dan budaya yang relevan. Kolaborasi antara siswa dan guru, serta penggunaan alat atau mediators budaya, dapat meningkatkan pemahaman dan perkembangan kognitif.
9. Transactional Model (Brofenbrenner dan Morris)
Model Transaksional menggabungkan konsep ekologi sistem dan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan sekolah, dalam pandangan ini, merupakan tempat di mana siswa dan guru saling berinteraksi dan membentuk pengalaman bersama. Interaksi ini dapat memengaruhi perkembangan individual dan membentuk budaya sekolah yang unik.
10. Roger Barker
Roger Barker, seorang antropolog yang melakukan penelitian etnografi tentang ekologi manusia, memberikan kontribusi dalam memahami lingkungan sekolah. Melalui penelitiannya di Oakesdale, ia menyoroti bagaimana aspek-aspek lingkungan fisik dan sosial berinteraksi dalam membentuk perilaku anak-anak di sekolah.
Dari berbagai pandangan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian lingkungan sekolah bukan hanya sebatas fisik tempat belajar, tetapi juga mencakup aspek-aspek sosial, psikologis, dan budaya. Lingkungan sekolah yang baik harus menciptakan kondisi yang mendukung perkembangan kognitif, sosial, dan emosional siswa, sekaligus memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif.
Faktor-faktor dalam lingkungan sekolah
Menurut Slameto (2003) faktor-faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup :
a. Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar dapat mempengaruhi belajar siswa. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.
b. Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap belajar.
c. Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses ini dipengaruhi oleh relasi didalam proses tersebut. Relasi guru dengan siswa baik, membuat siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa dengan baik menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar.
d. Relasi siswa dengan siswa
Siswa yang mempunyai sifat kurang menyenangkan, rendah diri atau mengalami tekanan batin akan diasingkan dalam kelompoknya. Jika hal ini semakin parah, akan berakibat terganggunya belajar. Siswa tersebut akan malas untuk sekolah dengan berbagai macam alasan yang tidak-tidak. Jika terjadi demikian, siswa tersebut memerlukan bimbingan dan penyuluhan. Menciptakan relasi yang baik antar siswa akan memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.
e. Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, pegawai sekolah dalam bekerja, kepala sekolah dalam mengelola sekolah, dan BP dalam memberikan layanan.
Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa disiplin pula. Dalam proses belajar, disiplin sangat dibutuhkan untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Agar siswa belajar lebih maju, maka harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan lain-lain.
f. Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa karena alat pelajaran tersebut dipakai siswa untuk menerima bahan pelajaran dan dipakai guru waktu mengajar. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempercepat penerimaan bahan pelajaran. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, belajar akan lebih giat dan lebih maju. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap sangat dibutuhkan guna memperlancar kegiatan belajar-mengajar.
g. Waktu sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah. Waktu sekolah akan mempengaruhi belajar siswa. Memilih waktu sekolah yang tepat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar. Sekolah di pagi hari adalah waktu yang paling tepat dimana pada saat itu pikiran masih segar dan kondisi jasmani masih baik.
Dari uraian di atas, indikator-indikator dalam lingkungan sekolah adalah :
- disiplin sekolah
- relasi guru dengan siswa
- relasi siswa dengan siswa
- fasilitas sekolah
Demikianlah apa yang bisa kami sampaikan mengenai pengertian lingkungan sekolah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dalam lingkungan sekolah. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi dengan kami di lain kesempatan. (maglearning.id)