Turunnya Ekspor dan Naiknya Risiko Kredit Perbankan

Turunnya Ekspor dan Naiknya Risiko Kredit Perbankan

Turunnya Ekspor dan Naiknya Risiko Kredit Perbankan – Sektor ekspor tentunya yang akan paling terpengaruh kinerjanya dengan adanya krisis global ini, relatif dibandingkan sektor-sektor perekonomian lainnya. Beberapa teman eksportir menyampaikan bahwa mereka tidak ada order baru, apalagi untuk pasar Eropa terutamanya. Bagaimana pengaruhnya keadaan perekonomian domestik Indonesia?

Untuk saat ini, nampaknya masih ada alasan bersyukur di tengah resesi krisis global. Ini karena struktur perekonomian kita yang mayoritas ditopang oleh sekotor konsumsi dalam negeri. Kinerja ekspor tentunya tertekan apa lagi adanya peraturan larangan bahan baku minyak goreng baru-baru ini.

Tahun 2020 sampai tahun 2022 ini akan merupakan tahun yang lebih berat untuk performance ekspor. Akan tetapi secara keseluruhan –overall- perekonomian kita masih akan bertahan stabil, karena kuatnya sektor konsumsi domestik.

 

Turunnya Ekspor dan Naiknya Risiko Kredit

Bagaimana menyikapi gejolak perekonomian dunia dan dalam negeri ini bagi sektor Industri perbankan? Biasanya, bisnis yang berorientasi ekspor merupakan salah satu target pasar incaran kredit perbankan. Untuk eksportir yang sudah memiliki captive market di luar, dengan transaksi trade finance yang aktif, seringkali masuk dalam jajaran nasabah prime-nya bank. Nasabah jenis ini bisa menyumbang selain dari pendapatan bunga kredit, juga dari transaksi fee based melalui pembiayaan LC mereka, misalnya.

Namun sekarang, eksposur nasabah orientasi ekspor dan eksportir sedang meningkat risiko kreditnya. Risiko kredit secara ringkas merupakan tingkat risiko terkait dengan kemampuan membayar kembali nasabah. Bisnis yang tergerus kinerjanya karena situasi global saat ini tentunya akan terganggu secara berarti untuk cash-flow-nya, sementara sumber pembayaran kredit yang utama adalah cash-flow usaha itu. Bank harus melakukan monitor yang ketat terhadap keduanya, yaitu: nasabah eksportir dan sektor usaha yang didominasi transaksi ekspor.

Pada dewasa ini, Kementerian Perdagangan diberitakan sedang mewaspadai  adanya penurunan ekspor produk-produk seperti sawit, kopi dan karet. Selain itu juga produk tekstil, elektronik, dan produk ekspor Indonesia yang dianggap barang mewah seperti furnitur. Produk-produk komoditas seperti disebutkan ini nampaknya rawan terhadap pemangkasan permintaan ekspornya. Dengan demikian, sejumlah nasabah bank yang bergerak dalam bisnis komoditas yang kemudian melemparnya ke pasar ekspor perlu diwaspadai.

Sejumlah bank ada yang memiliki eksposur cukup berarti terhadap sektor tekstil. Nampaknya nasabah-nasabah di sini juga harus diberikan alokasi supervisi kredit yang lebih ketat oleh karena potensi penurunan permintaan yang dapat mempengaruhi cash flow dan kemampuan membayar kembali kredit bank.

Antisipasi dan Mitigasi Risiko Kredit

Untuk menekan dampak risiko yang lebih buruk, hari-hari ini perbankan perlu untuk segera membuat antisipasi yang proaktif terhadap kemungkinan goncangan bisnis dari sektor ekspor. Antisipasi itu sendiri pada dasarnya sudah merupakan bentuk risk management. Mereka yang antisipatif dengan sendirinya lebih siap dan mampu untuk menghadapi dan menanggung risiko.

Berikut ini disampaikan sejumlah rekomendasi untuk antisipasi, menekan dan memitigasi kenaikan risiko kredit dari portofolio ekspor yang kiranya dapat dipertimbangkan:

  1. Perlu dilakukan “close monitoring” terhadap nasabah esportir atas perkembangan usaha mereka dari waktu ke waktu. Team Supervisi secara khusus kalau perlu dibentuk, apalagi bila eksposurnya cukup berarti terhadap total portfolio kredit yang diberikan.
  2. Review terhadap kondisi jaminan terkini dan kekuatan perjanjian perlu dipastikan. Ini sebagai bentuk jaga-jaga sekiranya terjadi gagal bayar yang membuat bank harus melakukan eksekusi terhadap jaminan asset.
  3. Review kredit yang dipercepat dapat dilakukan. Pemberian tambahan kredit sebaiknya dibatasi, walaupun ini tidak bisa digeneralisasikan kepada semua kasus nasabah ekspor. Untuk beberapa nasabah risiko tinggi kalau perlu diupayakan penurunan portfolio, dan dilepas saja bila ada yang mau take-over.
  4. Officer atau pejabat bank dapat bertindak sebagai financial advisor untuk membantu memberikan solusi di tengah masalah krisis global ini, misalnya dengan menyarankan penambahan eksposur penjualan bisnis nasabah ke pasar dalam negeri. Nasihat lain, misalnya menyarankan untuk dilakukan “diversifikasi target pasar”. Jangan melulu ke Eropa, Amerika atau Jepang. Sesama negara Asia di kawasan, Amerika Latin, sampai ke Afrika bisa merupakan pasar potensial untuk dewasa ini.

Peranan perbankan dalam membantu strategi bisnis nasabah, yang biasa disebut dengan “turnaround strategy” ini, dalam situasi krisis seringkali sangat vital dan strategis. Banyak para bankir senior yang dapat memberikan sharing pengalaman demikian. Toh, pada akhirnya ini menyangkut asset bank juga; menyelamatkan aset kredit. Karenanya, hadirlah sebagai partner bisnis, bantulah nasabah ekspor Anda. Menyelamatkan mereka adalah mengamankan aset bank Anda juga.

 

Demikianlah bahasan kami mengenai Turunnya Ekspor dan Naiknya Risiko Kredit Perbankan serta cara memitigasinya. Semoga tulisan ini bermanfaat. Salam sehat dan sukses selalu (maglearning.id).

Loading...

Tinggalkan Balasan