Creative Pricing demi Mengoptimalkan Profit

Creative Pricing demi Mengoptimalkan Profit

Creative Pricing demi Mengoptimalkan Profit – Penjualan ditentukan oleh dua komponen utama, yakni Price (harga) dan Quantity (jumlah). Oleh karena itu, penentuan strategi pricing harus cermat, supaya keuntungan yang diperoleh bisa optimal.

Salah satu cara yang dapat Anda tempuh adalah dengan memberlakukan creative pricing, yakni strategi pricing yang berbeda dari yang biasanya. Seperti apa saja contoh creative pricing? Berikut ini adalah ulasannya.

Price Discrimination

Price Discrimination adalah penerapan strategi harga yang berbeda-beda terhadap konsumen. Price discrimination ini punya bentuk yang bermacam-macam pula.

Pertama, Progressive pricing merupakan strategi dimana seiring berjalannya waktu, maka tarif harga yang dikenakan juga kian progresif. Penerapan strategi ini turut memperhitungkan opportunity cost dari uang di dalamnya.

Contohnya adalah tiket untuk menyaksikan Java Jazz Festival atau Java Rockin’ Land, yang seiring dengan mendekati tanggal penyelenggaraan acara, maka harganya juga semakin mahal. Mengapa demikian? Karena sebenarnya uang yang masuk duluan bisa dimasukkan deposito ataupun investasi, sehingga menghasilkan.

Lalu kedua, yakni strategi dengan menerapkan harga yang berbeda-beda dalam waktu bersamaan, tanpa disadari oleh konsumen itu sendiri. Misalnya, seperti tiket menonton pertunjukan Broadway. Tahukah Anda dari sekian ratus orang yang menonton pertunjukan tersebut, mereka membayar dengan harga yang berbeda? Ada yang membayar full, harga diskon lewat kupon, dan harga berbeda lainnya yang juga dijual pada lokasi berbeda.

Pada bisnis travel, strategi diskriminasi harga juga seringkali diterapkan lewat last-minute pricing. Bisnis travel punya fixed cost yang tinggi, sehingga jika ada seat yang kosong, maka itu merupakan kerugian. Sehingga, pada umumnya digunakan strategi last-minute pricing, dimana menjelang keberangkatan, maka harga jual dipatok lebih murah. Contoh lainnya juga seringkali ditemui pada toko bakery, dimana biasanya mereka mendiskon roti atau cake beberapa jam sebelum tokonya tutup. Daripada roti atau cake tersebut basi dan rugi, lebih baik dijual murah.

Komplementer

Strategi creative pricing juga bisa dikenakan pada barang yang komplementer. Misalnya, antara lagu/album rekaman dan konser musik live. Keduanya punya korelasi yang tinggi. Ketika Jason Mraz konser di Jakarta, albumnya sold out di mana-mana. Dalam hal ini, konser live yang jadi trigger-nya.

Hanya saja, risikonya lagu/album rekaman mudah dibajak. Sehingga, yang sebaliknya bisa jadi lebih efekif. Lagu/album dipatok dengan harga murah ataupun gratis, untuk menjadi trigger dari permintaan untuk konser live.

Cross Elasticity of Demand

Creative pricing lainnya juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan cross elasticity of demand dari barang yang merupakan substitusi. Jadi, contohnya satu produsen mengeluarkan tiga produk sabun, yakni Cantik, Wangi dan Lembut. Misalnya produsen mempertimbangkan untuk menurunkan harga sabun Wangi, maka hal ini bisa jadi menarik pelanggan yang sebelumnya menggunakan sabun Cantik dan Lembut.

Lalu, bagaimana cara produsen bisa menentukan bahwa penurunan harga Wangi tidak akan mencederai penjualan merek lainnya? Tentunya ini tergantung pada cross elasticity of demand. Jika cross elasticity of demand tinggi, misalnya +2.0, maka penurunan harga barang satu barang sebesar 10% akan memicu penurunan penjualan B sebanyak 20%. Namun, jika cross elasticity ini rendah, misalnya +0.2, maka 10% penurunan harga satu barang hanya akan mendorong penurunan penjualan barang B sebanyak 2% saja.

Demikian adalah beberapa contoh dari creative pricing. Contoh-contoh lainnya sebenarnya masih banyak. Intinya, creative pricing ini dapat membantu dalam mengoptimalkan laba yang kita peroleh, sehingga perannya cukup penting. Semoga bermanfaat (maglearning.id).

Loading...

Tinggalkan Balasan