Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik Anak

Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik Anak

Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik Anak – Perkembangan fisik motorik pada anak merupakan bagian penting dari perkembangan manusia secara keseluruhan. Fisik motorik mencakup kemampuan anak untuk menggunakan tubuh mereka, mulai dari gerakan kasar seperti berjalan dan berlari hingga gerakan halus seperti menulis dan mengikat tali sepatu. Perkembangan ini melibatkan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan, serta memainkan peran kunci dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.

Perkembangan Motorik Kasar

Perkembangan motorik kasar adalah kemampuan anak untuk mengendalikan gerakan besar tubuh mereka. Ini mencakup tahap-tahap penting seperti mengangkat kepala, merangkak, berdiri, berjalan, berlari, dan melompat. Berikut adalah gambaran umum perkembangan motorik kasar pada anak:

  1. Mengangkat Kepala: Sejak lahir, bayi mulai mengangkat kepala saat berbaring telentang. Pada usia sekitar 2-4 bulan, mereka dapat mengangkat kepala saat berbaring tengkurap.
  2. Merangkak: Biasanya, merangkak dimulai sekitar usia 6-10 bulan. Ini adalah tahap di mana anak menggunakan tangan dan lututnya untuk menggerakkan tubuh ke depan.
  3. Berdiri dan Berjalan: Pada usia sekitar 9-12 bulan, banyak anak mulai berdiri dengan dukungan, dan kemudian belajar berjalan dengan bantuan. Kemampuan berjalan tanpa dukungan biasanya berkembang pada usia sekitar 12-18 bulan.
  4. Berlari dan Melompat: Setelah anak belajar berjalan, mereka akan mulai berlari dan melompat pada usia selanjutnya. Ini merupakan tahap yang penting dalam perkembangan motorik kasar.
  5. Keterampilan Khusus: Selain gerakan dasar di atas, anak-anak juga mengembangkan keterampilan motorik kasar khusus, seperti bersepeda, berenang, atau bermain olahraga tertentu. Ini sering terjadi di masa sekolah dan melibatkan koordinasi dan kekuatan tubuh yang lebih kompleks.

Perkembangan motorik kasar pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik, nutrisi, latihan fisik, dan lingkungan. Penting bagi orang tua dan pengasuh untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain dan bergerak, karena ini membantu mengembangkan kemampuan motorik kasar mereka.

Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus berkaitan dengan kemampuan anak untuk mengendalikan gerakan kecil dan halus, seperti menggenggam benda kecil, menulis, atau mengikat tali sepatu. Berikut adalah tahapan perkembangan motorik halus pada anak:

  1. Menggenggam: Pada usia bayi, mereka mulai menggenggam benda dengan refleks cengkeraman. Namun, seiring perkembangan, mereka belajar menggenggam benda dengan lebih terampil menggunakan jari-jari mereka. Ini adalah langkah awal dalam pengembangan kemampuan motorik halus.
  2. Menulis dan Menggambar: Pada usia pra-sekolah, anak-anak mulai mengembangkan keterampilan menulis dan menggambar. Awalnya, ini mungkin terlihat seperti goresan acak, tetapi seiring waktu, mereka belajar mengendalikan pena atau pensil untuk membuat gambar dan tulisan yang lebih terinci.
  3. Mengikat Tali Sepatu: Mengikat tali sepatu adalah tugas motorik halus yang rumit. Ini sering dipelajari oleh anak-anak pada usia sekolah dasar. Proses ini melibatkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.
  4. Keterampilan Seni dan Kerajinan: Anak-anak juga mengembangkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan seni dan kerajinan, seperti melipat kertas, membuat pola, atau menjahit. Ini membantu mereka meningkatkan ketelitian dan koordinasi tangan.

Perkembangan motorik halus sangat penting dalam memungkinkan anak untuk menjalani kehidupan sehari-hari yang mandiri. Kemampuan seperti mengikat tali sepatu, menggunting, atau menulis adalah keterampilan dasar yang diperlukan dalam pendidikan formal dan kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran Fisik-Motorik Anak Usia 3 – 6 Tahun

Masa usia dini adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik-motorik, emosi, kognitif, maupun psikososial. Periode ini merupakan masa yang sangat fundamental bagi kehidupan, dimana pada masa ini proses perkembangan berjalan dengan pesat, terutama yang paling menonjol adalah perkembangan aspek fisik-motoriknya.

 

Teori Teori Perkembangan Fisik Motorik

Teori Perkembangan Motorik Halus

Teori perkembangan motorik halus mencoba menjelaskan bagaimana anak-anak mengembangkan kemampuan motorik halus mereka, termasuk kemampuan untuk mengendalikan gerakan tangan dan jari. Salah satu teori terkenal dalam konteks ini adalah teori perkembangan motorik halus oleh Arnold Gesell.

Gesell mengemukakan bahwa perkembangan motorik halus anak-anak mengikuti urutan yang tetap dan universal. Ini berarti bahwa sebagian besar anak-anak mengalami perkembangan motorik halus yang serupa pada titik-titik tertentu dalam hidup mereka, meskipun ada variasi individual. Gesell mengidentifikasi beberapa tahap perkembangan, seperti meraih benda, menggenggam dengan jari, dan mengendalikan pena untuk menulis.

Namun, penting untuk diingat bahwa teori ini telah dikritik karena kurang memperhitungkan peran pengalaman dan lingkungan dalam perkembangan motorik halus. Sementara urutan perkembangan mungkin serupa, kecepatan dan tingkat kecakapan mungkin bervariasi tergantung pada pengalaman dan stimulasi yang anak terima.

Teori Sistem Kendali Motorik

Teori ini lebih fokus pada mekanisme yang mendasari kendali motorik pada manusia, termasuk anak-anak. Teori ini mencakup dua konsep penting: kontrol motorik dan perencanaan motorik.

    • Kontrol Motorik: Teori ini berpendapat bahwa kendali motorik melibatkan sistem saraf pusat yang kompleks, termasuk otak dan sumsum tulang belakang. Otak berfungsi sebagai pusat pengontrol yang mengirimkan sinyal ke otot-otot tubuh untuk menghasilkan gerakan yang diinginkan.
    • Perencanaan Motorik: Ini adalah proses mental yang terjadi sebelum gerakan fisik sebenarnya. Anak-anak harus merencanakan gerakan sebelum melakukannya. Ini melibatkan pemahaman mereka tentang tujuan gerakan dan bagaimana cara mencapainya.

Teori ini memberikan wawasan yang penting tentang bagaimana anak-anak belajar mengendalikan tubuh mereka. Mereka harus belajar perencanaan dan eksekusi gerakan dengan presisi.

Teori Pembelajaran Motorik

Teori ini menekankan peran pengalaman dan pembelajaran dalam perkembangan motorik anak. Teori ini menggambarkan bagaimana anak-anak memperoleh keterampilan motorik melalui latihan dan pengulangan.

    • Latihan: Anak-anak mengembangkan keterampilan motorik melalui latihan berulang-ulang. Sebagai contoh, mereka dapat memperbaiki kemampuan berjalan dengan berlatih berjalan setiap hari.
    • Pengulangan: Melalui pengulangan, anak-anak memperkuat jalur saraf yang diperlukan untuk gerakan tertentu. Ini juga membantu mereka mengkoordinasikan gerakan dengan lebih baik.
    • Pengalaman dan Umpan Balik: Anak-anak belajar dari pengalaman mereka dan umpan balik yang mereka terima. Mereka dapat memperbaiki keterampilan mereka dengan memerhatikan hasil dari tindakan mereka.

Teori pembelajaran motorik menggarisbawahi pentingnya lingkungan yang mendukung perkembangan motorik anak. Anak-anak perlu memiliki akses ke berbagai kesempatan bermain dan bergerak untuk mengembangkan keterampilan motorik mereka.

Teori Ekologis Perkembangan Motorik

Teori ini menekankan pentingnya lingkungan fisik dan sosial dalam perkembangan motorik anak. Teori ini dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner dan menekankan bahwa perkembangan motorik dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

    • Mikrosistem: Ini adalah lingkungan langsung anak, seperti keluarga dan teman-teman. Interaksi dengan orang-orang dalam mikrosistem ini memengaruhi perkembangan motorik.
    • Eksosistem: Ini mencakup faktor-faktor yang lebih luas yang memengaruhi perkembangan anak, seperti sekolah dan komunitas. Akses ke fasilitas olahraga, ruang bermain, dan kegiatan fisik di sekolah dapat memengaruhi perkembangan motorik.
    • Makrosistem: Ini mencakup norma budaya dan nilai-nilai sosial yang memengaruhi cara anak-anak diberikan kesempatan untuk bergerak dan bermain. Misalnya, budaya yang mendorong aktivitas fisik akan memiliki dampak positif pada perkembangan motorik anak.

Teori ini menekankan pentingnya melihat perkembangan motorik sebagai bagian dari ekosistem yang lebih besar, dan bahwa perubahan dalam faktor-faktor lingkungan dapat memengaruhi perkembangan tersebut.

 

Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik

Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thompson (dalam Yusuf, 2002), mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi 4 (empat) aspek, yaitu:

  • sistem syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi;
  • otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik;
  • kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru; dan
  • struktur fisik atau tubuh yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

Menurut Suyanto (2005), perkembangan fisik ditujukan agar badan anak tumbuh dengan baik sehingga sehat dan kuat jasmaninya. Perkembangan fisik juga ditujukan untuk mengembangkan 5 (lima) aspek yang meliputi:

  • kekuatan (strength);
  • ketahanan (endurance);
  • kecepatan (speed);
  • kecekatan (agility); dan
  • keseimbangan (balance).

Dengan jasmani yang sehat, diharapkan anak mampu mengembangkan kelima aspek tersebut.

Perkembangan fisik sangat terkait erat dengan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik merupakan perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerakan tubuh yang erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak.

Hurlock (2000) mengatakan bahwa perkembangan motorik adalah perkembangan gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Jadi, perkembangan motorik merupakan kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.

Perkembangan motorik adalah proses yang sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan, dimana gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisir, dan tidak terampil, ke arah penguasaan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik.

Perkembangan motorik meliputi perkembangan otot-otot kasar (gross muscle) atau motorik kasar dan perkembangan otot-otot halus (fine muscle) atau motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya.

Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan, bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, dan sebagainya. Keterampilan motorik ini membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan. Kedua kemampuan motorik tersebut sangat penting dikembangkan agar anak bisa berkembang dengan optimal.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak dan kematangan syaraf. Otaklah yang mengendalikan setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot, memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak.

Pada saat anak lahir hanya memiliki otak seberat 2,5 % dari berat otak orang dewasa. Syaraf-syaraf yang ada di susunan syaraf pusat belum berkembang dan berfungsi sesuai perkembangannya. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami proses neurological maturation. Syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mencapai kematangannya dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik yang dilakukan anak secara luas.

Otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, diantaranya menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle, memegang gunting, atau memegang pensil.

Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut berkembang dengan pesat, seperti menuang air ke dalam gelas, menggambar, mewarnai dengan tidak keluar garis. Di usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari sambil melompat, dan mengendarai sepeda.

Thelen (dalam Vasta, Haith & Miller, 1999), mengemukakan bahwa perkembangan keterampilan motorik anak merupakan hasil dari faktor bawaan (genetik) dan lingkungan. Meskipun berkembangnya keterampilan motorik ini melalui tahapan yang jelas dan dapat diprediksikan, namun faktor biologis (kematangan) sangat mempengaruhi penguasaan anak terhadap kemampuan motorik tersebut.

Demikian pula latihan dan pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan juga mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik anak. Bayi usia 10 bulan yang mendapat stimulasi lebih banyak dalam belajar berjalan akan lebih cepat menguasai keterampilan tersebut daripada bayi yang tidak mendapat stimulasi pada usia yang sama.

Penjelasan lebih mendalam dan secara detail tentang sistematika penguasaan keterampilan motorik anak dijelaskan pula oleh Thelen dengan menggunakan pendekatan Dynamic System Theory (dalam Parke & Locke, 1999). Secara lebih luas, Thelen menyatakan bahwa penguasaan keterampilan motorik sangat ditentukan oleh berbagai macam faktor, yaitu faktor emosi, persepsi, perhatian, motivasi, postur dan anatomi tubuh. Menurutnya, seluruh komponen tersebut harus sudah “siap” (matang) sebelum anak belajar menguasai keterampilan baru (dalam Parke & Locke, 1999).

Ketika anak dimotivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru. Kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan sistem syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik anak.

Misalnya, anak akan mulai berjalan jika sistem syarafnya sudah matang, proporsi kaki sudah cukup kuat menopang tubuhnya, dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya. Ini menunjukkan bahwa interaksi dari berbagai macam faktor tersebut menyebabkan munculnya keterampilan motorik yang baru bagi anak.

Teori tersebut juga menjelaskan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak.

Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnya ketika anak melihat mainan yang beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang ditujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.

Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka anak akan termotivasi untuk bergerak kepada keterampilan motorik yang lebih luas lagi. Aktifitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktifitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktifitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi, dan seiring dengan hal tersebut, orangtua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal.

Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik, akan tetapi perlu didukung juga dengan menyiapkan berbagai fasilitas yang berguna bagi perkembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus tersebut.

Demikianlah bahasan sederhana kami mengenai tinjauan teori perkembangan fisik motorik anak. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi dengan kami di lain kesempatan. (maglearning.id)

Loading...

Tinggalkan Balasan