Presentasi naratif yang disajikan dalam bentuk lisan, tulisan atau visual, selalu berpotensi menimbulkan kesulitan bagi siswa yang mencoba memahami presentasi tersebut. Siswa sering gagal membedakan karakteristik yang menonjol dari konsep-konsep kunci dan struktur teks, sehingga berpeluang mendistorsi maknanya. Untuk membantu mengembangkan media presentasi dengan struktur yang baik, yang perlu dilakukan adalah:
- memperjelas struktur internal konsep;
- memperjelas struktur internal teks.
Merancang struktur ceramah, teks naratif, laman web, podcast, dan animasi atau video pembelajaran sering menjadi pekerjaan yang dianggap sepele oleh para guru. Penting untuk membuat struktur yang jelas, penunjuk arah, dan perangkat pengorganisasian seperti pos, grafik, keterkaitan dengan materi sebelumnya, pengulangan, dan ringkasan.
Meningkatnya minat siswa pada media pembelajaran audio, video, animasi, maupun aplikasi interaktif untuk bahan belajar yang dapat diunduh di perangkat seluler, membuat semakin meluasnya penggunaan media ini, namun masih belum banyak dievaluasi dan diteliti. Ada banyak bukti bahwa media online efektif digunakan dalam pembelajaran, yang mencerminkan kenyamanan media tersebut lebih dari nilai pedagogik intrinsiknya.
Siswa cenderung menilai media dan sumber belajar online sebagai pelengkap, bukan pengganti pembelajaran tradisional. Siswa masih ingin berinteraksi dengan guru atau dosen. Pembelajaran tradisional juga berjalan dengan baik dibandingkan dengan pembelajaran dengan memanfaatkan sumber daya web, di mana sebenarnya tidak ada perbedaan signifikan dari belajar dengan media offline dan online kecuali kenyamanan dan keluasannya karena banyaknya pilihan. Perolehan pengetahuan diantara kedua media tersebut hampir tidak ada perbedaan bila media yang digunakan sejatinya sama.
Perubahan presentasi digital dari presentasi naratif tradisional yang digunakan dalam pendidikan tidak membawa keuntungan pedagogis khusus dalam hal bentuk naratif mereka, tetapi sangat berbeda dalam hal kenyamanan logistik mereka. Jadi yang terpenting adalah bagaimana isi dan struktur presentasi dikembangkan.
Klarifikasi Struktur Konsep
Teori Variasi dirancang untuk mengatasi masalah struktur konsep ini. Sebagian besar siswa terlalu menyederhanakan struktur internal konsep atau gagal mengenali ciri-ciri menonjol dari presentasi.
Teori Variasi mengusulkan bagaimana teks (dalam media apa pun) dapat membantu siswa fokus pada strukturnya, selain menggunakan alat penunjuk arah dan pengorganisasian yang baik. Kuncinya adalah dalam membangun “struktur relevansi” untuk pengalaman mereka.
Teori variasi dikembangkan dari sebuah gagasan yang didasarkan pada percobaan oleh Szekely pada tahun 1950. Eksperimen ini dimulai dengan memberikan sebuah teks tentang mekanisme dan momen inersia kepada sekelompok siswa kemudian diikuti oleh demonstrasi yang menunjukkan perilaku pendulum puntir berliku dalam kondisi yang berbeda. Kelompok kedua ditunjukkan demonstrasi dan diminta untuk memprediksi efek dari memindahkan bobot, kemudian mereka baru membaca teks yang sama.
Hasil belajar dari kelompok kedua jauh lebih tinggi untuk memprediksi hasil percobaan baru. Hal ini ada kaitannya dengan “struktur relevansi” dari kegiatan pembelajaran, yaitu pengalaman pelajar tentang perasaan kebutuhan untuk tahu. Siswa dalam kelompok kedua, yang mengalami bahwa prediksi mereka salah, mendapat manfaat besar dari sebuah “kesadaran”. Siswa yang berada di kelompok pertama, yang hanya diminta untuk mengikuti teks dan demonstrasi bisa saja tertidur (terlena) dalam ketidaktahuan-ketidaktahuan mereka.
Beberapa konsep memiliki struktur logis yang lebih kompleks daripada konsep lain, yang membuatnya lebih sulit untuk diajarkan. Konsep sebagai sekumpulan variabel (misalnya: Kopi terbuat dari X dan biaya Y) tidak begitu kompleks dari pada konsep yang menyatakan hubungan (misalnya: Harga kopi tergantung pada hubungan antara penawaran dan permintaan).
Tugas guru adalah memberikan pengalaman variasi antara contoh-contoh konsep yang memungkinkan siswa untuk fokus pada fitur-fitur yang menonjol. Contohnya adalah konsep “harga”, yang dapat dilihat sebagai fitur komoditas, atau sebagai hubungan yang tergantung pada permintaan (kopi menjadi lebih mahal ketika semakin banyak orang menginginkannya), atau sebagai tergantung pada pasokan (adanya panen kopi yang membuat harga lebih murah), atau tergantung pada hubungan antara keduanya (harga kopi bervariasi sebagai respon keseimbangan dari penawaran dan permintaan).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat presentasi naratif yang baik, diantaranya adalah:
- Hindari menggunakan komoditas yang berbeda untuk menggambarkan hubungan variasi harga dengan penawaran dan permintaan. Sebaiknya menggunakan komoditas yang sama untuk setiap aspek konsep;
- Hindari menunjukkan variasi harga terhadap kenaikan penawaran dan permintaan secara terpisah, sebaiknya menunjukkan variasi terhadap kenaikan dan penurunan secara simultan;
- Daripada hanya membahas kasus-kasus di mana penawaran atau permintaan meningkat secara parsial, sebaiknya juga menjelaskan kasus-kasus perubahan secara simultan dalam arah yang berlawanan;
- Daripada menggunakan diagram statis untuk mewakili kurva penawaran-permintaan, sebaiknya menggunakan animasi komputer untuk menjelaskan perubahan relatif dari besarnya permintaan dan penawaran secara dinamis sehingga gerakan simultan antara dua kurva menunjukkan secara langsung bagaimana menuju keseimbangan.
Sebuah presentasi naratif dengan menggunakan variasi representasi juga akan sangat efektif. Banyak bentuk representasi non-tekstual yang umum dipakai seperti: simbol, diagram, bagan, grafik, ikon, dll. Guru sering menggunakan banyak representasi konsep untuk membantu pemahaman teks, karena ada beberapa keuntungan:
- satu dapat melengkapi yang lain sehingga bersama-sama mereka memberikan representasi lengkap – versi visual dan verbal dari sebuah cerita dalam bahasa kedua;
- kata-kata dan diagram yang menggambarkan perilaku suatu sistem;
- seseorang dapat membatasi penafsiran orang lain – sebuah animasi membantu penafsiran suatu grafik;
- bentuk simbolis membuat deskripsi verbal lebih tepat;
- dua representasi yang berbeda dapat bersama-sama membantu pembangunan abstraksi konsep yang lebih dalam.
Kerugiannya adalah siswa harus mampu menafsirkan representasi teknis secara akurat, dan mengintegrasikannya dengan makna teks, dan ini adalah tugas kognitif yang sulit. Sementara teori multimodal menunjukkan peningkatan beragam bentuk representasi yang dimungkinkan oleh teknologi baru, psikolog kognitif menunjukkan bahwa ini dapat membentuk pemahaman teks, dan belajar melalui akuisisi menjadi lebih sulit. Visual yang menarik dan animasi yang dinamis mungkin tampak sebagai aspek yang paling menonjol dari presentasi bagi siswa, tetapi mungkin bukan yang paling penting untuk dipahami.
Ahli teori beban kognitif telah menyelidiki masalah ini secara luas, dan memberikan analisis yang bermanfaat. Sebuah representasi berbentuk teks menciptakan tiga sumber kesulitan utama:
- kompleksitas intrinsik konsep;
- kompleksitas luar biasa yang dikontribusikan oleh cara teks disajikan; dan
- muatan kaitan kognitif (kegiatan kognitif yang relevan untuk memahami presentasi).
Siswa bisa terjebak dengan kompleksitas intrinsik. Salah satu caranya adalah mengurangi kompleksitas asing adalah dengan memperkenalkan grafik atau gambar versi statis sebelum gambar dinamis, misalnya, untuk memberi siswa lebih banyak waktu untuk memproses informasi yang terkait.
Untuk memperjelas struktur internal konsep, guru harus berpikir tentang bagaimana mengekspos seluruh kompleksitas struktur konseptual, dan membuat petunjuk yang menggiring siswa untuk fokus pada apa yang menonjol, dan berpikir tentang bagaimana satu bagian berhubungan dengan lainnya. Dengan demikian presentasi naratif akan lebih powerfull.
Klarifikasi Struktur Internal Teks
Kita tahu bahwa siswa yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar akan gagal memahami struktur dan makna dari narasi, baik diberikan sebagai kuliah maupun buku. Masalah ini juga mencakup media video. Struktur internal video bisa jadi rumit dan belum dikaburkan oleh para siswa sendir, sehingga mereka merasa sulit untuk memahami makna keseluruhan yang disampaikan melalui video tersebut.
Sebuah contoh kasus tingkat struktural dalam lima video Universitas Terbuka dijelaskan dengan cara yang mirip dengan yang digunakan dalam media teks, yang terdiri dari “komponen materi”, dan “komponen contoh” ilustratif. Pemahaman siswa tentang video dinilai dari rangkuman mereka, dan kualitasnya sangat bervariasi di lima video. Video Teori Teori Politik menghasilkan rangkuman di tingkat poin utama hanya 46% siswa, sedangkan video tentang Integrasi Sosial, menghasilkan rangkuman di tingkat poin utama 80% siswa.
Mengapa yang terakhir jauh lebih sukses? Semua video memiliki struktur contoh prinsip yang sama dengan contoh teks, tetapi ada fitur diskriminatif yang penting. Jumlah waktu video yang dikhususkan masing-masing untuk poin utama, poin komponen, dan contoh-contoh, didistribusikan secara berbeda. Integrasi Sosial memiliki proporsi waktu layar yang relatif tinggi pada poin utama, berulang kali memperjelas hubungan antara konsep dan bukti yang dikutip pada tingkat contoh. Fitur semacam ini akan membantu para siswa yang struktur internalnya mungkin “horizontal”.
Video Teori Politik membuat poin utama bahwa ada teori-teori politik alternatif untuk menjelaskan bagaimana masyarakat berubah. Total waktu yang dihabiskan untuk hal ini sangat kecil dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan untuk dua teori yang berbeda, Marxisme dan Pluralisme, dan contoh masing-masing. Struktur itu tampaknya berurutan, bukan struktur hierarkis yang sebenarnya, dengan contoh-contoh yang menggambarkan titik relasional yang lebih abstrak tentang teori-teori alternatif.
Implikasinya bukan bahwa video harus mencurahkan sepertiga dari durasi untuk poin utama, tetapi bagaimana menawarkan cara untuk membantu siswa membedakan poin utama. Video Teori Politik menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menggambarkan dua teori dan terlalu sedikit waktu untuk merefleksikan variasi di antara mereka. Apa pun media yang digunakan dalam media naratif, maknanya diungkapkan melalui strukturnya. Jadi prinsip pertama untuk mendukung pembelajaran melalui akuisisi adalah bahwa kita harus membuat struktur menjadi jelas, dengan menggunakan teknik organisasi, dan juga dengan membantu siswa secara aktif membedakan struktur.
Demikianlah rangkuman kami tentang bagaimana membuat media presentasi naratif yang baik. Semoga ada manfaatnya dan sampai jumpa lagi di lain kesempatan (maglearning.id).