Pemanfaatan teknologi informasi oleh masyarakat meningkat sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Akses masyarakat ini mengubah kehidupan kita sehari-hari. Banyak aktivitas fisik yang sudah tergantikan dengan aktivitas online. Misalnya, kita tidak perlu lagi berkeliling di pusat pertokoan untuk mencari barang serta membandingkan harga yang ditawarkan oleh masing-masing toko. Kita bisa menjelajah toko-toko online sambil menikmati waktu bersama keluarga di rumah.
Dunia pendidikan pun seakan tak mau tertinggal. Banyak sekali sumber belajar yang bisa dengan mudah kita akses di rumah. Bentuknya pun sangat beragam, mulai dari buku elektronik, video pembelajaran, sampai aplikasi interaktif yang kompleks.
Menggunakan perangkat seluler yang terhubung seperti ponsel cerdas, tablet, dan laptop, kita bisa “memadukan” aktivitas fisik dan online untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang optimal. Inilah yang dimaksud dengan pembelajaran campuran (blended learning): memanfaatkan pengalaman belajar secara online atau konvensional di kelas berdasarkan pada kekuatan dan kelemahan relatif dari kedua mode pembelajaran tersebut.
Blended Learning atau Hybrid Learning memberikan kesempatan bagi guru untuk memadukan hal-hal positif dari pembelajaran konvensional dan pembelajaran online untuk menciptakan lingkungan belajar baru bagi siswa mereka. Pembelajaran ini bisa memiliki dampak positif pada efisiensi, kenyamanan, dan hasil pembelajaran. Dengan memindahkan beberapa pembelajaran ke lingkungan online, blended learning menambah fleksibilitas jadwal siswa, memberikan manfaat belajar melalui perangkat baik yang sinkron maupun asinkron, dan dapat memanfaatkan media sosial modern untuk membantu siswa menjelajah di luar batas kelas tradisional.
Siswa saat ini tumbuh dalam lingkungan penuh dengan teknologi canggih yang disebut dengan digital natives. Mark Prensky pertama kali mendefinisikan digital native sebagai generasi siswa yang datang yang tidak hanya memiliki keterampilan luas dalam penggunaan teknologi baru, tetapi juga sangat berharap bahwa teknologi akan tersedia dalam semua aspek kehidupan mereka, kapan saja, dan di mana saja (Prensky, 2001). Sementara klasifikasi kemampuan siswa dari generasi ke generasi telah menjadi target dari beberapa kritik, ini telah menarik perhatian pada perubahan penting dan mendasar dalam harapan siswa. Hari ini, siswa akan menelusuri web sebelum buku teks atau guru tentang apapun yang ingin mereka ketahui. Hal ini akan sangat menarik untuk diikuti perkembangannya.
Kekayaan dan ketersediaan informasi terus tumbuh pada tingkat yang mencengangkan, di sisi lain keterampilan serta pengetahuan yang dibutuhkan pekerja untuk berkembang di abad kedua puluh ini terus berubah. Allan Collins dan Richard Halverson berpendapat bahwa kita sedang bergerak dari era “sekolah universal” ke era “pembelajaran seumur hidup,” belajar terus menerus, seperti yang dituntut oleh situasi baru (Collins & Halverson, 2009).
Agar efektif, pembelajaran harus tepat waktu, disesuaikan dengan kebutuhan khusus dan mendesak. Sebagian besar pembelajaran yang terjadi dalam kehidupan setiap orang tidak akan terjadi di ruang kelas, tetapi di tempat kerja, rumah, dan melalui koneksi sosial. Jay Cross dari Internet Time Alliance menunjukkan bahwa pembelajaran informal bukan lagi pengecualian, tetapi sudah menjadi norma: sebanyak 80 persen dari pembelajaran kita terjadi di luar kelas (Cross, 2006).
Kita perlu menanggapi dunia yang berubah ini dengan mengajar dan belajar secara berbeda. Jika kita membayangkan spektrum peningkatan penggunaan teknologi, dengan kelas tradisional di sebelah kiri dan kelas sepenuhnya online di sebelah kanan, blended learning berada di antara keduanya. Beberapa lembaga menentukan persentase tertentu dari pertemuan dalam pembelajaran tradisional diganti dengan kegiatan online, namun bisa juga menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Pembelajaran konvensional bisa diubah menjadi blended learning ketika aktivitas online dirancang untuk menggantikan sesi pertemuan di kelas.
Mengurangi jumlah pertemuan di kelas adalah salah satu cara agar blended learning tidak hanya sekadar pembelajaran yang ditingkatkan menggunakan teknologi atau menggunakan web. Pembelajaran tiga SKS yang mungkin dilakukan pada hari Selasa dan Kamis di kelas, maka dengan blended learning, bertemu hanya pada hari Selasa. Dalam waktu seminggu, siswa dapat menonton video online, menemukan sumber daya tambahan, terlibat dalam diskusi online yang dipimpin instruktur dengan teman-teman sekelas mereka, atau mengikuti kuis online.
Desain blended learning lainnya mungkin membuat pertemuan di kelas hanya beberapa kali sepanjang semester. Misalnya, sekali di awal, kemudian pada Minggu ke-empat dan sekali sebelum tengah semester. Pertemuan di kelas ini berfungsi sebagai bingkai pembelajaran online, yang merupakan mayoritas dari pembelajaran.
Memadukan pembelajaran online dan konvensional tidak sekadar mereplikasi aktivitas konvensional di lingkungan online. Penerapan blended learning harus menghasilkan pembelajaran yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional maupun pembelajaran online saja. Blended learning tidak hanya cocok dengan gaya hidup modern yang serba terkoneksi, tetapi juga dapat memberikan manfaat khusus bagi siswa, guru, dan administrasi. Berikut adalah beberapa manfaat utama blended learning.
- Peningkatan Akses dan Kenyamanan;
- Peningkatan Pembelajaran;
- Mengurangi Biaya.
Semua manfaat ini dapat diperoleh jika desain program blended learning dilakukan dengan sengaja, desain terencana, dan tetap tunduk pada standar yang telah ditetapkan.
Meningkatkan Akses dan Kenyamanan
Ketika dilakukan dengan benar, blended learning memungkinkan peningkatan akses dan kenyamanan siswa maupun guru. Hal ini yang sering diasosiasikan oleh banyak siswa dengan pengalaman belajar yang memuaskan dan efektif. Misalnya, membangun hubungan dengan guru dan teman sekelas.
Manfaat penting pembelajaran online bagi banyak siswa adalah bahwa mereka tidak lagi harus datang ke kampus untuk mengikuti kuliah. Bagi siswa non-tradisional, yang mungkin bekerja atau memiliki keluarga yang harus diurus, kuliah online adalah jalan keluar yang sangat membantu untuk mencapai tujuan dan stagnasi dalam karier yang buntu. Sementara, pada pembelajaran konvensional masih membutuhkan beberapa kehadiran fisik, blended learning memberikan lebih banyak fleksibilitas dan kebebasan daripada pembelajaran konvensional murni dengan memindahkan sejumlah besar sesi kelas di pembelajaran online.
Penggunaan teknologi sederhana untuk memfasilitasi kegiatan belajar memberikan fleksibilitas tambahan, karena sekarang siswa dan guru dapat berpartisipasi dalam pembelajaran yang nyaman. Ponsel cerdas dan tablet dapat mendukung interaksi online selama perjalanan di transportasi umum atau kapan pun pengguna memiliki waktu luang, menggunakan alat yang sudah mereka miliki.
Guru dengan siswa yang banyak dalam satu kelas mempunyai kemampuan dan kesempatan yang terbatas untuk mengakses semua siswanya secara merata. Biasanya hanya beberapa siswa yang aktif serta beberapa siswa yang duduk di depan yang bisa diakses dengan mudah oleh guru. Pembelajaran blended memungkinkan guru untuk mengakses setiap siswanya dengan lebih adil dan fleksibel.
Peningkatan Pembelajaran
Beberapa penelitian pendidikan menunjukkan blended learning lebih efektif dibandingkan dengan tatap muka konvensional dan online. Sebuah laporan Departemen Pendidikan AS tahun 2009 memeriksa lima puluh satu studi studi empiris yang membandingkan pembelajaran online dengan konvensional dan menyimpulkan, “siswa yang mengambil semua atau sebagian dari kelas online memiliki kinerja yang lebih baik, daripada mereka yang mengambil pembelajaran yang sama dengan tatap muka ” (U.S. Department of Education, 2010). Laporan ini juga membandingkan pembelajaran blended dengan pembelajaran online penuh dan menemukan bahwa “pembelajaran yang menggabungkan elemen online dan konvensional memiliki keuntungan yang lebih besar daripada pembelajaran online murni”.
Mengapa blended efektif atau bahkan lebih efektif daripada pembelajaran tatap muka? Tidak ada jawaban yang lengkap, tetapi beberapa hal bisa menjadi petunjuk, diantaranya:
- Peningkatan desain pembelajaran. Pembelajaran menggunakan desain blended learning (juga pembelajaran online) biasanya sengaja lebih serius dirancang daripada tatap muka, meskipun inisiatif ini hanya berasal dari lembaga. Jikalau memang demikian yang terjadi biasanya lembaga tetap melibatkan desainer pembelajaran atau ahli teknologi pendidikan yang mendukung fakultas dalam proses mendesain ulang pembelajaran yang sudah berjalan.
- Peningkatan panduan dan pemicu. Siswa di kelas konvensional hanya menerima bimbingan dari guru selama pembelajaran di kelas dan dari silabus ketika belajar sendiri. Dalam blended learning, lingkungan pembelajaran memberikan jalur yang jelas melalui sumber daya, kegiatan, dan penilaian dengan panduan eksplisit pada setiap langkah.
- Akses yang lebih mudah ke kegiatan pembelajaran. Mengatur dan menyediakan materi dan aktivitas online memungkinkan lebih banyak siswa yang terlibat dalam dengan jadwal mereka sendiri, yang dapat mengarah pada pembelajaran yang lebih lengkap dan bermakna.
- Kesempatan belajar secara individual. Karena materi digital dapat diakses sesuai dengan kebutuhan individu siswa, dan ditinjau berdasarkan permintaan, penyediaan materi digital memungkinkan siswa untuk mengarahkan sendiri kegiatan pembelajaran tertentu untuk mengisi kesenjangan pengetahuan mereka. Penilaian otomatis yang sering digunakan dalam lingkungan pembelajaran online juga dapat memberikan umpan balik korektif langsung yang mengarahkan siswa untuk meninjau kembali materi yang masih belum dipahami dengan baik.
- Peningkatan keterlibatan melalui interaksi sosial. Siswa dalam pembelajaran konvensional mungkin memiliki kesempatan terbatas untuk terlibat interaksi dengan setiap teman sekelas mereka, lingkungan tatap muka itu sendiri juga dapat menghambat beberapa siswa untuk berpartisipasi. Lingkungan online yang memfasilitasi diskusi kelas, kolaborasi, dll. Dapat meningkatkan jumlah interaksi antar siswa. Hal ini, pada gilirannya, dapat meningkatkan keterlibatan mereka dengan materi pelajaran dan memberikan manfaat motivasi dari interaksi sosial yang meningkat.
- Durasi pembelajaran yang meningkat dan mudah dilacak. Blended learning dan online cenderung meningkatkan fokus siswa pada pekerjaan yang lebih relevan melalui situs web. Ini mungkin benar karena peningkatan bimbingan dan akses, dan peningkatan desain pembelajaran seperti yang dijelaskan di atas. Mungkin juga bahwa waktu proses penyelesaian tugas lebih mudah terlihat dalam blended learning karena aktivitas siswa di lingkungan online dapat dilacak di setiap halaman dan setiap klik.
Mengurangi Biaya
Blended learning dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh guru, siswa, dan lembaga. Guru dan siswa dapat memperoleh manfaat dari waktu tempuh yang lebih sedikit, penghematan transportasi, dan biaya parkir yang lebih sedikit. Dari perspektif kelembagaan, penggunaan sumber daya kampus fisik dapat dikurangi. Berkurangnya aktivitas fisik bisa mengurangi penggunaan ruang, listrik, maupun tenaga kebersihan. Kapasitas bangunan juga bisa dimaksimalkan untuk kegiatan-kegiatan lain atau penambahan jumlah rombongan belajar.
Referensi
Collins, A., & Halverson, R. (2009). Rethinking Education in the Age of Technology: The Digital Revolution and Schooling in America. New York: Teachers College Press.
Cross, J. (2006). Informal learning: Rediscovering the natural pathways that inspire innovation and performance. Hoboken, NJ: Pfeiffer.
Prensky, M. (2001). Digital Natives, Digital Immigrants. On the Horizon, 9(5), 1–6.
U.S. Department of Education. (2010). Evaluation of Evidence-Based Practices in Online Learning: A Meta-Analysis and Review of Online Learning Studies. Washington, D.C.
2 comments