Masalah Teknologi Pembelajaran, Problematika Menarik ? – Ada beberapa isu yang akan kami angkat dalam pembahasan kali ini. Pertama, pertanyaan tentang siapakah kita? Dalam hal ini teknolog pembelajaran itu bidang garapannya apa saja. Namun, akan kita diskusikan di akhir.
Issu utama yang kami angkat adalah dimulai dari fenomena atau problematika penerapan ICT untuk pendidikan secara khusus dan problematika pembelajaran secara umum yang terjadi dalam konteks Indonesia yang dilanjutkan dengan diskusi contoh posisi dan peran teknolog pembelajaran di dalamnya. Intinya adalah dua issu tersebut.
Mengenai masalah teknologi pembelajaran, problematika, issu yang kita angkat adalah sebagai berikut:
1. Masalah Televisi
Dari sekian banyak channel televisi khususnya TV komersial, lebih mengutamakan fungsi entertainment dan fungsi informasi ketimbang fungsi edukasi. Sebagai contoh, televisi dipenuhi oleh informasi tentang gosip dan berita-berita kelas picisan seperti masalah, selingkuh, perceraian, poligami, perampokan dan lain-lain.
Begitu pula sinetron, sinetron adalah guru paling jahat, karena yang ditampilkan adalah tangis, marah, gaya hidup mewah yang kadang-kadang tidak realistis dan logis dalam konteks realita kehidupan senyatanya. Dalam konteks ini, teknolog pembelajaran tentunya mendapat posisi dan peran dalam mengembangkan program-program televisi yang lebih bersifat edukatif dan sekaligus menghibur.
Posisi teknolog pembelajaran, kalau mengacu pada kawasan dan atau bidang garapan teknologi pendidikan, bisa sebagai desainer (penggagas ide, penulis naskah, dll), pengembang (pengarah/sutradara, editor, dll), pengelola, pemanfaat dan evaluator. Diharapkan, teknolog pembelajaran secara kolaboratif dengan team lain dapat menghasilkan produk program televisi yang edukatif sekaliber Sesame Street, Tele Tubbies, Aku Cinta Indonesia (ACI), Keluarga Cemara, Kiamat Sudah Dekat, Dora Explorer, Ipin dan Upin dan lain-lain.
2. Masalah Pemanfaatan Teknologi Mobile (HP)
Pengguna HP di Indonesia cukup besar, hampir 140 jutaan, lebih besar dibandingkan dengan pengguna internet yang mungkin hanya 20% dari jumlah penduduk Indonesia. Tapi apa yang terjadi? Seharusnya dapat kita manfaatkan untuk mobile learning (ML), tapi yang terjadi adalah mobile leisure. Misal, SMS digunakan untuk poling KDI, ring tones, ramalan jodoh, dan lain-lain.
Teknolog pembelajaran memiliki posisi dan peran dalam mengembangkan mobile learning, baik dari sisi kawasan desain, pengembangan, pengelolaan, pemanfaatan dan evaluasi.
3. Masalah terkait dengan multimedia
Multimedia banyak disalah gunakan oleh kalangan siswa, bahkan dari SMP hingga mahasiswa untuk hal yang kurang bermanfaat bahkan tidak senonoh. Teknolog pembelajaran, sebenarnya memiliki posisi dan peran sebagai pengembang multimedia pembelajaran yang bermutu. Namun, tentu saja masih perlu bekerja sama dengan pihak lain.
4. Masalah terkait level pemanfaatan ICT di Sekolah
Jika mengacu pada level pemanfaatan ICT di sekolah, maka Indonesia masih dalam tahap applying menuju integrating. Artinya apa, ICT dalam konteks pembelajaran di sekolah masih dijadikan sebagai obyek yang dipelajari alias menjadi mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya mata pelajaran TIK dalam kurikulum nasional.
Karena hal ini, maka Indonesia membutuhkan banyak tenaga guru TIK di sekolah. Jika ini dianggap sebagai peluang, maka ini adalah peluang besar bagi almuni TP untuk menjadi guru TIK. Namun sayang, hal ini belum menjadi perhatian besar dari pengambil kebijakan.
Pengalaman kami dalam memberikan pelatihan TIK untuk guru-guru TIK di Indonesia, masih banyak guru TIK yang memiliki latar belakang dan kompetensi yang bukan dalam bidang TIK. Misalnya, guru matematika atau agama merangkap sebagai guru TIK.
Tentu saja, jika telah bekerja di sekolah tidak hanya sekedar menjadi guru TIK, tapi menjadi model guru yang menerapkan teknologi pendidikan dengan baik. Di samping itu, dapat pula memberdayakan diri sebagai pengelola learning resources center dengan segala macam jenis tugas dan fungsinya.
5. Masalah terkait problematika pembelajaran di sekolah
Pembelajaran di sekolah, secara umum, fakta yang terjadi adalah masih bersifat teacher-centered. Dimana guru masih menjadi pemain utama, sementara siswa menjadi penonton utama (datang, duduk, catat, dengar, ujian, lulus/tidak).
Nah, teknolog pembelajaran memiliki posisi dan peran disini dalam meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kemenarikan pembelajaran. Di sekolah, peran teknolog pembelajaran menjadi change agent untuk hal ini. Ketika berperan sebagai desainer pembelajaran, teknolog pembelajaran berperan dalam menyusun kurikulum yang baik, menyusun silabus dan RPP yang baik, menyusun strategi pembelajaran yang menarik, menyiapkan lingkungan belajar yang kondusif. Tentu saja bekerja sama dengan stakeholders terkait, khususnya guru yang lain.
Begitu pula dari sisi kawasan pemanfaatan, teknolog pembelajaran dapat berperean dalam memilih, menentukan dan menerapkan media pembelajaran yang relevan untuk kebutuhan pembelajaran tertentu. Begitu pula halnya dari sisi kawasan pengembangan, pengelolaan dan evaluasi.
6. Masalah teknologi pembelajaran terkait eLearning
eLearning telah menjadi trend pembelajaran abad 21. Bidang ini merupakan peluang tersendiri bagi para teknolog pembelajaran. Dari sisi kawasan desain, teknolog pembelajaran berperan dalam mekalukan analasisi kebutuhan eLearning, desain sistem pembelajaran eLearning, dll.
Dari sisi kawasan pengembangan, teknolog pembelajaran dapat berperan sebagai pengembang eLearning content atau lebih dikenal sebagai learning object (baik yang bersifat text-based maupun multimedia-based). dari sisi pengelolaan, teknolog pembelajaran berperan dalam mengelola eLearning baik dalam institusi sekolah maupun corporate.
7. Masalah terkait dengan pembelajaran dalam level organisasi
Dewasa ini, suatu organisasi atau perusahaan (corporate) dituntut untuk menjadi suatu organisasi yang belajar (learning organization) yang senantiasa harus mampu meningkatkan dirinya secara trus menerus dengan memberdayakan berbagai aspek. dalam hal ini, teknolog pembelajaran berperan sebagai seorang teknolog kinerja. Ia berperan dalam menganalisis masalah, mengidentifikasi penyebab masalah, memilih dan menentukan intervensi yang bersifat instruksional maupun non instruksional, melaksanakan dan mengevaluasi intervensi serta melakukan perbaikan terus menerus.
Dari semua hal itu, intinya memang teknolog pembelajaran tidak bekerja sendiri. tapi bekerja sama dengan stakeholders lain diantaranya adalah ahli media, ahli kurikulum, ahli materi, serta ahli-ahli dari profesi lain. Jadi, dalam prakteknya harus terjadi konvergensi profesi.
Nah, sebenarnya masih banyak masalah masalah teknologi pembelajaran lainnya. Untuk bahasan kali ini kami cukupkan dulu semoga ada manfaatnya dan teknologi pembelajaran kita semakin berkembang dari waktu ke waktu. Terimakasih (maglearning.id).