Jurnal Diskon Penjualan dan Piutang Dagang, Bagaimana Cara Menjurnalnya

Jurnal Diskon Penjualan dan Piutang Dagang, Bagaimana Cara Menjurnalnya

Jurnal Diskon Penjualan dan Piutang Dagang – Cara menjurnal diskon (potongan) atas penjualan dan piutang dagang, sedikit lebih rumit dibandingkan mencatat transaksi penjualan dan piutang dagang tanpa diskon. Menjadi lebih rumit karena berimplikasi langsung terhadap pengakuan pendapatan (revenue).

Bagimana pengaruhnya terhadap pengakuan pendapatan dan bagaimana cara menjurnalnya? Kami akan berikan panduan dengan ilustrasi kasus sederhana supaya mudah dipahami.

Potongan atau diskon atas penjualan biasanya diberikan kepada pelanggan yang melakukan pelunasan piutang dagang lebih cepat dari termin yang telah disepakati. Ini lumrah dilakukan sebagai bagian dari kebijakan perusahaan, terutama yang memiliki pelanggan dan jumlah piutang besar, guna mengurangi potensi risiko perputaran yang biasanya melambat di masa-masa sulit (krisis keuangan).

Persoalan utama pada kasus pemberian diskon atau potongan, piutang dagang, dan pengakuan pendapatan muncul pada saat transaksi penjualan terjadi: Berapa besarnya penjualan atau sales (yang nantinya bermuara pada pendapatan) yang harus diakui?.

Contoh Kasus Jurnal Diskon Penjualan

Misalnya, PT. MAG mengeluarkan kebijakan termin pembayaran “2/10, 30”, yang artinya: perusahaan akan memberikan diskon 2% kepada pelanggan yang melakukan pelunasan maksimal 10 hari, dan piutang akan jatuh tempo 30 hari setelah barang diserahkan.

Pada tanggal 25 Agustus, PT. MAG menyerahkan barang senilai Rp 10,000,000 kepada PT. ABC dengan termin penjualan 2/10,30. Pertanyaannya: Berapa besarnya piutang dan penjualan yang harus diakui? Bagaimana cara menjurnalnya? Masalahnya di sini: PT. MAG belum tahu apakah nantinya PT. ABC akan memilih melakukan pelunasan dalam jangka waktu 10 hari atau menunggu hingga jatuh tempo.

Saya menganjurkan agar akuntan memegang prinsip kehati-hatian (conservatism principle) saja, yaitu mengakui pendapatan yang lebih kecil. Dalam artian, asumsikan potongan (diskon) akan diambil (meskipun pada kenyataannya belum tentu diambil). Jurnalnya menjadi:

[Debit]. Piutang Dagang = Rp 9,800,000

[Debit]. Diskon = Rp 200,000

[Credit]. Penjualan = Rp 9, 800,000

(Catatan: Diskon = 2% x 10,000,000)

Dan;

[Debit]. Harga Pokok Penjualan (HPP) = Rp 7,000,000

[Credit]. Persediaan Barang Jadi = Rp 7,000,000

 

Sehingga saat perusahaan tutup buku (31-Agustus), pendapatan (revenue) dari transaksi ini hanya Rp 9,800,000 saja [=Penjualan – Diskon = 10,000,000 – 200,000].

Selanjutnya, jika PT. ABC melakukan pelunasan pada tanggal 4 September (9 hari setelah tanggal penyerahan), maka dijurnal:

[Debit]. Kas = Rp 9,800,000

[Credit]. Piutang Dagang = Rp 9,800,000

 

Bagimana jika ternyata PT. ABC baru melakukan pelunasan pada tanggal 24 September? Artinya diskon tidak terambil. Maka, pada saat pelunasan dicatat:

[Debit]. Kas = Rp 10,000,000

[Credit]. Pendapatan Lain = Rp 200,000

[Credit]. Piutang Dagang = Rp 9,800,000

 

Sebagai alternatif, perusahaan juga bisa menggunakan pendekatan yang berbeda, yaitu dengan mengakui piutang secara penuh—diasumsikan bahwa diskon tidak diambil. Sehingga saat penyerahan barang dijurnal:

[Debit]. Piutang Dagang = Rp 10,000,000

[Credit]. Penjualan = Rp 10,000,000

Dan;

[Debit]. Harga Pokok Penjualan (HPP) = Rp 7,000,000

[Credit]. Persediaan Barang Jadi = Rp 7,000,000

 

 

Bila ternyata, PT. ABC melakukan pelunasan lebih cepat—artinya diskon diambil maka pada saat pelunasan dicatat:

[Debit]. Kas = 9,800,000

[Credit]. Diskon = 200,000

[Credit]. Piutang Dagang = Rp 10,000,000

 

Kami tidak menyarankan pendekatan alternatif ini, karena pada penutupan buku (31 Agustus) perusahaan menjadi lebih mengakui pendapatan, meskipun menjadi benar dengan sendirinya setelah penutupan buku bulan berikutnya (30 September). Prinsip kehati-hatian (conservatism principle) menjadi tidak tercermin di sini. Dan itu tidak bagus karena pembaca laporan keuangan untuk bulan Agustus menemukan pendapatan yang lebih besar dari seharusnya, bisa menyesatkan.

Ada jalan tengah, yang menurut saya lebih baik dibandingkan alternatif di atas, yaitu dengan mencadangkan diskon. Caranya? Buat akun (rekening) “Cadangan Diskon”. Bila ternyata diskon diambil, maka diskon bisa dilawankan dengan rekening cadangan diskon ini.

Sedangkan bila tidak diambil, maka dia akan tetap berfungsi sebagai cadangan. Iya, kian lama mungkin cadangan diskon ini akan terus membumbung seiring dengan semakin banyaknya pelanggan yang tidak memanfaatkan diskon yang disediakan, untuk itu perlu dilakukan penghapusan cadangan,  sewaktu-waktu jika nilainya sudah menunjukkan angka yang material (cukup tinggi).

 

Demikianlah apa yang bisa kami sampaikan mengenai Jurnal Diskon Penjualan dan Piutang Dagang. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi dengan maglearning.id.

 

 

Loading...

Tinggalkan Balasan