Teori Teori Kepemimpinan (Leadership) dan Penjelasannya

Teori Teori Kepemimpinan (Leadership) dan Penjelasannya

Teori Teori Kepemimpinan (Leadership) – Teori kepemimpinan dikembangkan sebagai informasi awal tentang pemahaman kita mengenai kepemimpinan dan untuk meningkatkan keterampilan dan perilaku kepemimpinan. Pendekatan ini hanyalah sebagai saran dan perkiraan untuk apa yang sebenarnya terjadi dalam situasi kepemimpinan.

Jadi teori-teori kepemimpinan ini tidak mutlak benar atau saklek. Namun, gambaran dari teori-teori ini amat bermanfaat dalam memberikan wawasan ke dalam situasi tertentu dan membantu kita untuk menentukan respons kepemimpinan yang tepat. Juga, menyelidiki teori-teori ini dapat memberikan perspektif historis tentang bagaimana pendekatan kepemimpinan telah berkembang dari waktu ke waktu.

Teori teori kepemimpinan (leadership) membantu kita untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan berbagai gaya kepemimpinan yang diadopsi oleh para pemimpin dalam situasi yang berbeda. Gaya kepemimpinan ditemukan bergantung pada sejumlah hal, diantaranya adalah:

  • Kepribadian pemimpin.
  • Kematangan pengikut.
  • Situasi saat ini.
  • Kebutuhan lingkungan yang lebih luas.

Pemimpin yang efektif mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka agar sesuai dengan situasi dan keadaan yang terjadi. Teori-teori kepemimpinan ini juga penting bagi pengikut untuk mengenali pendekatan yang diambil oleh pemimpin mereka.

Nah, dalam artikel ini kita akan membahas beberapa teori-teori kepemimpinan yang penting saat ini dan dalam sejarah di masa lalu.

Teori Teori Kepemimpinan (Leadership)

Teori kepemimpinan memungkinkan kita untuk mengambil berbagai perspektif, atau menunjukkan preferensi yang berbeda tentang bagaimana kita memahami kepemimpinan. Ini adalah kunci untuk mengenali mengapa para akademisi dan penulis, misalnya, merasa sulit untuk menyetujui dan menjelaskan apa itu kepemimpinan. Dengan melihat masing-masing perspektif yang berbeda ini berarti sifat kepemimpinan terus diselidiki dan didiskusikan.

Ada berbagai teori yang menyarankan pendekatan atau gaya kepemimpinan yang berbeda. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai teori-teori kepemimpinan yang paling dikenal.

1. Teori ‘Orang Hebat’ (‘Great Person’ Theory)

Teori ‘Orang Hebat’ (‘Great Person’ Theory atau Great Man Theory) ini berkembang dari pengamatan para pemimpin besar dalam sejarah, apakah itu militer, spiritual, intelektual atau politik. Dalam beberapa kasus, teori ini berasumsi bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat.

Kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu, yang melalui proses pewarisan memiliki kemampuan memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin. “Asal Raja Menjadi Raja”, anak raja pasti memiliki bakat untuk menjadi raja sebagai pemimpin rakyatnya.

Namun, ada implikasi bahwa ‘orang hebat’ adalah pemimpin hebat sebagai hasil belajar dari situasi sepanjang hidup mereka. Intinya, teori ini menyarankan agar kita bisa meniru dan belajar dari tindakan para pemimpin besar.

2. Teori Sifat (Trait Theories)

Seseorang dapat menjadi pemimpin apabila memiliki sifat yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Titik tolak teori ini berdasar pada keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat kepribadian baik secara fisik maupun psikologis. Keefektifan pemimpin ditentukan oleh sifat, perangai atau ciri kepribadian yang bukan saja bersumber dari bakat, tapi dari pengalaman dan hasil belajar.

Teori sifat menawarkan perluasan untuk ‘teori orang hebat’, menunjukkan bahwa ada serangkaian sifat atau kualitas batin yang dapat menentukan seorang pemimpin. Jika kita mengadopsi sifat-sifat ini, maka kita juga bisa menjadi pemimpin yang sukses.

Beberapa pemimpin akan lahir dengan sifat-sifat yang efektif, yang lain dapat mempelajarinya melalui paparan atau pembelajaran. Jenis teori ini sangat mendasar bagi banyak kursus pelatihan yang memberikan peluang untuk menyelidiki sifat-sifat tersebut.

Tahun 1940-an kajian tentang kepemimpinan didasarkan pada teori sifat. Teori sifat adalah teori yang mencari sifat-sifat kepribadian, sosial, fisik, atau intelektual yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin.

Berdasarkan teori ini kepemimpinan itu dibawa sejak lahir atau merupakan bakat bawaan. Misalnya ditemukan adanya enam macam sifat yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin yaitu ambisi dan energi, keinginan untuk memimpin, kejujuran dan integritas, rasa percaya diri, inteligensi, dan pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan. Namun demikian teori sifat ini tidak memberikan bukti dan adanya indikasi kesuksesan seorang pemimpin.

3. Teori Perilaku (Behavioral Theories)

Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan. Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak dari cara melakukan pengambilan keputusan, cara memerintah (instruksi), cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, cara menegakkan disiplin, cara memimpin rapat, cara menegur dan memberikan sanksi.

Antara tahun 1940-an hingga 1960-an muncul teori kepemimpinan tingkah laku. Teori kepemimpinan tingkah laku ini mengacu pada tingkah laku tertentu yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin. Berdasarkan teori ini leadership itu dapat diajarkan, maka untuk melahirkan pemimpin yang efektif bisa dengan mendesain sebuah program khusus.

Teori perilaku menunjukkan bahwa kepemimpinan tertanam dalam tindakan pemimpin. Teori ini adalah pengembangan dari teori-teori sifat dari beberapa sifat kepemimpinan yang melekat ke dalam mempertimbangkan apa yang dilakukan para pemimpin.

Teori-teori ini menyatakan bahwa pemimpin dapat dibentuk, yaitu keterampilan kepemimpinan dapat dipelajari dan dikembangkan. Pada dasarnya, perilaku kita didorong oleh nilai-nilai kita dan, dalam istilah leadership, ada beberapa perspektif tentang kategori nilai yang diwakili oleh teori yang disederhanakan.

Misalnya, di manakah fokus pengambilan keputusan? Jika pemimpin membuat keputusan, maka ini adalah gaya kepemimpinan Otoritatif atau Otokratis. Jika pemimpin melibatkan tim proyek dalam pengambilan keputusan, maka pemimpin mengadopsi gaya kepemimpinan Partisipatif atau Demokratis. Ketika seorang pemimpin memiliki keterlibatan minimal dan menyerahkan keputusan kepada tim proyek, ini adalah gaya kepemimpinan Laissez Faire.

Dalam beberapa situasi, seorang pemimpin yang mengadopsi gaya Laissez Faire dapat memberikan gaya Pendukung atau Pelayan yang secara proaktif memberikan pengelolaan lingkungan yang efektif.

Di sini, pemimpin memastikan bahwa pengaruh eksternal negatif apa pun tidak memengaruhi tim proyek dan tim dapat memanfaatkan sepenuhnya efek eksternal positif apa pun.

4. Teori Kontingensi dan Situasional

Teori teori kepemimpinan (leadership) ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan tertentu ditentukan oleh lingkungan eksternal atau situasi tertentu. Jadi, jika kita memiliki tim proyek yang matang dan ahli, lebih tepat mengadopsi gaya kepemimpinan Laissez Faire, daripada gaya Otoriter.

Kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya serta peristiwa yang diharapkan kepada kelompok. Resistensi atas teori kepemimpinan yang telah diuraikan sebelumnya memberlakukan asas-asas umum untuk semua situasi.

Hal ini tidak mungkin setiap organisasi hanya dipimpin dengan gaya kepemimpinan tunggal untuk segala situasi terutama apabila organisasi terus berkembang atau jumlah anggotanya semakin besar. Respons atau reaksi yang timbul berfokus pada pendapat bahwa dalam menghadapi situasi yang berbeda diperlukan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pula.

Selanjutnya antara tahun 1960-an hingga 1970-an berkembang kajian-kajian kepemimpinan yang mendasarkan pada teori kemungkinan. Teori kemungkinan atau situasional mendasarkan bukan pada sifat atau tingkah laku seorang pemimpin akan tetapi efektivitas kepemimpinan dipengaruhi oleh situasi tertentu. Dalam situasi tertentu diperlukan gaya kepemimpinan tertentu, demikian pula pada situasi yang lain memerlukan gaya kepemimpinan yang lain pula.

5. Teori Big Bang

Suatu peristiwa besar menciptakan seseorang menjadi pemimpin. Mengintegrasikan antara situasi dan pengikut. Situasi merupakan peristiwa besar seperti revolusi, kekacauan/kerusuhan, pemberontakan, reformasi. Pengikut adalah orang yang mengokohkan seseorang dan bersedia patuh dan taat.

6. Teori Transaksional

Teori transaksional berlaku untuk pendekatan manajerial kepemimpinan. Mereka menawarkan gaya sederhana yang didasarkan pada ‘transaksi’ atau instruksi antara manajer dan karyawan yang dapat dikaitkan dengan penghargaan atas penyelesaian pekerjaan yang berhasil, atau, mungkin, hukuman atas kegagalan yang dialami.

Misalnya, McGregor (1960) mengusulkan dua pendekatan mendasar untuk mengelola orang, yang diberi label Teori X dan Teori Y.

Teori X McGregor – Gaya Kepemimpinan Otoriter: Gaya kepemimpinan ini mengasumsikan bahwa rata-rata orang akan melakukan yang terbaik untuk menghindari pekerjaan dan tanggung jawab, oleh karena itu, mereka harus diarahkan dan dipaksa untuk bekerja. Teori X mengasumsikan bahwa tenaga kerja tidak ambisius dan membutuhkan keamanan kerja. Dengan menggunakan gaya kepemimpinan Teori X, peran pemimpin adalah memaksa dan mengendalikan anggota tim untuk mencapai tujuan tim.

Teori Y McGregor– Gaya Kepemimpinan Partisipatif: Gaya kepemimpinan partisipatif mengasumsikan bahwa setiap karyawan menikmati pekerjaan dan akan mengambil tanggung jawab dengan menerapkan dan mengarahkan diri mereka sendiri untuk memajukan tujuan perusahaan mereka. Orang-orang seperti ini tidak perlu dikontrol, kinerja mereka dicapai melalui partisipasi, kolaborasi, dan penghargaan atas pencapaian mereka.

Dengan menggunakan gaya kepemimpinan Teori Y, peran pemimpin adalah membantu mengembangkan potensi anggota tim untuk mencapai tujuan tim.

Pendapat McGregor adalah bahwa Teori Y mewakili profil sifat manusia yang lebih akurat di tempat kerja. Ia merasa batasnya adalah kecerdikan para pemimpin dalam menemukan cara mewujudkan potensi sumber daya manusianya. McGregor juga mengamati self-fulfilling prophecy, di mana para manajer yang menganggap orang-orangnya malas dan tidak kooperatif sering berakhir dengan hal itu;

McGregor menemukan kebalikannya juga benar. Asumsi manajer tentang orang-orangnya cenderung mengkondisikan cara mereka mendekati peran mereka sendiri dan reaksi yang mereka terima.

Sebagai hasil dari pengamatan ini, McGregor menyatakan bahwa tugas penting manajemen adalah menciptakan peluang, melepaskan potensi manusia, menghilangkan hambatan, mendorong pertumbuhan, dan memberikan bimbingan. Dia menyebut ini sebagai manajemen-by-objectives (MBO).

Gaya transaksional ini berguna dalam proyek karena dapat didukung oleh kontrak (pada tingkat tim, pribadi, pekerjaan, dan subkontraktor) dan, tampaknya, ditegakkan melalui hadiah atau hukuman.

7. Teori Kepemimpinan Transformasional

Teori-teori ini menekankan pada pengembangan hubungan melalui komunikasi yang efektif, motivasi dan pengaruh. Pemimpin transformasional tidak menginspirasi, terkadang mengandalkan kepemimpinan karismatik, meskipun gaya yang efektif dapat berkembang melalui praktik perilaku positif. Ini biasanya gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk diadopsi untuk sebagian besar situasi. Pemimpin transformasional mampu menyeimbangkan kebutuhan tugas sambil memperhatikan masalah tim dan mengembangkan orang, semuanya pada saat yang bersamaan.

 

Demikianlah sekilas mengenai teori teori kepemimpinan (leadership) yang bisa digunakan sebagai dasar menentukan pilihan leadership sesuai dengan kondisi dan keadaan yang sedang dihadapi. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa kembali di lain kesempatan (maglearning.id).

Loading...