Penelitian Eksperimen terutama true eksperimen sebenarnya tidak lazim digunakan dalam penelitian sosial. Hal terkait karena penelitian sosial cenderung bersifat eksplorasi, kecuali untuk kepentingan pengembangan. Walaupun demikian, penelitian eksperimen tetap banyak kita temui dalam penelitian bidang-bidang seperti psikologi sosial, pendidikan, dan studi-studi organisasi, sementara para peneliti kebijakan sosial menggunakannya untuk menilai dampak reformasi atau penerapan kebijakan baru.
Penelitian eksperimen sering dilakukan karena penelitian ini bisa memberi kepercayaan yang cukup besar pada temuan penelitian kausal atau bahkan pengetahuan pengembangan. Dengan kata lain, penelitian eksperimen (terutama true experiment) cenderung sangat kuat dalam hal validitas internal.
Manipulasi
Jika penelitian eksperimen mempunyai manfaat yang sangat besar, namun mengapa peneliti sosial tidak memanfaatkannya secara jauh lebih besar? Alasannya sederhana, untuk melakukan eksperimen (true experiment) yang benar, perlu memanipulasi variabel independen untuk menentukan apakah variabel itu benar-benar memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Subjek eksperimental cenderung dialokasikan ke salah satu dari dua atau lebih kelompok eksperimen, yang masing-masing mewakili berbagai jenis atau tingkat variabel independen. Maka dimungkinkan untuk menetapkan sejauh mana perbedaan antara kelompok-kelompok tersebut bertanggung jawab atas tingkat variasi variabel dependen. Manipulasi, kemudian, memerlukan intervensi dalam situasi untuk menentukan dampak manipulasi pada subjek. Namun, sebagian besar variabel independen yang menjadi perhatian peneliti sosial tidak bisa dimanipulasi.
Jika kita tertarik pada efek gender pada pengalaman kerja, kita tidak bisa memanipulasi gender sehingga beberapa orang memang sudah menjadi pria dan lainnya wanita. Begitu pula jika kita tertarik pada pengaruh variasi kelas sosial pada sikap politik atau pada kesehatan, kita tidak dapat mengalokasikan individu ke pengelompokan kelas sosial yang berbeda, kita harus tunduk pada keadaan saat ini dimana orang-orang tersebut telah menjalani kehidupannya masing-masing. Sebagian besar variabel lain di bidang sosial juga tidak banyak perbedaan, tingkat rekayasa sosial yang akan diperlukan berada di luar perenungan yang serius.
Sebelum kita mendiskusikan desain eksperimental secara lebih lengkap, penting untuk membicarakan perbedaan mendasar antara eksperimen laboratorium dan bereksperimen di lapangan. Sesuai namanya, eksperimen laboratorium berlangsung di laboratorium atau di lingkungan yang dibuat-buat (direkayasa), sedangkan eksperimen lapangan terjadi di lingkungan nyata, seperti di ruang kelas dan di sebuah organisasi, atau sebagai hasil dari pelaksanaan reformasi atau kebijakan baru. Penelitian eksperimen tipe terakhir inilah yang paling mungkin dan banyak dilakukan dalam penelitian sosial.
Desain Eksperimen Klasik
Desain eksperimental klasik juga sering disebut sebagai eksperimen terkontrol acak (random controlled trial / RCT). Dalam penelitian ini biasanya dua kelompok dibuat, dan inilah yang membentuk manipulasi eksperimental misalnya dari variabel independen penggunaan media pembelajaran interaktif. Kita bisa membentuk satu kelompok eksperimen atau kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol. Dua kelompok ini diisi oleh siswa yang dipilih secara acak. Kelompok eksperimen menerima perlakuan eksperimental, yaitu penggunaan media pembelajaran interaktif, tetapi kelompok kontrol tidak menerima perlakuan eksperimental. Variabel dependen, misalnya hasil belajar siswa diukur sebelum dan sesudah manipulasi eksperimental, sehingga analisis sebelum dan sesudah eksperimen dapat dilakukan (lihat Gambar 1).

Selain itu, ada karakteristik siswa lain yang dimasukkan secara acak dalam kedua kelompok tersebut. Misalnya gaya belajar atau status sosial ekonomi orang tua. Siswa dengan berbagai gaya belajar atau berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda dimasukkan secara acak ke dalam dua kelompok tersebut, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Dengan melakukan prosedur ini maka para peneliti dapat merasa yakin bahwa satu-satunya perbedaan antara kedua kelompok adalah penggunaan media pembelajaran interaktif daripada yang lain. Kita akan yakin jika hasil analisis mendapatkan perbedaan kinerja antara kedua kelompok, itu karena manipulasi eksperimental saja. Untuk menangkap esensi dari desain ini, kita akan menggunakan notasi sederhana berikut:
- Obs : Pengamatan dilakukan dalam kaitannya dengan variabel dependen; mungkin ada dua atau lebih pengamatan, seperti skor tes IQ dan literasi digital sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) manipulasi eksperimental.
- Exp : Perlakuan eksperimental (variabel independen), seperti penggunaan media pembelajaran interaktif.
- No Exp : Tidak adanya perlakuan eksperimental dan mewakili pengalaman kelompok kontrol.
- T : Waktu pengamatan yang dilakukan sehubungan dengan variabel dependen, seperti waktu dilakukan tes IQ .
Tujuan membuat kelompok kontrol
Tentunya analisis atau pembuktian dalam kelompok eksperimen adalah perhatian utama penelitian. Agar penelitian menjadi eksperimen yang benar dan terhindar dari beberapa kesalahan, penelitian itu harus terkontrol. Dengan kata lain, peneliti harus menghilangkan kemungkinan efek penjelas lain dari luar variabel yang diteliti atau pengaruh kausal saingan, misalnya penggunaan media pembelajaran berdampak pada kinerja siswa. Mungkin saja peneliti mempunyai keyakinan bahwa penelitian itu valid secara internal. Kehadiran kelompok kontrol dengan variabel lain yang dianggap penting kemudian secara random dimasukkan ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka menjadi memungkinkan peneliti untuk menghilangkan pengaruh saingan tersebut.
Namun, hanya karena penelitian dianggap valid secara internal tidak berarti bahwa penelitian itu sudah terhindar dari kesalahan atau sudah kita anggap powerfull. Ketika strategi penelitian kuantitatif kita digunakan, ada beberapa kriteria yang dapat diterapkan untuk mengevaluasi studi.
Pertama, validitas pengukuran. ada dua aspek yang berpotensi terjadi dalam penelitian. Salah satunya adalah pertanyaan apakah hasil belajar telah diukur secara memadai. Seberapa yakin kita dapat bahwa nilai rapor siswa merupakan ukuran yang valid dari hasil belajar. Apakah peneliti benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur?.
Pertanyaan kedua yang berkaitan dengan validitas pengukuran adalah apakah manipulasi eksperimental benar-benar berhasil. Dengan kata lain, apakah variabel lain yang berpotensi memiliki kontribusi pada variasi hasil belajar sudah benar-benar terdistribusi secara acak di masing-masing kelompok beberapa sekolah.
Kedua, adalah apakah penelitian secara eksternal valid?. Ketiga, apakah temuan tersebut secara ekologis sah?. Fakta bahwa penelitian ini adalah eksperimen lapangan dan bukan percobaan laboratorium tampaknya meningkatkan aspek penelitian Rosenthal dan Jacobson ini.
Masalah keempat yang mungkin ingin kami kemukakan terkait dengan pertanyaan tentang replikasi. Penulis harus menjabarkan dengan sangat jelas prosedur dan tindakan yang mereka lakukan. Dengan demikian jika ada peneliti lain yang melakukan replikasi, ia akan dapat memperoleh informasi lebih lanjut dari mereka jika mereka membutuhkannya. Jadi, penelitian ini dapat ditiru, meskipun belum ada replikasi yang tepat. Bila penelitian replikasi menghasilkan temuan yang berbeda maka menimbulkan keraguan pada validitas eksternal dari penelitian asli.
Desain eksperimental klasik adalah dasar dari uji coba terkontrol secara acak (RCT) yang semakin menjadi desain penelitian standar dalam bidang yang berhubungan dengan kesehatan. Ini mungkin diperlukan untuk membandingkan dampak intervensi dengan apa yang akan terjadi jika tidak ada intervensi atau membandingkan dampak dari berbagai jenis intervensi (seperti berbagai bentuk perawatan penyakit). Hal ini pengacakan peserta eksperimental sangat penting, karena itu berarti bahwa anggota kelompok yang berbeda dalam percobaan ini adalah untuk semua entitas dengan sebuah tujuan sama. RCT sangat populer di bidang seperti kedokteran di mana pertanyaan penelitian yang sering muncul adalah ‘apa dampak X?’
Eksperimen Laboratorium
Banyak eksperimen dalam beberapa bidang ilmu seperti psikologi sosial adalah eksperimen laboratorium, bukan eksperimen lapangan. Salah satu keuntungan utama dari penelitian ini adalah bahwa peneliti memiliki pengaruh yang jauh lebih besar terhadap pengaturan eksperimental. Sebagai contoh, lebih mudah untuk menetapkan subyek secara acak untuk kondisi percobaan yang berbeda di laboratorium daripada melakukan hal yang sama dalam berkelanjutan organisasi kehidupan nyata. Oleh karena itu, peneliti memiliki tingkat kontrol yang lebih tinggi, dan ini cenderung meningkatkan validitas internal penelitian. Sangat mungkin bahwa percobaan laboratorium akan lebih mudah untuk ditiru, karena subyek kurang terikat dengan lingkungan tertentu yang sulit untuk direproduksi. Namun, percobaan laboratorium juga memiliki sejumlah keterbatasan. Pertama, validitas eksternal cenderung sulit untuk diperkirakan. Ada interaksi pengaturan dan pengkondisian, karena pengaturan laboratorium cenderung tidak terkait dengan pengalaman dan konteks dunia nyata. Juga, kemungkinan ada interaksi seleksi dan perbaikan. Misalnya dalam sebuah penelitian pembelajaran yang subjeknya adalah siswa, yang tidak mungkin mewakili populasi umum, sehingga respons mereka terhadap perlakuan eksperimental mungkin berbeda. Mereka adalah sukarelawan, dan diketahui bahwa sukarelawan berbeda dari yang bukan sukarelawan, dan kadang mereka diberi insentif untuk berpartisipasi, yang selanjutnya dapat membatasi mereka dari orang lain, karena tidak semua orang sama-sama setuju dengan insentif. Kedua, validitas ekologis dari penelitian ini mungkin buruk, karena kita tidak tahu seberapa baik temuan itu dapat diterapkan pada dunia nyata dan kehidupan sehari-hari. Namun, walaupun mungkin penelitian ini tidak memiliki apa yang sering disebut realisme duniawi, tetapi mungkin masih sesuai dengan realisme eksperimental. Yang terakhir adalah bahwa subjek sangat terlibat dalam percobaan dan menganggapnya sangat serius, sehingga hasilnya bisa jadi tidak natural alias mungkin akan menjebak.
Kuasi Eksperimen
Sejumlah penulis memberi perhatian pada kemungkinan-kemungkinan yang ditawarkan oleh eksperimen semu (kuasi). Penelitian kuasi-eksperimen memiliki karakteristik tertentu dari desain eksperimental tetapi tidak memenuhi semua persyaratan validitas internal. Salah satu yang menarik dari kuasi eksperimen adalah karena terjadi dalam ‘eksperimen alami’. Ini adalah ‘pengalaman’ dalam arti memerlukan manipulasi perlakuan sosial, tetapi sebagai bagian dari upaya yang terjadi secara alami untuk mengubah perlakuan sosial. Dalam keadaan seperti itu, selalu tidak mungkin untuk menetapkan subyek secara acak ke kelompok eksperimen dan kontrol.
Tidak adanya penugasan acak dalam penelitian ini menimbulkan sejumlah keraguan tentang validitas internal penelitian, karena kelompok-kelompok tersebut mungkin tidak setara. Namun, hasil studi tersebut sangat menarik, karena tidak ada intervensi artifisial dalam kehidupan sosial dan karena itu validitas ekologisnya sangat kuat. Desain eksperimental dan lebih khusus desain kuasi-eksperimental sangat banyak dilakukan dalam penelitian pembelajaran (pendidikan), namun jarang dilakukan dalam penelitian organisasional.
Mungkin ada cara untuk mengatasi beberapa masalah terkait validitas internal kuasi-eksperimen. Sebagai contoh, dimungkinkan untuk memperkuat referensi kausal ketika tidak memungkinkan untuk menetapkan peserta kelompok eksperimen dan kontrol secara acak dan peneliti telah membatasi atau tidak memiliki kontrol atas manipulasi eksperimental. Ini mungkin dilakukan dengan mencari informasi lebih lanjut yang akan membantu mengurangi beberapa interpretasi saingan dari hubungan sebab akibat yang muncul dari kurangnya desain eksperimental yang sebenarnya. Namun, tidak mungkin bahwa pandangan seperti itu akan mendapat perhatian di antara penulis yang mengadopsi pandangan murni tentang perlunya desain true-eksperimental untuk menghasilkan simpulan-simpulan yang kuat.
Kontribusi Desain Eksperimental
Seperti yang dinyatakan di awal, alasan utama untuk membahas eksperimen sebagai desain penelitian adalah karena sering dianggap sebagai tolok ukur terhadap penilaian penelitian kuantitatif. Hal ini terjadi terutama karena fakta bahwa eksperimen yang benar akan memungkinkan hilangnya keraguan tentang validitas internal dan mencerminkan penekanan yang cukup besar pada penentuan kausalitas dalam penelitian kuantitatif. Tidak seperti desain cross-sectional atau penelitian survei yang sering dianggap terbatas, karena masalah keraguan kausalitas.
Namun, penting untuk menarik perhatian pada pelajaran umum penting yang diajarkan oleh desain penelitian eksperimen. Ciri utama dari setiap percobaan adalah fakta bahwa ia memerlukan perbandingan: setidaknya memerlukan perbandingan hasil yang diperoleh oleh percobaan eksperimental dengan yang dihasilkan oleh suatu kelompok kontrol. Keuntungan melakukan perbandingan apa pun seperti ini adalah kita memahami fenomena yang kita minati dengan membandingkannya dengan hal lain yang serupa dengannya. Masalah secara lebih spesifik akan dibahas di desain komparatif. (maglearning.id)
5 comments