Meningkatkan Literasi Demi Masa Depan

Tulisan ini akan membahas tentang bagaimana pentingnya literasi demi masa depan. Baik masa depan seseorang sebagai individu maupun masa depan bangsa. Ada beberapa jalan dan upaya untuk meningkatkan literasi kita.

Literasi berasal dari bahasa latin yaitu “literatus” yang artinya orang yang belajar atau manusia terpelajar. Siapakah manusia yang dimaksud? Apakah termasuk kita?

Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna. Tidak ada satupun agama atau intelektual yang mengingkari kesempurnaan manusia sebagai ciptaan. Walaupun secara ilmiah manusia dimasukkan dalam spesies hewan namun kita bukan binatang.

Walaupun beberapa hewan memiliki otak dan kode genetik yang sangat mirip dengan manusia, namun tidak ada satupun yang memiliki otak atau kode genetik yang sama persis dengan kita. Sepintar apapun hewan tetap saja banyak hal-hal penting yang dapat dilakukan manusia namun tidak dapat dilakukan oleh hewan. Hanya manusia yang memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa yang memungkinkan kita melakukan banyak hal, seperti membayangkan, memprediksi, menganalisa, atau bahkan berbohong.

Manusia juga bukan komputer atau mesin super canggih, meskipun beberapa analogi dapat ditarik antara otak kita dan komputer. Walaupun komputer dapat menghitung sampai tingkat dan kecepatan yang luar biasa, namun tidak ada komputer yang dapat mengendalikan dirinya secara independen. Secanggih apapun komputer, ia tidak dapat menginisiasi dirinya untuk ‘mengatakan’ pada dirinya sendiri ‘saya sangat lelah’.

Mahasiswa agen literasi?

Mahasiswa adalah manusia, tentunya bukan manusia biasa karena tidak semua manusia memiliki kesempatan mengenyam pendidikan “tinggi” di universitas. Mahasiswa adalah kelompok manusia yang “secara aktual” sedang senang-senangnya mencari jati diri dengan pikirannya, untuk berusaha menemukan sebuah identitas baru sebagai “kaum pemikir”.

Jelas bahwa manusia, khususnya mahasiswa, tidak dapat membangun kehidupan, mengembangkan diri, serta kehidupan kemahasiswaannya tanpa berpikir. Mahasiswa, setiap saat seolah berada dalam sebuah kecemasan intelektual atau kegelisahan pemikiran, dalam mengamati keadaan di sekitarnya. Mereka terdorong untuk mengamati, menguji, mengkritisi, dan mengembangkan pemikiran-pemikiran baru yang lebih jelas atau tajam dalam memecahkan realitas dimaksud.

Mahasiswa tidak mau menerima sesuatu sebagai apa adanya, tetapi menghadapinya sebagai obyek berpikir untuk mengupas konsep-konsep, keputusan-keputusan intelektual yang khas. Mereka menguji setiap konsep, teori, atau pandangan dalam dunia nyata menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengkomunikasikan pikirannya. Intinya sebagai “manusia intelektual” mereka ingin memecahkan misteri ketidaktahuan, dan menemukan pemikiran-pemikiran dari hal-hal yang telah ada menuju pengetahuan baru.

Mahasiswa, bukan sekedar sebuah gelar intelektual, tetapi tanda keberadaan aktual sebagai pemikir sejati. Untuk berpikir itu mahasiswa perlu tahu dan mampu dalam banyak hal. Literasi sering dianggap sesuatu yang paling penting untuk dimiliki.

Apa itu literasi?

Lalu apakah yang dimaksud dengan literasi? Awalnya literasi diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. Namun, saat ini literasi telah berkembang dan didefinisikan secara luas hingga mencakup kemampuan berpikir kritis.

Literasi saat ini memiliki makna kompleks, dinamis, dan ditafsirkan atau didefinisikan dengan beragam cara dan sudut pandang. Pada generasi sekarang tidak terbatas hanya pada kemampuan dasar membaca dan menulis tetapi telah berkembang menjadi kemampuan membaca di bidang lain seperti literasi teknologi, literasi ekonomi, literasi digital, literasi politik, dan sebagainya.

Literasi sudah merupakan kebutuhan dasar dan hak asasi setiap manusia. Kita semua berhak untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup. Namun, literasi tidak hanya berhenti pada tataran pengetahuan. Literasi harus mampu memberikan kontribusi dalam kehidupan nyata. Berkontribusi dalam perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan aktivitas sosial.

Pada level individu literasi berarti kemampuan untuk mengambil keputusan dan mengatur berbagai hal dalam kehidupan seseorang baik secara ekonomi, sosial, maupun politik. Dengan demikian literasi adalah pilar penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik secara indidu maupun negara bangsa.

Letak kemampuan literasi setiap individu sebenarnya ada pada pikirannya sehingga seseorang yang mempunyai literasi yang bagus dapat membaca situasi dengan menggunakan pikirannya. Literasi ekonomi pun demikian. Setiap orang harus mempunyai literasi ekonomi yang memadai.

Seseorang yang mempunyai literasi ekonomi berarti dia mampu mengaplikasikan konsep-konsep ekonomi dalam setiap keputusannya. Dengan demikian literasi ekonomi adalah kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan dalam rangka mencapai kemakmuran ekonomi dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya.

Di era ekonomi digital literasi ekonomi ini menjadi semakin penting. Perubahan terjadi begitu cepat dan drastis. Siapapun yang mempunyai literasi ekonomi yang mapan maka dialah yang akan mampu mengatasi perubahan-perubahan itu dengan baik. Penguasaan literasi ekonomi yang mumpuni akan membuat seseorang menjadi mampu dalam mengubah setiap permasalahan yang dihadapi menjadi peluang yang bernilai.

Cara meningkatkan literasi

Bagaimana seseorang meningkatkan literasinya? Pertanyaan ini tidak berbeda dengan bagaimana seseorang belajar. Dari sudut pandang belajar maka setidaknya ada lima cara utama kita belajar.

Pertama adalah melalui akuisisi, yaitu proses belajar yang dilakukan oleh seseorang melalui mendengarkan ceramah atau audio, membaca buku atau situs web, dan menonton peragaan atau video. Cara belajar melalui akuisisi adalah cara yang paling umum dalam pendidikan formal maupun nonformal. Pebelajar hanya memainkan peran yang relatif pasif untuk mengakuisi pengetahuan dari sumber belajar.

Kedua, belajar melalui inkuiri yaitu pembelajaran yang memanfaatkan berbagai sumber daya yang mempunyai akses untuk mencari informasi, data, pengetahuan, dan ide-ide, baik konvensional maupun digital. Sumber daya ini bisa memungkinkan untuk diakses secara lebih bebas. Teknologi konvensional maupun digital dapat digunakan untuk mendukung pebelajar dalam proses penyelidikan (inkuiri). Kita dapat menganggap pembelajaran inkuiri sebagai aktivitas pembelajaran yang digunakan pebelajar untuk mengubah narasi guru menjadi milik mereka sendiri.

Ketiga, belajar melalui diskusi. Diskusi kelompok setelah membaca materi atau mendengarkan pemaparan guru, merupakan salah satu bentuk diskusi dalam pembelajaran. Bentuk pembelajaran ini membuat pebelajar terlibat dalam diskusi kelompok, tetapi setiap bentuk diskusi tersebut memiliki efek pedagogis yang sangat berbeda. Pebelajar bisa bertanya pada guru dan satu atau dua siswa lainnya berkomentar dan menyanggah.

Keempat, belajar melalui kolaborasi adalah belajar di mana dua orang atau lebih belajar bersama atau mencoba belajar tentang sesuatu secara bersama-sama. Pebelajar secara berkelompok bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah, tugas, atau membuat sebuah produk.

Kelima, belajar melalui praktik merupakan metode pembelajaran yang memungkinkan pebelajar memahami serta menggunakan pengetahuan dan keterampilan sekaligus. Pembelajaran ini dapat dilakukan ketika guru telah menyiapkan skema praktik atau latihan bagi pebelajar untuk menerapkan pemahaman mereka. Pembelajaran ini sebagian besar menekankan pada siswa agar mereka bekerja sendiri melalui serangkaian tindakan aktif.

Kita bisa menggunakan cara-cara peningkatan literasi ini sesuai dengan situasi atau kondisi, juga bisa dengan mengikuti gaya belajar kita. Silakan ikuti saja apa yang bisa membuat kita nyaman untuk belajar. Yang terpenting adalah kita harus selalu konsisten menambah literasi baru setiap harinya.

Literasi digital

Penambahan “gizi” literasi harus kita lakukan sesering mungkin dan senyaman mungkin. Ini adalah modal dasar kita agar tidak hanyut dalam arus perkembangan digital. Di era ekonomi digital ini ada beberapa hal penting yang perlu kita perhatikan, yaitu:

  1. Walaupun perubahan begitu cepat dan banyak sekali hal-hal instan tetapi tidak ada satupun keberhasilan yang dicapai secara instan. Semuanya butuh proses dan seringkali proses itu berjalan sangat panjang dan berliku. Terlebih dengan adanya persaingan yang semakin terbuka maka banyak sekali pengorbanan yang dikeluarkan dibanding dengan era-era sebelumnya.
  2. Kerjasama semakin penting, artinya banyak sekali hal-hal atau ide-ide besar dikembangkan dengan cara kerjasama. Salah satu contoh konkretnya adalah open-source. Dengan cara ini ide yang dikembangkan menjadi cepat terealisasi karena, banyak pikiran yang terlibat dan berproses dalam mengembangkan ide-ide tersebut. Contoh produk open-source tersukses adalah Android. Sebelum Android ada salah satu pelopor open- source yang tak kalah keren, yaitu Linux.
  3. Ekosistem adalah segalanya. Dalam era digital ini tidak ada yang bisa berjalan sendirian (never walk alone). Terlalu berat bila kita kerjakan sendirian. Semua hal kalau dikerjakan secara bersama-sama akan menghasilkan hasil yang lebih baik dan lebih cepat.

Ironinya inilah salah satu kelemahan mendasar dari bangsa kita. Dalam urusan kerjasama bangsa Indonesia termasuk yang masih sangat lemah. Sampai urusan sepakbola pun kita terkenal dengan sifat individualistiknya. Walaupun skill kita tinggi tetap saja permainan sepak bola adalah permainan kerjasama, makanya sampai kapanpun bangsa kita akan sangat sulit memaksimalkan setiap kemampuan individunya kalau miskin kerjasama.

Jadi ekosistem ini menjadi modal utama dalam persaingan di ekonomi digital. Kita tahu Google sebagai raja internet telah mampu menciptakan ekosistem yang luar biasa sehingga hampir seluruh pengembangan software maupun perangkat bersandar pada standar yang digawangi oleh Google.

Literasi digital menjadi modal paling penting dalam persaingan ekonomi digital. Literasi ini tidak cukup hanya sebatas pengetahuan dan kecakapan menggunakan teknologi digital. Kita harus mampu memahami bagaimana ekonomi bekerja dalam dunia digital, bagaimana pengambilan keputusan semakin kompleks namun sangat cepat dan transparan.

Mari kita bangun literasi kita dengan memanfaatkan sumberdaya informasi yang semakin terbuka luas dengan cara yang paling efektif bagi kita. Kita harus mampu belajar lebih cepat sekaligus lebih banyak dan lebih dalam dibanding pesaing-pesaing kita.

Loading...