Kriteria Hadis Shahih

Kriteria Hadis Shahih: Penjelasan Singkat!

Mengetahui kriteria hadis shahih akan menghindarkan kita dari keragu-raguan. Hadis merupakan salah satu sumber utama dalam Islam. Hanya saja, karena kualitasnya terbagi menjadi beberapa bagian, maka yang boleh untuk dijadikan sebagai landasan adalah hadis yang kualitasnya shahih, atau paling tidak hasan. Tak ada kedudukan hujjah bagi hadis yang berkualitas lemah (dha’if) apalagi palsu.

Baik, kita akan memahami dahulu kualitas hadis ya.

  • Pertama, hadis Shahih. Hadis shahih merupakan tingkatan hadis yang paling tinggi, dan sudah memenuhi seluruh syarat keshahihan sebuah hadis.
  • Kedua, hadis Hasan. Hadis hasan masih bisa dijadikan sebagai landasan dalam berhukum. Ia sudah hampir memenuhi seluruh syarat hadis shahih, namun ada kecacatan pada masalah ke’adilan atau kedhabitan perawinya.
  • Ketiga, hadis Dha’if. Dha’if artinya lemah. Hadis ini banyak tidak memenuhi syarat keshahihan hadis, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai hujjah. Namun, untuk perkara fadhailul a’mal (keutamaan keutamaan amal), hadis ini masih dapat digunakan.
  • Keempat, hadis palsu. Semua kriteria hadis shahih tidak terpenuhi, sehingga berhukum kepadanya adalah haram.

Jadi, ada empat tingkatan kualitas hadis. Anda pasti pernah mendengar hadis shahih, hadis hasan, dha’if, dan palsu kan? Maka, sekarang Anda pasti sudah tahu apa itu hadis shahih, hasan, dha’if, dan palsu.

Tentu pemahaman singkat tentang pengertian hadis shahih, hasan, dha’if, dan palsu di atas masih menimbulkan tanda tanya di kepala, terutama pertanyaan mengenai bagaimana sebuah hadis dinyatakan tidak memenuhi kriteria hadis shahih, apa saja kriterianya.

Ada empat kriteria sebuah hadis bisa dikategorikan sebagai hadis shahih, yang jika hilang satu kriteria, maka akan jatuh hukumnya menjadi hasan, begitu seterusnya. Mempelajari kriteria hadis shahih ini adalah langkah awal yang bisa Anda pelajari jika ingin mengetahui kualitas sebuah hadis.

Kriteria Hadis Shahih

Mengapa dikatakan sebagai kriteria hadis shahih? Apa hanya hadis shahih yang mempunyai kriteria? Ya, karena memang hanya hadis shahih yang aman untuk diamalkan dan dijadikan sebagai pijakan hukum, sehingga semua hadis harus mengikuti kriterianya agar bisa diamalkan.

Pertama, Sanad bersambung. Yap, kriteria yang pertama adalah sanad hadisnya bersambung. Sanad merupakan rangkaian orang-orang yang menerima hadis, mulai dari Rasulullah hingga sampai ke kita melalui beberapa Imam, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan sebagainya.

Ketika sedang membaca hadis, pada bagian akhirnya Anda pasti akan menemukan tulisan Hadis Riwayat Imam Muslim misalnya. Nah jika ditelusuri dengan ilmu hadis lainnya, maka dari Imam Muslim, ke gurunya, dari guru ke gurunya lagi, dan seterusnya hingga ke Rasulullah.

Jika dari Imam Muslim sampai ke Rasulullah tidak ada satu pun rantai yang terputus, maka itu artinya sudah memenuhi satu kriteria hadis shahih.

Kedua, diriwayatkan oleh orang yang ‘adil dan dhabit. Apa maksudnya? Jadi, ‘Adil di sini berarti bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh seseorang yang spiritualnya bagus. Senantiasa menjalankan kewajiban, menghidupkan sunnah, dan sebagainya. Bahkan, menjaga muruah atau harga diri juga termasuk di dalamnya. Maka, jika ada seorang perawi hadis yang tidak dapat menjaga muruahnya, maka kualitas hadisnya bisa saja berubah.

Kemudian ada Dhabit. Jika ‘adil berkaitan dengan spiritual, maka dhabit berkaitan dengan intelektual seorang perawi, atau kecerdasannya. Kecerdasan ini bermakna luas, dan salah satunya adalah memiliki hafalan yang bagus.

Hal ini karena nantinya hadis yang didapatkan akan disampaikan dengan baik dan benar, sehingga hafalan dan kecerdasan seorang perawi sangat diperhatikan. Jadi, sudah sangat jelas, bahwa hadis yang shahih harus datang dari orang-orang yang berkualitas.

Halaman selanjutnya……..

Loading...
Pages ( 1 of 2 ): 1 2Lanjut »