Hijrah-ke-Madinah-Sebuah-Kisah-yang-Membanggakan

PAI SMP Kelas 7 BAB 11 Hijrah ke Madinah, Sebuah Kisah yang Membanggakan

Assalamualaikum wr. wb. Sobat, jumpa lagi di modul elektronik BDR (belajar dari rumah) PAI untuk peserta didik SMP Kelas 7 BAB 11 dengan tema Hijrah ke Madinah, Sebuah Kisah yang Membanggakan. Semoga kita bisa meneladani perjuangan dan kesabaran Rasulullah dalam berdakwah.

Rasulullah Muhammad saw. sangat sedih ketika menyaksikan kehidupan umat Islam di Mekah yang penuh dengan ancaman dan teror dari orang-orang kafir. Semakin hari, teror dan ancaman itu semakin bertubi-tubi.

Nabi Muhammad saw. berpikir harus ada jalan keluar untuk mengatasi semuanya. Bersamaan dengan itu pula, istrinya, Siti Khadijah dan pamannya, Abu Thalib (Ayah Ali bin Abu Thalib), berpulang ke rahmatullah.

Namun, perjuangan untuk mewujudkan kehidupan yang mulia dan beradab harus terus berjalan, tidak boleh berhenti. Bagaimana caranya?

Allah Swt. sangat sayang kepada Rasulullah saw. dan kaum muslimin. Dalam situasi yang sangat sulit dan mencekam tersebut, Allah Swt. memerintahkan Nabi Muhammad saw. dan kaum muslimin untuk berhijrah ke Madinah.

Nabi Muhammad saw. pun akhirnya hijrah dari Mekah ke Madinah. Benar, bermula dari peristiwa hijrah inilah kejayaan dan kesuksesan Islam dimulai. Ya, terkadang kejayaan dan kesuksesan diawali dengan keprihatinan.

Silakan pelajari pembelajaran PAI BAB 11 materi Hijrah ke Madinah, Sebuah Kisah yang Membanggakan ini sampai selesai ya. Jangan lupa untuk mencoba latihan soal yang sudah disediakan di bawah.

Sebab-sebab Rasulullah Hijrah

Bertahun-tahun Nabi Muhammad saw. menyerukan Islam di Mekah, tetapi hasilnya hanya sedikit yang mengikuti ajaran-Nya. Pada saat Nabi Muhammad saw. membutuhkan dorongan dan motivasi dari orang-orang terdekatnya, justru istrinya, Siti Khadijah dan pamannya, Abu Thalib, berpulang ke rahmatullah dalam waktu yang hampir bersamaan.

Kehilangan kedua orang tersebut merupakan masalah serius bagi Nabi Muhammad saw. dalam menjalankan dakwah Islamiyah di Mekah. Peristiwa sangat menyedihkan ini kemudian disebut tahun duka cita (amul huzni).

Di tengah kesedihannya, Nabi Muhammad saw. mengalami peristiwa luar biasa, yaitu Isra’ Mi’raj. Peristiwa itu terjadi setahun sebelum Hijrah ke Madinah, tepatnya 27 Rajab 621 M.

Pada peristiwa itu Allah Swt. memperlihatkan tanda-tanda keagungan dan kekuasaan-Nya sebagai penghibur bagi Nabi Muhammad saw. yang sedang dirundung kesedihan. Pada peristiwa tersebut, Nabi Muhammad saw. menerima perintah Shalat 5 waktu dalam sehari semalam.

Setelah Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad saw. meneruskan dakwahnya dan mengabarkan peristiwa yang dialaminya. Kabar itu membuat kafir Quraisy menganggap Nabi Muhammad saw. telah melakukan pembohongan.

Usaha-usaha pembunuhan terhadap Nabi Muhammad saw. dan pengikutnya terus digalakkan. Setelah Allah Swt. memerintahkan untuk hijrah, maka Nabi Muhammad saw. pun melaksanakan Hijrah ke Madinah bersama para pengikutnya.

Berita Gembira dari Kota Yastrib

Awalnya, pada tahun 620 M Nabi Muhammad saw. bertemu 6 orang Yastrib (yang kemudian hari bernama madinah) dari Kabilah Khazraj yang berziarah ke Mekah. Dalam pertemuan tersebut, Nabi Muhammad saw. mengajak mereka untuk masuk Islam.

Mereka menyambut dengan baik ajakan itu dan menyatakan masuk Islam. Mereka pula yang memberitahukan tentang Islam kepada masyarakat Ya¡rib lainnya.

Pada tahun 621 M, seorang muslim Yastrib beserta 6 orang teman yang lain sebagai utusan Kabilah Khazraj dan Aus mendatangi Nabi Muhammad saw. Keenam orang tersebut masuk Islam dan melakukan perjanjian di tempat yang bernama Aqabah.

Isi perjanjian Aqabah itu adalah : “Kami tidak akan mempersekutukan Allah Swt. dengan sesuatu yang lain. Kami tidak akan mencuri, berzina, dan membunuh anak-anak. Kami tidak akan saling memfitnah dan kami tidak akan mendurhakai Nabi Muhammad saw”.

Selanjutnya, pada 622 M, orang-orang Yastrib datang lagi dengan maksud mengadakan perjanjian Aqabah 2 sekaligus mengundang Nabi Muhammad saw. untuk berhijrah ke Yastrib. Perjanjian Aqabah 2, diikuti 75 orang Yastrib dan Nabi Muhammad saw. yang didampingi pamannya, Hamzah.

Isi perjanjian Aqabah 2 sama dengan yang sebelumnya, tetapi jumlah peserta yang memeluk agama Islam semakin banyak. Dalam dua kali perjanjian yang terjadi, Nabi Muhammad saw. mendapatkan kesan bahwa Islam telah siap berkembang pesat di Yastrib.

Kenyataan ini membuat Nabi Muhammad saw. memerintahkan para pengikutnya untuk hijrah ke Yastrib dengan sembunyi-sembunyi. Sementara Nabi Muhammad saw. bertahan di Mekah bersama Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib.

Rencana hijrah Nabi Muhammad saw. didengar oleh kafir Quraisy. Kaum Quraisy pun akhirnya merencanakan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad saw. Kafir Quraisy khawatir Islam akan berkembang di Yastrib.

Mereka menyuruh para pemuda untuk mengepung rumah Nabi Muhammad saw. karena khawatir akan lari. Pada malam itu pula, Nabi Muhammad saw. membisikkan kepada Ali bin Abi Thalib supaya memakai selimut beliau dan berbaring di tempat tidurnya. Atas izin Allah Nabi Muhammad saw. berhasil keluar dari rumahnya dengan selamat.

Perjalanan Hijrah Rasulullah saw.

Setelah itu, Nabi Muhammad saw. menuju ke rumah Abu Bakar dan mengajaknya hijrah. Kedua orang itu kemudian keluar dari jendela pintu belakang dan terus bertolak ke arah selatan menuju Gua Sur.

Jalan yang ditempuh oleh beliau berdua adalah jalan yang tidak mungkin dilewati manusia. Hal ini dilakukan supaya para pemuda Quraisy yang mengejar tidak menyangka mereka melalui jalan itu.

Dalam perjalanannya, beliau berdua sempat bersembunyi di Gua Sur selama tiga hari tiga malam. Tidak ada seorang pun yang mengetahui tempat persembunyian itu selain Abdullah bin Abu Bakar, kedua orang puterinya, Aisyah dan Asma, dan pembantu mereka ‘Amir bin Fuhaira.

Tugas Abdullah adalah mencari informasi tentang rencana kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad saw. Pada malam hari ia menyampaikan informasi tersebut kepada Nabi Muhammad saw. beserta ayahnya.

Pada hari ketiga, mereka berdua sudah mengetahui bahwa situasi sudah tenang. Mereka berangkat dan melanjutkan perjalanan dengan perbekalan yang diberikan oleh putrinya.

Supaya aman dalam perjalanan, Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar mengambil jalan yang tidak pernah dilalui manusia. Abdullah bin Uraiqit dari Banu Du’il diminta sebagai penunjuk jalan. Keduanya membawa Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar dengan hati-hati sekali ke arah selatan kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah.

Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar beserta penunjuk jalannya itu sepanjang malam dan siang berada di atas kendaraan. Tidak lagi mereka pedulikan kesulitan dan rasa lelah. Mereka hanya percaya bahwa Allah Swt. akan menolong mereka.

Orang Quraisy mengadakan sayembara, siapa saja yang dapat membawa Nabi Muhammad saw, hidup atau mati, hadiah besar dan jabatan tinggi menantinya. Hal ini menarik hati masyarakat pada waktu itu, termasuk Suraqa bin Malik yang suda mengetahui perjalanan Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar.

Tidak lama kemudian Suraqa bin Malik mendatangi tempat yang dimaksud dan dia menemukan Nabi Muhammad saw. beserta kedua temannya yang sedang beristirahat di sebuah batu besar sambil menyantap bekal yang diberikan oleh Asma, putri Abu Bakar.

Setiap kali Suraqa bin Malik mendekati rombongan Nabi Muhammad saw. kudanya selalu tersungkur. Hal itu berulang sampai empat kali. Suraqa yang percaya kepada dewa berpikir bahwa itu adalah pertanda buruk sehingga dia mengurungkan niatnya dan kembali ke Mekah.

Selama tujuh hari terus menerus mereka berjalan. Mereka hanya beristirahat di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir.

Hanya karena adanya ketenangan hati kepada Allah Swt. membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih aman. Mereka selalu yakin bahwa Allah Swt. akan selalu bersama mereka.

Di tengah perjalanan menuju Madinah, Rasulullah saw. singgah di Quba’, sebuah desa yang terletak dua mil di selatan Madinah. Di sana beliau membangun sebuah masjid. Masjid ini menjadi masjid pertama dalam sejarah Islam.

Beliau singgah di sana selama empat hari untuk selanjutnya meneruskan perjalanan ke Madinah. Pada hari Jumat pagi, beliau berangkat dari Quba’ dan tiba di perkampungan Bani Salim bin Auf tepat pada waktu Shalat Jumat. Shalat-lah beliau di sana. Inilah Shalat Jumat pertama dalam Islam. Khotbahnya pun merupakan khotbah yang pertama.

Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kedatangan beliau telah dinanti-nanti masyarakat Madinah. Pada hari kedatangan Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar, masyarakat Madinah sudah menunggu di jalan yang akan dilalui Nabi Muhammad saw., lengkap dengan regu genderang.

Mereka mengelu-elukan Nabi Muhammad saw. dan genderang pun gemuruh diselingi nyanyian yang sengaja digubah untuk keperluan penyambutan itu. “Bulan purnama telah muncul di tengah-tengah kita, dari celah-celah bebukitan. Wajiblah kita bersyukur atas ajakannya kepada Allah Swt. Wahai orang yang dibangkitkan untuk kami, kau datang membawa sesuatu yang wajib ditaati”. Itulah syair penyambutan Nabi Muhammad saw. di Madinah.

Dakwah Nabi Muhammad saw. di Madinah

Setelah sampai di Madinah, Nabi Muhammad saw. mulai membuat program kerja dan melaksanakannya yaitu membangun masjid, mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar, dan membuat perjanjian dengan penduduk Madinah.

Langkah pertama, membangun masjid. Pembangunan masjid segera dimulai dan seluruh umat Islam ikut ambil bagian sehingga berdiri sebuah masjid berdinding bata, berkayu batang kurma, dan beratap daun kurma.

Masjid yang dibangun Rasulullah saw. bersama-sama kaum Muhajirin dan Anshar tidak hanya berfungsi untuk Shalat semata, akan tetapi untuk seluruh kegiatan Nabi di Madinah. Di antara fungsi masjid pada zaman Nabi adalah sebagai tempat mempersatukan umat, bermusyawarah tentang perkembangan Islam, mengkaji ilmu agama, bahkan sebagai pusat pemerintahan setelah Rasulullah dipilih sebagai pemimpin di Madinah.

Langkah kedua Nabi Muhammad saw. adalah mempersaudarakan antara orang-orang Muhajirin dengan Anshar. Kaum Muhajirin adalah orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah, sedangkan Kaum Anshar adalah orang Madinah yang menyambut kedatangan kaum Muhajirin. Setiap orang Anshar mengakui orang Muhajirin sebagai saudaranya sendiri. Mereka mempersilakan saudaranya tinggal di rumah dan memanfaatkan segala fasilitas yang ada di rumah tersebut.

Di antara para sahabat yang dipersaudarakan adalah:

NoMuhajirinAnshar
1Abu BakarKharijah bin Zuhair
2Umar bin KhattabItban bin Malik
3Bilal bin RabahAbu Ruwaihah
4Amir bin AbdillahSa’ad bin Muadz
5Abdul Rahman bin AufSa’ad bin Rabi’
6Zubair bin AwwamSalamah bin Salamah
7Usman bin AffanAus bin Tsabit
8Thalhah bin UbaidillahKa’ab bin Malik
9Abu Huzaifah bin UtbahUbbah bin Bisyr
10Ammar bin YasirHuzaifah bin Al Yaman

Langkah ini mendapat simpati seluruh lapisan masyarakat Madinah. Orang-orang Muhajirin merasa nyaman dan tenteram, meskipun bukan tinggal di rumah sendiri. Mereka melakukan kegiatan dan interaksi dengan penduduk Madinah dan saling menolong sehingga suasana Madinah menjadi indah dan menyenangkan.

Langkah ketiga, Nabi Muhammad saw. merumuskan piagam yang berlaku bagi seluruh kaum muslimin dan orang-orang non-muslim di Madinah, yang kemudian disebut “Piagam Madinah”. Adapun isi piagam Madinah antara lain adalah:

  1. Kaum Yahudi bersama kaum muslimin wajib turut serta dalam peperangan.
  2. Kaum Yahudi dari Bani Auf diperlakukan sama kaum muslimin.
  3. Kaum Yahudi tetap dengan Agama Yahudi mereka, dan demikian pula dengan kaum muslimin.
  4. Semua kaum Yahudi dari semua suku dan kabilah di Madinah diberlakukan sama dengan kaum Yahudi Bani Auf.
  5. Kaum Yahudi dan muslimin harus saling tolong menolong dalam memerangi atau menghadapi musuh.
  6. Kaum Yahudi dan muslimin harus senantiasa saling berbuat kebajikan dan saling mengingatkan ketika terjadi penganiayaan atau kezaliman.
  7. Kota Madinah dipertahankan bersama dari serangan pihak luar.
  8. Semua penduduk Madinah dijamin keselamatannya kecuali bagi yang berbuat jahat.

Perlu diketahui, bahwa di Madinah tidak hanya orang-orang Islam saja yang tinggal, tetapi di sana terdapat pula orang-orang non-muslim. Agar terjadi hubungan yang harmonis, saling menghormati, toleransi, dan menjaga lingkungan di Madinah, maka harus ada kesepakatan bersama.

Piagam inilah yang oleh Ibnu Hisyam disebut sebagai undang-undang dasar negara dan pemerintahan Islam yang pertama. Isinya mencakup, antara lain, perikemanusiaan, keadilan sosial, toleransi beragama, dan gotong royong.

Dengan program-program cerdas yang dilakukan Nabi Muhammad saw., Madinah menjadi daerah yang sangat maju baik peradaban maupun kebudayaannya sehingga terkenalah dengan sebutan al-Madinah al-Munawarah (kota yang bercahaya).

Kuis Interaktif BAB 11 Hijrah ke Madinah, Sebuah Kisah yang Membanggakan

Setelah mempelajari materi pembelajaran tentang Hijrah ke Madinah, Sebuah Kisah yang Membanggakandi atas, ujilah pemahamanmu melalui latihan soal interaktif dengan cara klik link di bawah ini:

https://quizizz.com/join/quiz/5e8d6c4fc97977001cf818eb/start

Hijrah ke Madinah, Sebuah Kisah yang Membanggakan

Untuk memainkan latihan soalnya, klik “Start” untuk memulai latihan soal interaktifnya. Silakan pilih jawaban yang sobat anggap benar. Latihan soal interaktif ini bisa sobat ulang berkali-kali dengan gratis.

Ke Halaman Selanjutnya……. Soal dan jawaban BAB 11 Hijrah ke Madinah

Loading...
Pages ( 1 of 2 ): 1 2Lanjut »