Melalui modul PAI Kelas 9 BAB 3 kita akan Mengasah Pribadi yang Unggul dengan Jujur, Santun, dan Malu. Silakan simak materi pembelajaran dan soal-soal asesmen yang sudah disediakan.
Sejarah mencatat bahwa Rasulullah saw. memiliki akhlak yang agung. Sebagai umat Islam kita harus meneladani akhlak beliau. Oleh karena itu sudah seharusnya kita menghiasi diri dengan akhlak mulia.
Akhlak mulia merupakan cerminan kesempurnaan iman seseorang. Semakin sempurna iman seseorang maka akhlaknya akan semakin baik pula.
Mari kita lihat lingkungan sekitar, banyak orang berperilaku buruk dalam kehidupannya. Mereka melakukan dosa dan maksiat tanpa rasa malu.
Lalu, apakah mereka akan hidup bahagia? Jawabannya tentu tidak, justru sebaliknya pikiran mereka merasa resah, hatinya gelisah, hidupnya sengsara baik di dunia maupun di akhirat kelak. Bahkan mereka tidak disukai oleh keluarga, teman, dan masyarakat.
Kebahagiaan dan ketenteraman akan mudah diraih dengan berakhlak mulia kepada siapa pun. Dengan berakhlak mulia seperti jujur, santun, dan malu berarti telah mengasah diri sebagai pribadi unggul. Bangsa kita sangat membutuhkan peran orang-orang yang memiliki pribadi unggul untuk membangun peradaban modern yang Islami.
Mari simak PAI Kelas 9 BAB 3 dengan topik Mengasah Pribadi yang Unggul dengan Jujur, Santun, dan Malu yang kami sajikan berikut ini.
Jujur
Jujur artinya adalah berkata apa adanya dan sesuai kenyataan. Kejujuran sangat diperlukan dalam menjalani semua aktivitas kehidupan, karena kejujuran itulah kehidupan kita akan bahagia dan tenteram.
Seorang Siswa belajar dan menyelesaikan ulangan dengan jujur. Pedagang menjajakan dan menakar barang dagangannya dengan jujur. Pejabat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan jujur.
Seorang wasit memimpin pertandingan olahraga dengan adil dan jujur. Seorang saksi menjawab pertanyaan hakim dan jaksa dengan jujur. Jika setiap orang memiliki sifat jujur semacam ini maka kehidupan akan berjalan harmonis dan mendapat keberkahan dari Allah Swt.
Jika kecurangan dan dusta merajalela maka akan terjadi kehancuran dan malapetaka. Bayangkan jika penduduk suatu negeri dihuni oleh mayoritas pendusta dan pembohong. Mereka saling memfitnah, menjatuhkan, dan mencurangi satu sama lain. Akhirnya mereka saling curiga dan terjadi krisis kepercayaan.
Jika sudah demikian, maka kehidupan manusia akan terasa rumit, sulit dan permasalahan menjadi tak berujung. Jika sudah demikian maka murka Allah Swt. akan segera menimpa mereka.
Sikap jujur tidak muncul dengan sendirinya, tetapi butuh latihan dan pembiasaan. Oleh karena itu, cara paling efektif menanamkan kejujuran adalah dengan berlatih jujur terus-menerus. Latihan ini harus dilakukan kapan saja dan di mana saja.
Jika kita sudah terlatih dan terbiasa jujur, maka sifat jujur ini akan melekat dalam diri kita. Lalu kapan kita bisa mulai berlatih jujur? Jawabannya adalah sekarang. Jangan ditunda-tunda, mari mulai dari diri kita sendiri dan mulai dari sekarang untuk berkata jujur.
Idealnya, sikap jujur harus dilatih dan dibiasakan sejak usia dini, sebab pada usia dini seorang anak akan sangat mudah dididik dan dilatih. Orang tua memiliki peran dan tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya untuk bersikap jujur.
Manfaat Bersikap Jujur
Berikut ini adalah manfaat bersikap jujur.
- Jujur akan melahirkan ketenangan. Orang jujur akan tenang dan percaya diri karena tidak ada ketakutan sedikit pun. Sebaliknya, seorang pembohong akan gelisah dan takut kebohongannya terbongkar.
- Orang jujur akan dicintai oleh manusia. Sudah menjadi tabiat dasar bahwa setiap manusia menyukai kejujuran. Tanpa memandang suku, agama, dan ras, orang yang jujur pasti disukai semua manusia.
- Jujur akan mendatangkan keberkahan dari Allah Swt. Setiap rezeki yang didapatkan dengan jujur, akan mendapat berkah dari Allah Swt.
Santun
Santun artinya adalah berkata lemah lembut serta bertingkah laku halus dan baik. Kesantunan seseorang akan terlihat dari ucapan dan tingkah lakunya.
Ucapannya lemah-lembut, tingkah lakunya halus serta menjaga perasaan orang lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa santun mencakup dua hal, yakni santun dalam ucapan dan santun dalam perbuatan. Allah Swt. mencintai sikap santun sebagaimana tertuang dalam hadis berikut.
Artinya:
“Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw. bersabda kepada Al Asyaj Al ‘Ashri: Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sikap yang dicintai oleh Allah; yaitu sifat santun dan malu.” (H.R. Ibnu Majah)
Sopan santun menjadi sangat penting dalam pergaulan hidup sehari-hari. Kita akan dihargai dan dihormati orang lain jika menunjukkan sikap sopan santun.
Orang lain merasa nyaman dengan kehadiran kita. Sebaliknya, jika berperilaku tidak sopan, maka orang lain tak akan menghargai dan menghormati kita. Orang yang memiliki sopan santun berarti mampu menempatkan dirinya dengan tepat dalam berbagai keadaan.
Sopan santun dapat diterapkan di mana saja dan kapan saja. Karena sopan santun merupakan perwujudan cara kita dalam bersikap yang terbaik.
Manfaat Bersikap Santun
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari sikap santun, di antaranya:
- Mudah diterima oleh orang lain. Sikap santun akan menjadikan seseorang disenangi orang lain, sehingga mudah diterima oleh orang lain.
- Menunjang kesuksesan. Banyak pengusaha sukses ditunjang oleh sikap santun yang ditunjukkannya. Pembeli, pelanggan, karyawan dan rekan sejawat akan senang bergaul dengannya. Relasinya bertambah banyak, sehingga akan menambah kesuksesannya.
- Dicintai Allah Swt. dan Rasul-Nya. Allah Swt. mencintai hamba-Nya yang memiliki sikap santun. Rasulullah saw. juga demikian, bahkan beliau juga memiliki sikap lemah lembut dan santun yang luar biasa.
Malu
Malu artinya adalah menahan diri dari perbuatan jelek, kotor, tercela, dan hina. Sifat malu itu terkadang merupakan sifat bawaan dan juga bisa merupakan hasil latihan. Namun demikian, untuk menumbuhkan rasa malu perlu usaha, niat, ilmu serta pembiasaan.
Rasa malu merupakan bagian dari iman karena dapat mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan dan mencegahnya dari kemaksiatan. Mari kita perhatikan hadis berikut ini:
Artinya:
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw., beliau bersabda: “Iman adalah pokoknya, cabangnya ada tujuh puluh lebih, dan malu termasuk cabangnya iman.” (H.R. Muslim)
Hadis di atas menegaskan bahwa malu merupakan salah satu cabang iman. Seseorang malu untuk mencuri bila ia beriman, malu berdusta bila ia beriman. Seorang wanita malu membuka atau menunjukkan auratnya jika ia beriman.
Jika sifat malu berkurang dan mulai luntur maka pertahanan diri dalam menghadapi godaan nafsu mulai menipis. Malu merupakan salah satu benteng pertahanan seseorang dalam menghindari perbuatan maksiat. Malu juga merupakan faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan kebaikan.
Selama rasa malu masih terpelihara dengan baik, maka seseorang akan hidup dalam kebaikan. Ia akan memiliki kekuatan dalam berbuat kebaikan dan menolak kemaksiatan.
Manfaat Sifat Malu
Ada beberapa manfaat dari sifat malu, di antaranya:
a) Mencegah dari perbuatan tercela. Seorang yang memiliki sifat malu akan berusaha sekuat tenaga menghindari perbuatan tercela, sebab ia takut kepada Allah Swt.
b) Mendorong berbuat kebaikan. Rasa malu kepada Allah Swt. akan mendorong seseorang berbuat kebaikan. Sebab ia tahu bahwa setiap perbuatan manusia akan dibalas oleh Allah Swt. di akhirat kelak.
c) Mengantarkan seseorang menuju jalan yang diridai Allah Swt. Orang-orang yang memiliki rasa malu akan senantiasa melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya.
Video Materi PAI Kelas 9 BAB 3 Mengasah Pribadi yang Unggul dengan Jujur, Santun, dan Malu
Berikut ini adalah media pembelajaran video untuk melengkapi pembelajaran kalian. Silakan disimak baik-baik ya….
Soal Asesmen Online PAI Kelas 9 BAB 3 Mengasah Pribadi yang Unggul dengan Jujur, Santun, dan Malu
Setelah belajar lakukanlah asesmen mandiri menggunakan latihan soal berikut ini.
https://quizizz.com/join/quiz/5d66e740772b69001a4ff5b2/start

Halaman Selanjutnya…… (Soal Asesmen PAI Kelas 9 BAB 3)
Pages: 1 2
One comment