Kriteria Hadis Shahih: Penjelasan Singkat!

Ketiga, tidak syadz. Kriteria ketiga yang harus dipenuhi oleh hadis shahih adalah tidak mengandung syadz. Syadz artinya tidak menyelisi  riwayat yang lain, yang diriwayatkan oleh perawi yang labih banyak dan yang lebih tsiqqah. (Tsiqqah adalah sebuah istilah dalam ilmu hadis untuk menunjukkan seseorang yang ‘adil dan dhabit).

Dalam hal ini , Imam al-Baiquni menyatakan kriteria hadis, bahwa yang pertama ialah bersambung dari segi sanad, tidak ada unsur syadz dan tidak ada illatnya.

Misalnya begini, dalam sebuah pengajian, ada satu orang guru yang sedang menyampaikan sebuah informasi mengenai jadwal pengajian berikutnya. Di dalam ruangan, hanya ada lima orang saja muridnya. Agar informasi yang disampaikan semakin luas, gurunya berhadap, bahwa kelima muridnya itu nanti akan memberitahukan adanya informasi seputar jadwal pengajian berikutnya kepada yang tidak hadir di pengajian.

Maka, orang yang langsung mendengarkan pengajian tadi adalah tsiqah. Isi pengajian misalnya berbunyi: Jadwal pengajian yang biasanya diadakan hari Ahad, maka akan diganti menjadi hari Sabtu. Nah, ternyata ada satu murid, sebutlah Maghfirah  yang memberikan informasi berbeda. Ia mengatakan, bahwa pengajian akan diganti menjadi Hari Rabu.

Tentu apa yang disampaikan oleh Maghfiroh sangat menyelisihi dari informasi yang akan disampaikan oleh keempat temannya, maka meskipun Maghfirah adalah orang yang tsiqqah, maka yang diriwayatkannya tetap dijatuhi sebagai hadis yang menyelisihi hadis lain atau syadz, karena ia menyelisi keempat temannya yang sama-sama tsiqqah.

Keempat, Tidak Illat. Kriteria terakhir yang harus terpenuhi agar sebuah hadis dikatakan shahih adalah tidak illlat. Menurut bahasa, illat artinya penyakit, cacat. Dalam hal ini, Imam al-Baiquni menyatakan, bahwa syarat hadis shahih adalah bersambung sanadnya, tidak ada syadz dan tidak mengandung penyakit atau illat.

Hingga kini, menemukan sebuah illat dalam hadis merupakan perkara yang cukup sulit. Cara menemukan illat ini adalah dengan mengumpulkan seluruh hadis yang berkaitan. Dan untuk menemukannya, hanya ulama yang memang pakar di bidang hadis yang bisa melakukannya.

Jadi, sudah sangat jelas ya, bahwa empat kriteria hadis shahih di atas harus dipenuhi keseluruhan agar kualitasnya menjadi shahih. Dengan memahami kriteria di atas, tentu sudah menjadi sebuah jendela bagi Anda yang ingin memahami hadis lebih dalam.

Ya, meskipun artikel ini masih mengupas kulitnya saja. Pada semua aspek di kriteria tersebut, ada langkah-langkah panjang yang harus Anda lakukan untuk menemukan apakah sanad hadisnya bersambung, lalu apakah perawinya termasuk orang yang ‘adil dan dhabit, dan sebagainya. Yap, semua langkah-langkah panjang tersebut memang harus Anda lakukan satu persatu dengan tahapan yang sudah ada, sehingga nantinya bisa menyimpulkan apakah hadis ini kualitasnya shahih, hasan, dha’if, atau palsu.

Paling tidak, satu hal yang meski Anda ingat, bahwa dalam teori ilmu hadis, jika sanadnya sudah cacat, maka sudah dipastikan ke lanjutannya juga akan buruk, begitu pun sebaliknya. Jika sebuah hadis sudah memiliki aspek sanad yang bagus, maka kriteria selanjutnya pasti juga akan bagus, karena gerbang bagusnya sebuah hadis berasal dari sanadnya.

Aspek sanad ini ada dua ya, yakni ketersambungannya dengan ke’adilan dan kedhabitan perawinya. Demikian pembahasan singkat mengenai empat kriteria hadis shahih. Semoga bermanfaat bagi Anda yang penasaran dengan pembahasan seputar penelitian hadis. Yang jelas, hadis shahih memiliki kriteria yang ketat.

Semoga bermanfaat dan belajar semakin menyenangkan dengan barokah Allah Swt. (maglearning.id)

3 comments

Tinggalkan Balasan